QUICKIE EXPRESS (2007)

1 komentar
Joko Anwar selalu punya visi yang cerdas sekaligus unik dalam membuat film. Lihatlah film-film yang menempatkan dirinya sebagai penulis naskah mulai dari "Arisan", "Jakarta Undercover", "Fiksi" sampai tiga film yang juga dia sutradarai (Kala, Janji Joni, dan Pintu Terlarang) semuanya punya jalinan kisah yang unik, entah karakternya yang unik, plot, atau setting lokasi yang terkadang mengambil lokasi negeri antah berantah. "Quickie Express" yang disutradarai Dimas Djay ini juga naskahnya ditulis oleh Joko Anwar. Tanpa mengesampingkan peran Dimas Djay selaku sutradara (yang cukup berhasil mendirect film ini) kelebihan utama dari "Quickie Express" adalah pada naskahnya.

Jojo (Tora Sudiro) sedang mengalami kesulitan ekonomi disaat dirinya selalu gagal dalam setiap pekerjaan yang dia jalani mulai dari cleaning service sampai sekarang menjadi tukang tambal ban yang sepertinya juga bukan bidangnya. Sampai Jojo ditawari oleh seorang pria yang dia temui di tempat tambal ban sebuah pekerjaan yang menjanjikan penghasilan yang melimpah. Walaupun awalnya menolak, Jojo tergiur juga oleh penawaran yang dilakukan pria tersebut yang kemudian membawanya ke rumah makan pizza bernama "Quickie Express". Ternyata dibalik kedoknya sebagai rumah makan, tempat tersebut juga menyediakan jasa gigolo, dan pria tersebut yang bernama Om Mudakir (Tino Saroenggallo) adalah pemilik tempat tersebut.

Sempat menolak menjadi gigolo, tapi ternyata penawaran yang menggiurkan dan bujuk rayu dari Mudakir membuat Jojo tergoda juga untuk menjadi gigolo. Perjalanan Jojo menjadi gigolo tidak mudah dan harus melewati beberapa tahap yang dimulai dari sebuah training yang mempertemukannya dengan dua gigolo baru yang seangkatan dengannya, Marley (Amink) dan Piktor (Lukman Sardi). Walaupun awalnya mereka bertiga kesulitan, tapi setelah beberapa bulan berjalan mereka menjadi terbiasa dan mulai menikmati hasil kerjanya. Jojo sendiri mulai dekat dengan seorang gadis yang tidak sengaja ia temui, Lila (Sandra Dewi). Tanpa dia sadari kedekatannya dengan Lila membawa permasalahan baru yang jauh lebih pelik lagi.
Apa yang disuguhkan oleh "Quickie Express" adalah sebuah komedi dewasa yang benar-benar dewasa dan dirangkum dalam sebuah naskah yang cerdas dan kalau boleh dibilang memiliki elemen kejut yang menyenangkan. Tidak seperti film komedi lokal lain yang komedinya lebih sering gagal dan jatuhnya garing, film ini berhasil menyuguhkan momen-momen lucu yang dibungkus dalam komedi dewasa yang hebatnya meskipun agak vulgar tapi tidak terkesan murahan dan norak. Film ini juga tidak lupa menampilkan begitu banyak sindiran yang diselipkan dalam momen komedinya. Simak baris dialog ini yang sukses membuat saya tertawa ngakak ini:

       Om Mudakir  : Kalo ente bener-bener nggak sreg jadi gigolo, ane masih ada 
                                tawaran kerjaan lain
      Jojo                : Apaan???
      Om Mudakir  : Multi Level Marketing
      Jojo               : Ogah! Mendingan gue jadi gigolo

Masih banyak juga dialog sindiran lain yang menjadikan naskah "Quickie Express" ini memang spesial. Satu hal lagi yang makin membuat naskah yang ditulis Joko Anwar ini memukau sekaligus menghibur saya adalah diselipkannya kejutan-kejutan yang tidak terduga, nyeleneh, lucu tapi sekali lagi tidak norak. Sayang, memasuki pertengahan durasi, film ini agak kehilangan sentuhan komedinya dan lebih mengarah pada konflik yang menimpa Jojo yang disajikan agak terlalu serius. Tidak masalah sebenarnya menjadi serius, tapi momen serius film ini agak kepanjangan.

Berbicara soal akting para pemainnya, trio Tora Sudiro, Lukman Sardi dan Amink cukup berhasil menjadi trio pengocok perut dengan ciri khas masing-masing. Tora yang mendapat porsi lebih banyak cukup bagus saat harus konyol atau sok cool, tapi memang itulah batasan yang dia tampilkan. Disaat harus berakting lebih dari itu dia agak kedodoran. Sandra Dewi membuka jalannya didunia hiburan melalui film ini dan sukses membuat para lelaku gemas dengan satu kalimat "sedih deeeh". Pemeran pendukung lain macam Rudi Wowor, Ira Maya Sopha, sampai Tio Pakusadewo jelas tak perlu diragukan lagi. Yang saya sayangkan adalah kemunculan Imelda Therinne yang hanya menjadi cameo. Padahal sosoknya yang super sensual akan terasa pas dengan film jenis ini. Pada akhirnya "Quickie Express" menjadi sebuah komedi yang punya naskah yang sangat kuat, ditambah eksekusi yang baik dan menghasilkan salah satu komedi lokal paling menghibur yang pernah saya tonton.

RATING:

1 komentar :

Comment Page:
Adib mengatakan...

Postcard from the zoo bagus ga min?