REQUIEM FOR A DREAM (2000)

7 komentar
Film kedua dari Darren Aronofsky ini mengeksplorasi alam dan dunianya para pecandu narkoba. Menyoroti kehidupan 4 orang pecandu narkoba yang punya kaitan satu sama lain, "Requiem for a Dream" dibagi menjadi 3 fase yaitu saat "summer", "fall" dan ditutup saat "winter". Dikisahkan Sara Goldfarb (Ellen Burstyn)  adalah wanita yang bisa dibilang sudah menjelang usia lanjut dan tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal dan anaknya, Harry (Jared Leto) sudah tidak tinggal bersama dia. Sara yang kesehariannya diisi dengan menontin televisi punya obsesi untuk tampil di televisi juga. Sampai dia mendapat telepon yang mengabarkan bahwa dirinya berkesempatan untuk tampil di sebuah game show televisi. Sara yang begitu bersemangat berkeinginan tampil cantik di acara tersebut dengan menggunakan gaun merah kesukaan suaminya saat mereka muda dulu.

Tapi apa daya gaun itu sekarang sudah tidak muat. Dari situlah awal Sara mengkonsumsi pil diet supaya bisa memakai baju tersebut. Sedikit demi sedikit ketergantungan Sara terhadap pil itu mulai bertambah. Sedangkan Harry anaknya kini bukan hanya sekedar pecandu narkoba tapi mulai merambah sebagai penjual bersama temannya Tyrone (Marlon Wayans). Uang hasil penjualan tersebut akan dia gunakan untuk membuka usaha butik bersama pacarnya, Marion (Jennifer Connelly) yang juga seorang pecandu. Lama kelamaan tingkat kecanduan keempat orang tersebut makin menjadi dan mendatangkan masalah demi masalah yang bisa menghancurkan kehidupan mereka.

"Requiem for a Dream" boleh dibilang masih punya beberapa kesamaan dengan debut film Aronofsky, "Pi" baik dari kisahnya yang mengeksplorasi alam pikiran dan penderitaan manusia, masih ada unsur obat-obatan didalamnya, masih juga ada adegan yang sifatnya hanya ada di pikiran karakternya dan tidak terjadi pada kenyataan, sampai beberapa segi teknis seperti penggunaan short shots yang di film ini makin banyak. Bicara soal penggunaan short shots, hal itu menjadi ciri khas dari film ini yang menunjukkan "fase pergantian" dari sebelum karakternya ngobat menjadi kondisi setelah mereka mengkonsumsi narkoba. Bisa dibilang adegan tersebut yang menjembatani perubahan situasi yang terjadi. Awalnya hal itu memang unik tapi karena diulang berkali-kali sampai lebih dari 10 kali saya menjadi mulai agak bosa dengan penggunaan teknik tersebut. Sebagai tambahan, Aronofsky juga menggunakan teknik split screen yang mungkin akan lebih diingat digunakan saat adegan expectations/reality dalam "(500) Days of Summer".
Apakah film ini hanya mengandalkan segi teknis tentu jawabannya tidak. Karena justru kekuatan utama film ini adalah bagaimana kita sebagai penonton diajak terjun kedalam kolam depresi dimana keempat karakternya terjebak akibat kecanduan narkoba. Seperti judulnya, "Requiem for a Dream" benar-benar memperlihatkan pada kita bahwa narkoba bisa membuat penggunanya harus mengubur mimpi mereka. Mimpi yang dipunyai keempat karakter di film ini memang sedikit demi sedikit "mati" bersamaan dengan kecanduan mereka yang makin parah. Buat saya film ini adalah film paling depresif yang pernah saya tonton. Bagaimana tidak, sedepresif apapun suasana sebuah film paling tidak masih ada setitik cahaya harapan yang bisa saya rasakan. "The Road" yang dibintangi Viggo Mortensen saja masih saya rasakan punya setitik harapan bagi karakternya. Sedangkan film ini makin mendekati akhir saya malah makin merasa harapan dan mimpi tersebut makin menghilang saja. Mungkin masih ada harapan tersisa, tapi mereka harus melewati masa-masa tersulit yang penderitaannya luar biasa sebelum mereka harus "terlahir kembali" untuk membangun mimpi mereka. Mungkin juga itu maksud dari endingnya yang memperlihatkan keempat karakternya berbaring dalam posisi fetal seperti bayi dalam kandungan. Belum lagi ending tersebut dibalut dengan scoring "Lux Aeterna" yang menambah kesan dramatis.

Menilik departemen akting, saya rasa tidak ada yang mengecewakan dari keempat bintang utamanya walaupun Ellen Burstyn memang yang paling menonjol dan akhirnya mendapat nominasi Oscar untuk "Best Actress". Aktingnya yang maksimal memerankan kondisi pecandu yang jiwanya perlahan mulai terganggu dengan berbagai imajinasi akibat pil yang dikonsumsinya. Bahkan dia juga menggunakan fat suit (kalau tidak salah itu istilahnya) disini. Jared Leto juga membuktikan bahwa dia bisa sama gemilangnya baik itu sebagai aktor ataupun musisi. Jennifer Connelly sebagai love interest Leto juga sama bagusnya dan cukup berani melakukan beberapa adegan. Marlon Wayans mungkin adalah yang porsi ceritanya sedikit lebih kecil tapi aktingnya juga tidak kalah bagus.

Menonton "Requiem for a Dream" bukan hanya menjadi pengalaman menonton yang luar biasa bagi saya dan mungkin bagi semua penonton tapi juga pengalaman menonton yang berat. Bagaimana tidak? Kita dihadapkan untuk melihat sebuah kondisi yang amat sangat depresif hingga itu berpuncak pada sebuah ending yang tidak kalah depresif-nya dan nyaris tidak menyisakan harapan lagi bagi tokoh-tokohnya. Film ini juga diisi oleh beberapa adegan yang mengandung konten seksual dan penggunaan drug yang kental dimana hal itu membuat film ini jelas jadi konsumsi dewasa belaka. Tapi jika anda bisa bertahan menonton sampai akhir maka pengalaman itu akan jadi pengalaman menonton film yang hebat. Saya sendiri setelah menonton film ini malam harinya langsung bermimpi seolah mengalami dan melakukan hal yang sama seperti Harry.

RATING:

7 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

film yg nyesek tapi sangat sangat brilian!

Rasyidharry mengatakan...

Sampe kebawa mimpi pula saking nyeseknya

abbas aditya mengatakan...

jadi penasaran donlod nih hehe teteup. btw updet link blog film indonesia gue dong hehe. alamatnya udah ganti sih..

http://ngomongin-film-indonesia.blogspot.com

Rasyidharry mengatakan...

Okee, udah gw apdet lagi kok itu. Kirain dihapus apa gimana ternyata gnati alamat toh :P

Unknown mengatakan...

dimana downloadnya ya?????plizz bantuin admin

Rasyidharry mengatakan...

Link donlot film lama udah agak jarang sih sekarang, udah pada dihapus. Tapi coba cari di icinema3satu, kaskus apa torrent

remon �� mengatakan...

hidup ku sudah buruk dan aku depresi setiap hari jadi ga mungkin aku bisa nonton film ini nanti makin depresi :(