THE DARK KNIGHT RISES (2012)

8 komentar
Sudah tujuh tahun berlalu sejak Nolan berhasil mengembalikan sosok Batman dari figur superhero norak dengan puting di kostumnya menjadi sosok superhero yang kelam, keren dan punya latar belakang kisah yang mendalam. Dengan berani Batman Begins me-reboot kisah Bruce Wayne, menyorotinya secara lebih detail dan mendalam, memberikan sentuhan realistis yang gelap dalam kisahnya, dan tentunya memberikan standar baru dalam film superhero. Sebuah origins yang layak didapatkan olehnya. Sampai tiga tahun kemudian Nolan kembali dengan The Dark Knight yang memperluas kisahnya, membuat sebuah film superhero yang makin gelap dan kompleks, dan tentunya performa dari Heath Ledger yang tidak akan terlupakan. Ya, saat itu Nolan mampu meningkatkan standar yang pernah ia tanamkan dalam Batman Begins. Jika diibaratkan kompetisi sepakbola maka The Dark Knight adalah juara bertahan yang selalu coba dikalahkan oleh film-film superhero berikutnya, dan masih terus gagal...hingga empat tahun kemudian Nolan kembali lewat kisah yang akan menjadi penutup trilogi Batman, akhir dari legenda sang kelelawar yang tentunya diiringi oleh jutaan harapan akan sebuah akhir yang epic dan akan menutup trilogi luar biasa ini, dan sekali lagi Nolan berhasil.

Banyak yang penasaran, bagaimana Nolan menutup trilogi ini tanpa sosok Joker yang begitu luar biasa dalam film keduanya. Siapakah sosok yang bisa memberikan teror setara dengan sang agent of chaos dan mampu membuat film ketiganya ini menjadi suguhan yang tidak kalah dari pendahulunya. Sosok tersebut akhirnya jatuh pada Bane (Tom Hardy). Bagi yang tidak mengikuti komiknya dan berpegangan pada film sebelumnya, pasti sosok Bane yang muncul adalah sosok penjahat konyol tak berotak yang muncul di Batman & Robin. Tapi Bane lebih dari itu. Ia adalah sosok yang tidak hanya punya kekuatan otot diatas Batman tapi juga punya kepintaran yang tidak kalah dari sang manusia kelelawar. Dalam komiknya sendiri Bane menjadi satu-satunya musuh yang bisa membuat Bruce Wayne pensiun sementarra sebagai Batman setelah punggungnya dipatahkan dalam sebuah pertarungan seru. Dalam filmnya, Bane muncul delapan tahun setelah even di TDK, dimana Gotham sudah menjadi kota yang aman berkat adanya hukum Harvey Dent. Masyarakat hidup tentram tanpa tahu fakta sebenarnya. Di sisi lain Bruce Wayne (Christian Bale) kini mengasingkan diri di Wayne Manor dengan kondisi fisik yang sudah melemah. Bruce masih belum berniat kembali memakai jubahnya, dan merasa Gotham masih belum butuh sosok Batman walaupun muncul seorang pencuri wanita bernama Selina Kyle (Anne Hathaway). Tapi pada akhirnya kemunculan seorang teroris yang dianggap layaknya setan bernama Bane membuat Batman kembali beraksi, dan kali ini akhirnya ia menemukan lawan yang seimbang, bahkan mengunggulinya.

Separuh awal film berjalan lambat dengan banyak dialog dan drama yang cukup kelam didalamnya. Sampai sekitar satu jam kita masih belum akan disuguhi Bruce Wayne dalam mantel Batman, dan pendekatan ini agak mengingatkan saya kepada apa yang muncul dalam Batman Begins.Jika dalam film pertamanya tersebut kita akan diajak mengikuti alasan Bruce menjadi Batman, di TDKR kita pada awalnya akan diajak menelusuri alasan kenapa Batman dibutuhkan oleh Gotham, dan kenapa Bruce Wayne pada akhirnya memilih untuk kembali mengenakan jubah Batman. Bagi beberapa orang drama tersebut mungkin akan terasa melelahkan tapi sejujurnya bagi saya itu perlu untuk menguatkan pondasi kisahnya sebelum kita akan diajak masuk kedalam klimaks panjang yang sangat epic sampai filmnya selesai. Pada akhirnya 165 menit dari film ini memang akan memberikan sebuah tontonan yang lebih gelap, lebih menyentuh dan dengan cakupan kisah yang lebih luas. Hal tersebut selalu dilakukan, khususnya untuk film ketiga yang menutup trilogi sebuah franchise superhero. Lihatlah Spider-Man 3 dan X-Men: The Last Stand yang sayangnya terlalu fokus pada memperbesar skala filmnya (baca: adegan aksinya). Tapi TDKR beda, film ini mampu memperbesar semua yang ada di film pendahulunya, termasuk memperdalam karakter Batman sendiri.
Jika di TDK seringkali sosok Joker menutupi sosok Batman itu sendiri, dalam TDKR semuanya adalah tentang Bruce Wayne dan Batman. Beberapa subplot memang masih ada, tapi semuanya akan kembali lagi pada perjalanan Bruce Wayne. Seperti judulnya, kita akan diajak melihat jatuh bangunnya sosok Batman. Batman memang seorang pahlawan yang sangat dibutuhkan Gotham, tapi sekali lagi dia bukanlah sosok manusia super, dia bukanlah Superman yang bisa melakukan semuanya sendirian. Batman adalah figur pahlawan yang bisa hidup dan bangkit dengan membutuhkan orang-orang di sekitarnya, dan dia membutuhkan sekaligus mencintai Gotham seperti rakyat Gotham yang sebenarnya sangat membutuhkan sosok pahlawan. Dalam TDKR kita tidak akan disuguhi kisah superhero, tapi kisah kepahlawanan. Batman memang pahlawan, tapi dia tetaplah manusia biasa dan hal itulah yang membuatnya sangat mudah dicintai. Kisah jatuh bangun sang pahlawan itulah yang benar-benar disoroti dan ditampilkan dengan begitu menggugah disini, meskipun harus diakui momen kebangkita Bruce menjelang klimaks terasa terlalu klise, tapi toh siapa yang akan protes? Yang diharapkan semua orang adalah bangkitnya Batman. Saya sendiri merasa ada di posisi yang sama dengan Alfred dalam film ini berkaitan dengan bagaimana dia sangat mencintai Batman/Bruce Wayne dan sangat mengkhawatirkan nasib sang majikan.
Dari kualitas memang TDKR masih sedikit dibawah TDK tapi bukan berarti film ini buruk, karena TDKR "hanya sedikit" dibawah TDK yang notabene adalah sebuah bentuk film yang sangat dekat dengan deskripsi kesempurnaan. Maka sebuah film yang hanya sedikit dibawah hal itu tetap adalah sebuah film yang luar biasa. Bicara soal luar biasa maka momen epic yang terjadi sejak kembalinya Bruce Wayne sebagai Batman hingga filmnya berakhir memang adalah rangkaian momen yang sungguh luar biasa. Terkadang terasa menegangkan saat kita dibawa melihat pertempuran-pertempuran luar biasa, melihat Batman beraksi dengan The Bat yang begitu megah di udara, melihat perang yang terjadi antara polisi dengan pasukan Bane, melihat bagaimana Batman dan Catwoman bertarung bersama, dan tentunya melihat bagaimana konfrontasi luar biasa antara Batman dengan Bane. Tidak hanya menegangkan, diluar dugaan TDKR juga cukup mengharukan. Mengharukan melihat bagaimana Batman/Bruce Wayne yang begitu mencintai Gotham dan rela berkorban apapun demi cintanya tersebut, mengharukan pula melihat hubungannya dengan sosok di sekitarnya khususnya dengan Alfred, mengahrukan melihat bagaimana trilogi luar biasa ini akhirnya harus berakhir dengan epic, mengharukan, indah...dan sedikit ambigu. Bicara soal akhir, Nolan kembali menutup filmnya dengan ending yang menancap dan sedikit ambigu, Tidak se-ambigu yang muncul dalam Inception memang, namun masih cukup bisa membuat para penontonnya berdebat. Tapi apapun fakta sesungguhnya, film ini sudah ditutup dengan cara terbaik yang paling pantas.

Lanjut kepada sosok villain, saya termasuk yang ragu apakah sosok Bane bisa menandingi Joker yang luar biasa itu, dan jawabannya adalah BISA, namun dengan cara yang berbeda. Joker membuai penontonnya dengan aksi gila yang penuh dengan teror dan lelucon ala komedi hitam. Sedangkan Bane adalah sosok yang lebih waras, lebih cerdas, lebih kuat, dan tetap bisa menebar teror. Saya selalu ngeri jika membayangkan sosomJoker-nya Heath Ledger muncul di dunia nyata dengan segala kegilaannya. Begitu juga yang terjadi pada sosok Bane milik Tom Hardy ini. Sosoknya begitu intimidatif. Tinggi besar, suara yang mengerikan (agak menggelikan?) topeng seram yang jauh dari kesan konyol, dan tentunya aksi-aksinya yang tetap tidak kalah gila dari Joker. Tapi yang paling penting sosok ini mampu membuat Batman kewalahan dan membuat sang pahlawan harus benar-benar berjuang hingga titik darah penghabisan, itulah sosok villain yang luar biasa. Lalu bagaimana dengan Catwoman-nya Anne Hathaway? Mungkin masih belum se-ikonik Catwoman versi Michelle Pfeiffer di Batman Returns (1992) tapi tetap saja penampilannya layak dapat pujian. Baik itu sebagai Selina ataupun saat harus menjadi Catwoman yang punya hubungan unik dengan Batman. Keputusan yang tepat untuk menghadirkan dua sosok ini, yaitu villain yang seimbang dengan Batman, dan seorang lagi adalah sosok villain yang punya hubungan paling kompleks dengan Batman.

Secara keseluruhan The Dark Knight Rises memang masih sedikit dibawah The Dark Knight,tapi itu sangat sedikit, tidak sampai satu level dibawahnya. Alur dalam film ini juga memiliki beberapa plot hole yang jika diperhatikan benar-benar akan sedikit mengganggu. Tapi apa daya saya untuk tidak memberikan nilai sempurna pada film yang mampu tampil luar biasa ini? Sebuah sajian epic yang tidak hanya menegangkan, namun juga menyentuh dan mengharukan. Begitu banyak momen luar biasa yang memorable disini dan salah satu favorit saya adalah momen meledaknya stadion yang memang sudah terlihat di trailer tapi saat momen itu muncul di filmnya terasa begitu menyentuh, apalagi dengan iringan vokal yang luar biasa pula. Untuk momen lainnya saya setuju dengan artikel dari Total Film ini yang menampilkan 50 momen terbaik TDKR. Semua momen tersebut juga dibalut dengan scoring Hans Zimmer yang seperti biasa mampu membangkitkan adrenaline. Meski gelap, TDKR juga punya beberapa momen yang bisa memancing tawa dari celetukan-celetukan tokohnya, dan itu cukup membantu mengendurkan ketegangan. Sebuah penutup trilogi dan akhir dari sebuah legenda luar biasa yang saya yakin tidak akan pernah dilupakan penontonnya hingga beberapa dekade mendatang. Sedangkan untuk siapa saja yang akan menjadi sutradara reboot film Batman, ada kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya Nolan sudah memberikan contoh dan template untuk film Batman dan Nolan sendiri kabarnya akan menjadi produsernya. Tapi kabar buruknya ia akan dibanding-bandingkan dengan versi Nolan yang luar biasa ini.

RATING:

8 komentar :

Comment Page:
FANBOY mengatakan...

Wah, kasusnya kayanya hampir sama nich kaya Spider-Man 3, adegan aksinya dibanyakin tapi porsi drama nya juga, & mirip juga ma Dark of The Moon yang alurnya lambat banget di awal sampe tengah-ke-akhir film habis itu baru deh climactic battle. Wow... o_O

Moga gw bisa nonton minggu ini... XD

Rasyidharry mengatakan...

Hmm buat gue beda, karena buat DotM dramanya ancur, dan adegan klimaksnya cuman masuk kategori seru dan banyak CGI, kalo TDKR dramanya ngena dan klimaksnya nggak perlu banyak CGI tapi tensinya jauh lebih maksimal

Fariz Razi mengatakan...

Hehe setuju ama Rasyid, jgn bandingn TDKR sama Spider-Man 3 & Dark of the Moon yg jelas2 memaksakan porsi drama, dan itu pun gak ditonjolin bgt + cuman tempelan doang. Kalo TDKR drama nya ngena dan memang krusial bgt sama filmnya sendiri, labih dalem ngulik sisi humanisme dan heroisme #eaa plus adegan aksi di TDKR lebih raw dan lebih keren, walaupun CGI nya minim bgt *nyaris gak ada malah*

Rasyidharry mengatakan...

Kalo masalah nuansa yg mirip malah mungkin TDKR sedikit mirip sama Batman Begins

Anonim mengatakan...

film ini bagus tapi gak sebagus dark knight krn batman vs joker always the best

Alvi mengatakan...

Mas Rasyid,saya udah lama baca blog mas rasyid dan saya baru bikin blog.Keberatan gak kalo kita tukeran link?:)

Rasyidharry mengatakan...

Oh dengan senang hati :D

Arham Syahlala mengatakan...

waw, bener-benr bagus sih emang batman trilogy. bikin merinding liatnyaa