HEADHUNTERS (2011)

1 komentar
Diangkat dari novel yang berjudul sama, Headhunters atau yang punya judul asli Hodejegerne adalah film Norwegia yang digadang-gadang akan menjadi penerus kesuksesan Millenium Trilogy. Sama dengan trilogi tersebut, Headhunters juga bergenre thriller dan mendulang kesuksesan luar biasa baik secara finansial maupun secara kualitas di mata kritikus. Bahkan seperti biasa Hollywood sudah mendapatkan hak untuk melakukan remake terhadap film ini. Film thriller dari Skandinavia memang selalu punya daya tarik dan pendekatan yang berbeda dibanding thriller ala Hollywood yang banyak bertebaran dan makin lama makin terasa basi bagi saya. Meskipun berjudul Headhunters, film ini bukanlah berkisah tentang seorang pembunuh pemburukepala ataupun seorang pemburu hadiah karena Headhunter yang dimaksud disini adalah seseorang yang tugasnya melakukan perekrutan terhadap sebuah posisi lowong dalam suatu perusahan. Dalam film ini, Roger Brown (Aksel Hennie) bekerja sebagai seorang headhunter dan cukup berhasil meraih kesuksesan dari pekerjaannya tersebut. Roger juga adalah penderita Napoleon Comples yang tidak percaya diri akibat tinggi badannya yang hanya 168 cm.

Akibat rasa mindernya tersebut, Roger selalu berusaha sebisa mungkin membahagiakan istrinya yang cantik dan tinggi, Diana (Synnøve Macody Lund) dengan memberikan berbahai kemewahan pada sang istri. Dia takut jika sang istri kelak merasa kurang bahagia dan meninggalkan dirinya. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan mewah itulah Roger mempunyai pekerjaan lain yaitu sebagai pencuri lukisan. Bekerja sama dengan Ove (Eivind Sander) yang bekerja di perusahaan penyedia jasa keamanan, Roger dengan mudah bisa keluar masuk rumah orang dan menukar lukisan asli dengan copy yang sudah ia buat. Hal itu membuat korban tidak tahu bahwa lukisannya telah dicuri dan jika sadarpun sudah terlambat karena semua jejak telah hilang dimakan waktu. Tapi semua itu tetap belum bisa memenuhi gaya hidup mewah yang diberikan oleh Roger pada istrinya. Sampai suatu hari sang istri memberi tahu bahwa rekannya, Clas Greve (Nikolaj Coster-Waldau) mempunyai sebuah lukisan bernilai ratusan juta. Mendengar hal itu jelas Roger begitu bernafsu mendapatkan lukisan tersebut yang bisa membebaskannya dari segala hutang dan memenuhi kebutuhan mewah bagi istrinya. Tapi begitu aksi dilakukan, Roger malah menemui fakta mengejutkan di apartemen Clas. Bahkan setelah pencurian tersebut hidupnya berubah dan nyawanya terancam. Kini Roger harus melakukan kejar-kejaran dengan orang yang berusaha mengincar nyawanya dan dia tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi.
Headhunters memiliki formula yang berbeda dengan thriller berbalut crime dan action ala Hollywood. Jika anda bertanya-tanya film basi Hollywood macam apa yang daritadi saya maksud, mungkin anda bisa menonton film-film macam Contraband (Wahlberg), Safe House (Washington & Reynolds) atau The Double (Richard Gere). Tidak semua film tersebut buruk, tapi hampir semuanya punya alur cerita dan formula yang sama, yaitu dengan mengandalkan adegan aksi yang terdiri dari tembak-tembakan dan kejar-kejaran mobil yang diambil dengan pergerakan kamera yang sengaja dibuat cepat tapi justru membuat pusing dan basi sampai adegan perkelahian satu lawan satu dengan koreografi seadanya dan diakali dengan (lagi-lagi) pergerakan kamera. Sedangkan untuk ceritanya juga tidak ada inovasi. Seorang protagonis pria yang jago bertarung dan memakai senjata kemudian terlibat dalam masalah yang mengancam nyawanya dan seringkali juga nyawa orang-orang terdekatnya. Lalu kemudian sang jagoan harus melalui berbagai rintangan bahaya lalu di akhir semuanya berakhir dengan sang musuh terkalahkan, semua berakhir bahagia. Penonton terhibur, pulang dan sesampainya dirumah saat ditanya tentang bagaimana cerita filmnya akan menjawab "ya gitulah, action, tembak-tembakan" Sangat Hollywood bukan? Saya tidak mengatakan itu semua buruk tapi yang jelas minim inovasi.
Sedangkan dalam Headhunters kita bahkan tidak disuguhi banyak adegan action dengan kamera yang bergerak cepat seperti itu. Tentunya masih ada adegan yang melibatkan pistol ataupun mobil tapi semuanya dikemas dengan baik, bahkan ada inovasi didalamnya dengan penambahan beberapa momen yang kental dengan unsur black comedy. Kejar-kejaran dengan traktor yang tertusuk anjing adalah salah satu bentuk kegilaan sekaligus kelucuan film ini. Film ini membuktikan meski tanpa dibalut pergerakan kamera cepat atau musik menghentak, sebuah thriller tetap bisa terasa seru. Naskahnya sendiri memang solid dan berhasil menciptakan sebuah thriller yang realistis tapi tetap terasa seru. Film ini memang terasa realistis jika kita melihat berbagai momennya atau jika kita menelusuri latar belakang atau motif tiap karakternya. Menjadi pencuri lukisan profesional memang terasa "sangat film" jika dibawa ke dunia nyata meski bukan tidak mungkin, tapi tambahkan partner seorang yang bekerja di penyedia jasa alarm maka semuanya terasa realistis. Begitu pula dengan motif yang melatar belakangi Roger menjadi pencuri ataupun motifnya dalam melakukan berbagai hal dalam film ini. Semuanya believable dan tidaklah dipaksakan. Begitu pula dengan karakter lain. 

Tidak ada adegan aksi yang menggelegar juga tertutup dengan sempurna oleh banyaknya kejutan yang ditebar sepanjang film. Berbagai momen yang tidak terduga setia menghiasi perjalanan kita menyaksikan film ini. Berkat naskahnya yang solid pula semua kejutan tersebut berhasil muncul dengan baik dan efektif. Tidak ada yang terlalu dipaksakan untuk menjadi sebuah twist. Hingga pada akhirnya kita sampai pada ending yang mungkin tidaklah twisty tapi terasa cerdas dan akhirnya ditutup dengan (lagi-lagi) sebuah kata-kata tentang reputasi yang mampu memancing tawa. Jikapun ada kekurangan dalam Headhunters itu terletak pada beberapa plot hole yang sesekali muncul namun masih bisa termaafkan, mengingat filmnya soliddan plot hole dalam film khususnya thriller memang jamak terjadi dan bisa dimaklumi asalkan tidak keterlaluan. Sebenarnya film ini juga memasukkan unsur drama didalamnya hanya saja memang terlihat sengaja dikesampingkan dan hanya digunakan untuk melengkapi motif tiap karakternya. Tidak terasa begitu mengena tapi sudah cukup dan tidak mengecewakan. Drama dalam Headhunters yang mengisahkan seseorang yang bersedia melakukan apapun demi orang yang ia cintai masih jauh diatas drama yang tersaji dalam thriller standar milik Hollywood. Saya akan dengan senang hati menunggu remake-nya andaikan jatuh ketangan yang tepat, toh saya lebih suka The Girl With the Dragon Tattoo versi Fincher daripada aslinya.

RATING:

1 komentar :

Comment Page:
Adib mengatakan...

Bang Rasyid, rekomin film yang mirip headhunters, atau yg feels nya sama dengan ini, atau film thriller lain tapi kualitasnya kayak gini dong. Rindu banget film thriller yg bagus begini