THE MACHINIST (2004)

9 komentar
Anda mungkin belum pernah menonton film ini, tapi saya yakin anda pernah mendengar cerita dibalik proses pembuatan filmnya. Cerita yang saya maksud tidak lain adalah tentang Christian Bale yang melakukan diet ketat demi menjadi karakter yang ia mainkan di film ini. Bale yang aslinya mempunyai berat badan 82 kilogram sebelum syuting menurunkan beratnya menjadi hanya 54 kg, yang artinya dia kehilangan 28 kg. Diet yang ia lakukan adalah dengan hanya mengkonsumsi kopi hitam tanpa gula ditambah satu buah apel atau satu tuna kalengan tiap harinya. Awalnya Bale masih ingin menurunkan lagi beratnya hingga mencapai 45 kg, tapi sutradara Brad Anderson menolak karena hal itu bisa membahayakan kesehatan sang aktor. Jika fakta itu sudah terdengar luar biasa, jangan lupa bahwa setelah The Machinist Bale kembali menambah beratnya sebanyak 27kg demi perannya sebagai Bruce Wayne dalam Batman Begins yang rilis setahun kemudian. Tapi selain Christian Bale yang nampak seperti mayat hidup, tentunya film ini punya hal lain untuk ditawarkan pada penonton.

Trevor Reznik (Bale) adalah seorang pria yang bekerja sebagai seorang operator mesin (machinist) di sebuah pabrik. Trevor sudah setahun ini mengalami insomnia akut yang membuatnya tidak pernah bisa tidur sedetikpun. Hal itu sendiri membuat kondisi fisiknya menurun, dimana berat badanya terus-terusan anjlok. Rekan-rekan kerjanya sendiri mulai merasa adanya perubahan dalam diri Trevor yang makin sering menyendiri dan tidak pernah lagi berkumpul bersama mereka diluar jam kerja. Selama ini juga Trevor terus ditemani oleh seorang pelacur bernama Stevie (Jennifer Jason Leigh). Namun hubungan mereka sendiri lebih dari sekedar pelacur dan pelanggan, karena mereka sering bertukar cerita, dimana hal itu membuat Stevie dan Trevor sama-sama nyaman dalam menjalani kesendirian mereka. Suatu hari Trevor bertemu dengan Ivan (John Sharian) yang mengaku sebagai sesama pekerja di pabrik, meski selama ini Trevor merasa belum pernah melihat Ivan. Munculnya Ivan ternyata mempengaruhi Trevor dimana suatu hari Trevor sampai membuat kecelakaan di tempat kerja yang membuat rekannya kehilangan satu lengan. Sambil menyelidiki keberadaan Ivan, Trevor mulai menemukan satu demi satu misteri yang ada di sekitarnya.

Tentang apa yang terjadi pada diri Trevor, saya yakin mayoritas penonton sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan hanya melihat fakta bahwa Trevor mengalami insomnia akut yang mempengaruhi fisik dan psikisnya, kita sudah tahu tentang jawaban dibalik misteri besar yang melingkupi film ini semisal siapa sebenarnya Ivan dan beberapa hal lain. Namun The Machinist masih punya beberapa kejutan lain untuk diberikan pada penonton. Jadi misalkan kita sudah tahu jawaban atas misteri utamanya, film ini masih menyimpan beberapa kejutan lain tentang pernak-pernik yang mengiringi misteri tersebut. Tapi tunggu dulu, twist yang bisa ditebak tentunya bukanlah ukuran keberhasilan sebuah thriller, apalagi bagi sebuah film yang menyebut dirinya sebagai psychological thriller. Meski banyak thriller psikologis yang nantinya mempunyai kejutan entah itu dengan personality karakternya atau tentang hal lain, pada dasarnya sebuah thriller psikologis akan terasa semakin baik jika sanggup menghadirkan sisi terdalam (dan mungkin terkelam) dalam diri manusia. Bagaimana sisi psikologis manusia dieksplorasi sedalam mungkin hingga menciptakan sebuah ketegangan karena pada dasarnya personality tiap-tiap manusia adalah salah satu misteri terbesar dan paling menarik untuk dikulik. 
Jika dilihat dari faktor diatas, The Machinist memang sanggup menyuguhkan begitu kelamnya kondisi seseorang yang tengah terganggu aspek psikologisnya. Film ini adalah mengenai bagaimana tidak tenang dan terganggunya kehidupan seseorang yang memendam rasa bersalah begitu besar. Selain itu, film ini juga menyoroti bagaimana orang yang hidup dalam kesendirian dan mencari sosok orang lain untuk berbagi permasalahan yang ia alami.  Melihat hal itu, The Machinist sudah begitu baik dalam menghadirkan nuansa yang kelam dan kuat dengan aura kesendirian. Dengan begitu bukankah film ini adalah film yang baik karena berhasil menyoroti sisi terdalam pada diri manusia? Tunggu dulu, masalahnya The Machinist juga begitu berfokus pada misterinya. Yang lebih disoroti adalah bagaimana gangguan psikologis tersebut menciptakan teka-teki dalam kehidupan Trevor, dan teka-teki itulah yang menjadi senjata utama dalam film ini, dan jika bicara teka-teki atau misteri maka The Machinist tidak punya misteri yang bisa membuat penontonnya puas karena "ditipu". Kenapa? Karena sudah sedari awal kita bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada Trevor. Bahkan dengan melihat permainan hangman yang menempel di kulkas milik Trevor kita sudah bisa menebak lebih jauh lagi.

The Machinist mengeksplorasi jauh lebih dalam lagi tentang insomnia, bahkan hingga ke dampak yang paling parah. Film ini sanggup mengaitkan antara dampak yang terjadi pada insomnia dengan beberapa konflik yang berkecamuk dalam diri Trevor mulai dari rasa bersalah hingga rasa kesepian. Jika ditilik lebih jauh memang film ini begitu cerdik dalam memberikan benang merah pada beberapa hal tersebut hingga akhirnya memberikan satu kesatuan yang rapih dalam gangguan psikis yang diderita oleh Trevor. Hasil akhirnya jika dilihat dari aspek misteri yang dimuat memang menjadi kurang menarik karena begitu mudah ditebak, tapi dari eksplorasi psikologis karakternya, The Machinist adalah film yang berhasil. Tidak hanya mendalam namun juga cerdas dalam usahanya mengaitkan segala konflik dalam internal manusia. Jangan lupakan juga akting Christian Bale yang baik disini, meski tidak se-luar biasa usahanya dalam mengurangi berat badan, tapi terbukti bahwa metodenya tersebut sanggup membuat sang aktor mendalami sosok Trevor yang terganggu psikis dan fisiknya. Bagimana tidak? Siapa juga yang tidak bosan dalam sehari hanya mengkonsumsi secangkir kopi hitam pahit dengan apel atau tuna kalengan? Inilah kisah tentang bagaimana seseorang tetap mendapatkan mimpi buruk walaupun ia tidak pernah bsa tertidur.


9 komentar :

Comment Page:
Akbar Saputra mengatakan...

Setuju, eksplorasi psikologi tokoh utamanya cukup baik tetapi misteri yang disajikan kurang menantang. Bale luar biasa total di film ini, "If you were any thinner, you wouldn't exist". Hebat.

Unknown mengatakan...

Waaaah, jadi inget dulu nonton film ini pake vcd rental, hehehe :)

Anonim mengatakan...

mnurut sya filmnya biasa2 aja,, banyak tipe film begini sblum film ini ada
tapi paling hebat ya totalitas si christian bale,,, sangat profesional dalam proses pembuatan film dan total deh aktingnya,, top deh buat bale

Indra mengatakan...

setuju sama yang atas hehehe
filmnya sih bagus tapi biasa, tapi totalitas bale dalam film ini yang luar biasa
dari awal gak tau sama sekali kalau bale disini ternyata melakukan diet ketat untuk kurus saya kira cuma visual effect atau make up, hebat lah hahaha

terima kasih

Mahendra nugraha mengatakan...

akting yang memukau dari seorang christian bale hingga ia menurunkan berat badannya sampai 54 kg... totalitas demi peran.... great job bale!!!

Anonim mengatakan...

wow... diet ekstream.. bisa kali di coba :D

Nocturnal human being mengatakan...

Pas nonton ini gua kira bale kena hiv kalo ngga efek drugs

Anonim mengatakan...

Mau rekomendasi contoh film yang serupa dong kak. Akuu ada tugas tentang psikologi. Semogaa kaka berkenan buat sharing contoh filmnya ya kak terimakasih

Anonim mengatakan...

film yg bagus menurut saya cuma 1 syarat ga muluk muluk, yaitu : "membuat penonton mau terus lanjut sampai habis. bagaimana pun caranya. ntah bikin penasaran, atau tegang, seru dll dan bukan slow burn".

film ini bikin pengen nonton terus sampe akhir. memang banyak film yg bikin betah sampe akhir. makanya film ininya termasuk biasa. biasa tapi ga bikin ngantuk kaya film slow burn