WE NEED TO TALK ABOUT KEVIN (2011)

3 komentar
Diadaptasi dari novel berjudul sama yang rilis tahun 2003, We Need to Talk About Kevin memang benar-benar akan membuat para penontonnya membicarakan sosok Kevin Katchadourian yang dalam film ini diperankan oleh tiga aktor berbeda. Tapi nampaknya yang menjadi bahan pembicaraan bukan hanya kisah dalam film ini tapi diluar ceritanya juga. Apalagi kalau bukan ribut-ribut mengenai kegagalan Tilda Swinton mendapatkan nominasi Oscar untuk dua tahun berturut-turut. Tahun 2011 lalu banyak yang kaget saat penampilannya dalam I Am Love tidak diganjar nominasi Oscar. Saya sendiri belum menonton film itu jadi tidak bisa terlalu banyak berkomentar. Untuk tahun ini saya sudah melihat penampilan kelima aktris yang mendapat nominasi Oscar (Meryl Streep, Viola Davis, Michelle Williams, Glenn Close dan Rooney Mara). Satu hal yang kesimpulan saya setelah menonton film ini adalah Tilda Swinton pantas mendapatkannya!

Film ini berjalan dengan alur yang melompat-lompat, tapi pada dasarnya ada dua kisah yang menjadi sorotan utama. Sedari awal kita sudah tahu ada sebuah momen "X" dalam film ini yang berkaitan dengan Kevin. Nah, secara bergantian film ini akan mengisahkan cerita sebelum momen tersebut dan setelahnya. Untuk cerita sebelum momen X, adalah saat Eva (Tilda Swinton) dan Franklin (John C. Reily) baru memulai hubungan rumah tangga mereka dan mempunyai seorang anak bernama Kevin. Kevin sedari kecil adalah anak yang sulit diatur. Selalu menangis saat digendong sang ibu, dan setelah beranjak balita juga selalu melawan ibunya. Kenakalan Kevin dan sifatnya yang sinis terhadap sang ibu terus berjlanjut sampai ia remaja. Sedangkan cerita setelah momen X adalah mengenai bagaimana Eva menghadapi "hukuman sosial" yang muncul setelah momen X terjadi. Eva selalu mendapat pandangan yang sinis dari tetangganya, dibenci masyarakat, rumahnya juga ikut dilempari cat merah oleh orang misterius.
Apakah momen X itu? Kita baru akan diperlihatkan secara gamblang mendekati akhir film. Tapi sedari awal kita sudah akan bisa mengira-ira kejadian seperti apakah itu. Kita tentunya tahu kejadian itu akan melibatkan Kevin dan itu adalah tindak kriminal setelah kita melihat Eva menjenguk Kevin didalam penjara. Kita juga akan tahu Kevin telah melakukan perbuatan yang brutal dari beberapa flashback yang ada. Selain itu banyaknya warna merah yang tersebar dalam film ini juga seolah menunjukkan kejadian brutal tersebut. Selai strawberry yang meleleh, cat merah yang mewarnai tembok rumah, hingga festival tomat yang sekilas seperti banjir darah. Sutradara Lynne Ramsay seolah ingin membuat penontonnya berimajinasi sendiri mengenai bagaimana brutal dan berdarahnya kejadian yang telah terjadi. Hal itu juga tergambar jelas dari tindak tanduk Kevin yang terlihat begitu mengerikan walaupun ia hanya berdiri diam sambil menyeringai.
Kita akan disuguhkan misteri yang mendalam disini. Tapi bukan misteri mengenai plot-nya yang jadi konsen utama. Meski kejadian apa yang terjadi dirahasiakan sebelum akhir, tapi hal itu bukanlah misteri utamanya. Misteri utama film ini adalah mengenai Kevin sendiri. Misteri mengenai seseorang jelas lebih kompleks dibandingkan dengan misteri mengenai sesuatu. Akan lebih mudah menebak fakta mengenai kejadian yang misterius daripada menebak isi pikiran seseorang yang misterius. Hal itulah yang membuat We Need to Talk About Kevin jadi begitu menarik diikuti. Tingkah polah Kevin sedari kecil yang sangat nakal dan terkadang mengarah kepada psikopat akan selalu menarik untuk disimak. Tentu saja kita tidak akan semudah itu langsung membenci Kevin dengan segala kenakalannya. Momen sebelum kejadian itu diperlukan untuk menyoroti faktor apakah yang membuat Kevin bertindak seperti itu.

Tapi tentu saja sosok Eva juga begitu disoroti disini. Sebelum kejadian, dia sudah merasa kehadiran Kevin perlahan justru merusak hidupnya. Setelah kejadian kehidupannya makin depresif saja meski film ditutup dengan harapan. Menarik melihat Eva sebagai sosok yang nampak belum terlalu siap menjadi seorang ibu. Saat proses persalinan juga ada hal menarik dimana Eva berulang kali melawan bayi itu untuk keluar. Dan seperti yang saya bilang diatas, penampilan Tilda Swinton sebagai Eva yang depresif layak diganjar nominasi Oscar. Dibandingkan Glenn Close, penampilan Tilda Swinton jauh lebih mendalam karakternya. Toh We Need to Talk About Kevin masih jauh lebih bagus daripada Albert Nobbs dimana Glenn Close bermain sebagai wanita yang menyamar menjadi pria. Overall film ini bukanlah horror dan lebih kearah drama psikologis, namun film ini berhasil membangun suasana horror yang mengerikan secara tersirat dan berkeliaran dalam imajinasi masing-masing penontonnya.

RATING:

3 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

walaupun tilda swinton bagus mainnya disini, tapi yg mencuri perhatian malah si ezra miller haha pyscho nya dpt bgt

Rasyidharry mengatakan...

Yang keren lagi tiga aktor beda usia yang mainin Kevin bisa ddapet semua karakternya, bener berasa kayak satu orang yang sama

ardi nusawan mengatakan...

kevin mah psikopat :-/