TSOTSI (2005)

Tidak ada komentar

Biasanya film yang berasal dari luar Hollywood atau Eropa sekalipun akan sering mengupas tema kemiskinan atau kerasnya kehidupan disuatu daerah. Dan meskipun tema seperti itu sering diangkat, tiap film mampu memberikan perspektif berbeda tentang tema tersebut dan memiliki sisi menariknya masing-masing. Ambil contoh City of God yang mengangkat kemiskinan dan kerasnya hidup disuatu daerah kumuh di Brazil. Film itu berhasil memberikan hal yang menarik dengan kesederhanaannya yang membuat film itu terlihat real. Salah satu film terbaik sepanjang masa. Dan Tsotsi, sebuah film dari Afrka ini mengangkat tema yang nyaris serupa. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini mengangkat kisah kerasnya kehidupan bocah di Afrika. Film ini berhasil menang Oscar ditahun 2006 untuk kategori "Best Foreign Language Film". Film ini sendiri disutradarai Gavin Hood yang juga membuat film "X-Men Origins: Wolverine"

Tsotsi yang mempunyai nama asli David adalah seorang pimpinan geng yang terdiri dari dia dan 3 orang temannya. Mereka merampok untuk mencari uang. Disebuah perampokan dikereta, mereka juga membunuh seorang pria yang mereka rampok. Hal tersebut membuat salah satu teman Tsotsi mempertanyakan perbuatannya yang membunuh orang. Tsotsi yang memang kejam itu memukuli temannya hingga babak belur lalu pergi meninggalkan gengnya. Ditengah jalan dia melihat seorang wanita mengendarai mobil dan berhenti didepan rumahnya.Tanpa pikir panjang Tsotsi mencur mobil itu bahkan menembak sang wanita. Ternyata didalam mobil itu terdapat bayi.

Tsotsi yang awalnya berniat meninggalkan bayi itu malah akhirnya merawat sang bayi. Mengapa Tsotsi yang kejam justru menaruh kasihan terhadap bayi? Apa itu berhubungan dengan masa lalu yang dia alami sehingga menjadi kejam seperti sekarang?

Meskipun tokoh Tsotsi digambarkan kejam, saya sedikit menaruh simpati padanya. Sedikit? Ya hanya sedikit karena Presley Chweneyagae pemeran Tsotsi terasa kurang maksimal memberi emosi pada karakter yang dia mainkan, sehingga hanya bisa sedikit menarik simpati saya. Dari segi plot dan alur cerita film ini menarik, hanya saya awalnya berharap lebih dari ini. Tsotsi memberikan alur cerita yang buat saya terlalu mudah dicerna, jauh kalau dibanding City of God. Flashback terhadap karakter Tsotsi tentang masa lalunya juga berasa terlalu sedikit alias kurang. Jadi karakter itu sendiri kurang terbangun. Tapi sekali lagi kesederhanaan yang ditampilkan film seperti ini memang membuatnya menarik dan terasa dekat dengan kehidupan kita.

RATING:

Tidak ada komentar :

Comment Page: