RUMAH DARA (2009)

4 komentar
Sangat terlambat memang saya baru menonton film yang aslinya sudah tayang kalau tidak salah akhir 2009 ini. Karena saya melewatkan pemutarannya di layar lebar dan vcd apalagi dvd untuk film lokal memang lama keluar (link downloadnya) jadi saya akhirnya begitu terlambat menyaksikan film ini. Film yang di Singapura memiliki judul "Darah" ini memang banjir pujian tidak hanya dari dalam, bahkan dari berbagai kritikus dan penonton luar negeri film ini mendapat pujian dan beberapa penghargaan. Dalam beberapa review yang saya baca, kebanyakan pujian ditujukan untuk duo sutradara Mo Brothers yang dalam karya debutnya ini bisa menampilkan sebuah film slasher yang menegangkan. Pujian juga banyak ditujukan untuk Shareefa Danish atas perannya sebagai Dara.

Layaknya film slasher lain, kita akan diperkenalkan pada sekumpulan anak muda yang sedang melakukan perjalanan bersama. Ada Ladya (Julie Estelle) terlihat tidak akrab dengan kakaknya, Adjie (Ario Bayu) yang mengajak istrinya yang tengah hamil, Astryd (Sigi Wimala). Mereka melakukan perjalanan dari Bandung menuju Jakarta. Ikut juga beberapa teman mereka, yaitu Jimmy (Daniel Mananta), Alam (Mike Lucock) dan Eko (Dendy Subangil). Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang gadis yang sendirian dibawah hujan. Wanita bernama Maya (Imelda Therinne) itu ternyata baru saja dirampok dan meminta tolong pada mereka untuk mengantarnya pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, Maya memperkenalkan mereka pada ibunya, Dara (Shareefa Danish). Dara memang terlihat aneh dan misterius dengan tingkahnya yang dingin dan penampilannya yang terlihat terlalu muda untuk ukuran wanita yang sudah punya anak dewasa. Disana juga ada anggota keluarga lain, yaitu Adam (Arifin Putra) dan Arman (Ruly Lubis). Dara mengajak mereka samua makan malam dirumahnya. Tapi mereka tidak menyadari bahwa makan malam itu mungkin akan menjadi makan malam terakhir mereka.
Saya setuju saat ada yang menyebut film ini sebagai "Jakarta Chainsaw Massacre" karena beberapa homage dari film 'Texas Chainsaw Massacre" yang dimasukkan oleh Mo Brothers. Bagaimana tokoh utama sampai dirumah yang berisi para psikopat, penggunaan gergaji mesin, tampilan akrakter Arman dan beberapa hal lain memang memperlihatkan bahwa film ini adalah "penghargaan" Mo Brothers terhadap TCM yang merupakan nenek moyang dari segala film slasher. Cerita boleh biasa, tapi aspek lain dari film inilah yang luarbiasa.

Keberanian duo sutradara ini untuk mengumbar adegan gore yang berdarah-darah dan penuh dengan potongan tubuh manusia adalah hal yang sangat langka tidak hanya untuk horror Indonesia tapi juga horror Asia yang lebih sering memilih pendekatan mistis dan mempermainkan rasa takut penontonnya lewat situasi yang dibuat mencekam. Saya sendiri sangat puas dengan berbagai macam kesadisan yang berani dmunculkan. Tapi hebatnya film ini tidak hanya bermodalkan sadis saja. Tensi ketegangan juga dibangun melalui aura yang ada. Entah kenapa "Rumah Dara" memberikan saya kadar ketegangan yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang diberikan film slasher Hollywood sekalipun. Mungkin itu terjadi karena lokasi yang lebih dekat alias di negeri sendiri jadi saya merasa lebih seram. (SPOILER) Dan adegan kematian Alam yang disaksikan oleh teman-temannya adalah salah satu adegan yang paling menegangkan buat saya. Adegan makan malam yang diputarkan musik "Cinta Matiku" (kalau tidak salah judulnya itu) juga begitu creepy.

Satu lagi kelebihan utama film ini adalah akting para pemainnya. Mulai dari para korban sampai kelaurga psikopat semuanya tampil birlian. Para korban dari Dara dan keluarganya seperti Julie Estelle, sampai Ario Bayu mampu benar-benar menunjukkan ketakutan yang luar biasa tapi disisi lain juga mampu menjadi badass disaat kritis yang membuat tensi film lebih menarik. Dari para keluarga psikopat saya menyukai Arifin Putra dan Shareefa Danish. Arifin Putra sebagai Adam bagaikan mesin pembunuh yang tidak bisa mati tapi tanpa terlihat berlebihan layaknya psikopat dari film slasher Holly. Lain halnya dengan Shareefa Danish. Memang aksen yang dia pakai sedikit aneh, tapi tidak menurunkan kualitas akting dan kadar keseramannya. Tatapan matanya sepanjang film sudah cukup meyakinkan saya bahwa dia bukanlah manusia normal.


RATING:

4 komentar :

Comment Page:
MovieFreak mengatakan...

Mungkin karena emg keunggulan indo buat film horror/serem tuh cara nentuin scoringnya yg selalu ga gagal buat kita kaget2.

Walaupun tumbuh dgn premis yg emg udah biasa di kalangan dunia, tapi emg untuk kelas indonesia patut diancungi jempol bisa buat film kyk gini dan kasih warna dikit di bioskop. salut!

Rasyidharry mengatakan...

Iya nih, jarang banget bissa dibikin ngeri sama film slasher :D

Anonim mengatakan...

FILM FAVORIT GUE.

Unknown mengatakan...

anne nonton film ini... hiiiiii atut tapi asik,,, gak kalah ma pilemnya kang obama tu (Sream series hehehe