ONE FLEW OVER THE CUCKOO'S NEST (1975)

9 komentar
Seringkali muncul pertanyaan apakah benar institusi rumah sakit jiwa memang adalah tempat yang tempat untuk menyembuhkan gangguan jiwa seseorang? Atau tempat tersebut hanya bagaikan sebuah panti jompo bagi orang-orang yang dianggap memiliki kegilaan dan ditempatkan disana karena orang-orang disekitarnya merasa terganggu dengan para penderita gangguan jiwa tersebut?  Keraguan tersebut muncul karena banyak ditemukannya kasus mengenai perlakuan yang tidak pantas terhadap para penderita gangguan jiwa didalam rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan terbaik bagi mereka untuk menyembuhkan gangguan yang mereka alami. Para pasien seolah dianggap tidak lagi memiliki hak untuk memilih dalam hidupnya bahkan seolah-olah hanya untuk berbicara biasa saja mereka tidak mempunyai hak untuk itu. Semua kewenangan ada pada pihak rumah sakit. Bukankah kondisi itu jauh lebih parah dibanding penjara?

Kritik dan isu-isu tersebut yang kurang lebih tertuang dalam film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini. Film garapan Milos Forman ini memperlihatkan bagaimana kondisi rumah sakit jiwa yang tidak memperhatikan hak pasiennya, tapi tanpa perlu terlihat depresif dan keras. Randle McMurphy (Jack Nicholson) ditangkap atas tuduhan pemerkosaan dan tindak kekerasan terhadap gadis berusia 15 tahun. Untuk menghindari hukuman di penjara, McMurphy memilih pura-pura gila, dan akhirnya dikirim ke sebuah Rumah Sakit Jiwa untuk dilakukan pemeriksaan dan observasi apakah dirinya benar-benar gila. McMurphy yang disana terpaksa menghadapi orang-orang gila akhirnya mau tidak mau harus ikutan menjadi "gila" untuk bisa membaur sekaligus untuk meyakinkan pihak rumah sakit bahwa dirinya benar-benar gila.

McMurphy yang juga mempunyai rencana untuk melarikan diri mendapatkan fakta bahwa didalam sana terdapat aturan ketat dan otoritas mutlak yang dimiliki rumah sakit dimana dalam kesehariannya dipimpin oleh Suster Ratched (Louise Fletcher). Lama kelamaan timbul simpati dari McMurphy terhadap pasien-pasien yang lain yang akhirnya membuat dirinya mencoba melakukan "pembelaan hak" dengan cara melakukan berbagai pemberontakan-pemberontakan di rumah sakit tersebut.
"One Flew Over the Cuckoo's Nest" adalah film kedua dari hanya tiga film yang sanggup menyapu bersih kemenangan untuk Top 5 nominasi oscar (Best Picture, Director, Actor, Actress, Screenwriter adapted/original). Dengan kemenangan fenomenal tersebut tentu saja saya mengharapkan sebuah tontonan yang luar biasa. Film ini menampilkan berbagai macam kelucuan tapi buat saya itu bukan karena film ini mencoba ber-komedi. Kelucuan itu timbul akibat tingkah polah dan kepolosan para pasien di RSJ tersebut. Tingkah polah mereka sukses membuat saya begitu bersimpati atas nasib mereka yang mendapat perlakuan buruk didalam rumah sakit. Melihat tawa dan senyuman mereka dalam film ini seolah melihat tawa dan senyuman yang tulus dari para penderita gangguan jiwa sesungguhnya.

Tentu saja hal itu disebabkan oleh akting bagus dari para pemain yang memerankan pasien RSJ tersebut. Ada yang tarafnya masih belum terlalu parah sampai ada juga yang sudah katatonik. Diluar itu, seorang Jack Nicholson memang selalu tampil amat sangat luar biasa. Dia sukses menjalin chemistry dengan aktor-aktor pemeran pasien dengan sangat baik (khususnya dengan tokoh Chief)  sehingga disaat ada dari mereka yang mendapat perlakuan tidak semestinya, saya merasa perlu bersimpati. Tentunya peran dari Louise Fletcher tidak bisa dikesampingkan dimana sebentar saja saya sudah merasa begitu sebal dengan karakter yang satu ini. Sebutan "penjahat yang tidak jahat" patut disematkan pada tokoh Suster Ratched.

Sesungguhnya film ini bukanlah film yang sempurna. Kalau mau lebih detail dan serius lagi, film ini mempunyai bermacam-macam kekurangan. Tapi apa daya, cerita dan karakternya yang begitu lovable membuat segala kekurangan itu tenggelam dengan sendirinya oleh suasana yang berhasil dibangun. "One Flew Over the Cuckoo's Nest" menurut saya bukanlah sebuah film yang sempurna tapi adalah sebuah film yang sangat mudah untuk disukai dan dicintai. Jangan lupakan juga ending yang walaupun sedikit berlebihan tapi benar-benar bisa membuat saya merinding.

RATING:

9 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

but i think.. it's one of the greatest movie i've ever seen..

Keira mengatakan...

2 film lainnya apa aja?

Rasyidharry mengatakan...

Yang dua "It Happened One Night" & "The Silence of the Lambs"

Unknown mengatakan...

Saya belum paham sama ending ceritanya, bisa dijelaskan ulang ga...?

Rasyidharry mengatakan...

Randle akhirnya dilobotomi, dan karena nggak tega lihat kondisi temannya itu, Chief bunuh si Randle sebelum kabur

Rasyidharry mengatakan...

Randle akhirnya dilobotomi, dan karena nggak tega lihat kondisi temannya itu, Chief bunuh si Randle sebelum kabur

Unknown mengatakan...

Oalaaah semacam "katarsis", terima kasih banyaaak!

FullApkZ mengatakan...

tidak boleh di tontoh bocah bocah nih movinya

Bunga Kurnia mengatakan...

One of the greatest movie that i've ever seen