G.I. JOE: RETALIATION (2013)

2 komentar
Film G.I. Joe: The Rise of Cobra yang dirilis empat tahun lalu sebenarnya tidak bisa dibilang sukses besar. Memang secara pendapatan global film ini berhasil meraup total $302 juta dari bujetnya yang $175 juta. Hampir mendapatkan 2 kali lipat bujet memang nampak sebagai sebuah sukses besar, namun sesungguhnya hal itu bukan kesuksesan besar jika melihat franchise Transformers yang juga menjadi milik Hasbro. Dengan bujet yang jauh lebih besar, trilogi garapan Michael Bay tersebut sanggup mendulang pendapatan hingga 3 bahkan 4 kali lipat bujetnya. Bahkan film ketiganya, Dark of the Moon berhasil melewati angka 1 milyar. Dari segi kualitas pun, film pertama G.I. Joe banyak dicela kritikus akibat plot serta akting yang buruk. Tapi toh sama seperti Transformers, kisah para militer Amerika Serikat ini bukanlah film yang mengandalkan plot melainkan adegan aksi sebagai fokus utama hiburannya. Jika adegan aksinya menghibur meski ceritanya buruk, maka saya bisa bilang film itu berhasil. Tapi nampaknya dengan kesuksesan yang tidak menyamai Transformers tersebut pihak Paramount mulai berpikir ulang untuk membuat sekuelnya, terbukti film kedua ini rilis empat tahun semenjak film pertamanya. 

Saya masih belum membicarakan banyak kisah dibalik layar yang membuat film kedua ini makin meragukan, dimana pada dasarnya film ini akan dirilis pada Juni 2012, namun pada akhirnya mundur hingga 9 bulan sampai Maret 2013. Ada beberapa kabar yang mengiringi penundaan itu, mulai dari konversi ke 3D, Paramount yang tidak yakin filmnya akan cukup bagus bersaing di musim panas, hingga kabar diadakannya syuting ulang guna menambah screen time Channing Tatum yang memang tahun lalu mulai berada di puncak karirnya sekaligus menjadi jaminan kesuksesan komersil sebuah film. Retaliation berkisah tentang pasukan G.I. Joe yang kini dipimpin oleh Duke (Channing Tatum) serta Roadblock (Dwayne Johnson) dimana mereka sedang melaksanakan tugas untuk mengamankan sebuah senjata nuklir di Pakistan. Namun setelah misi sukses tiba-tiba mereka diserang oleh sekelompok tentara misterius yang ternyata dipimpin oleh Firefly (Ray Stevenson), salah satu anak buah Cobra Commander (Luke Bracey) yang saat itu masih dikurung di penjara tingkat tinggi. Serangan tersebut membuat banyak anggota Joe yang tewas termasuk Duke. Tidak hanya itu, G.I. Joe justru dituduh mengkhianati Amerika dan kini menjadi musuh bangsa. Para anggota Joe yang tersisa mulai dari Roadblock, Flint (D.J. Cotrona), Lady Jaye (Adrianne Palicki) hingga Snake Eyes (Ray Park) kini haris berloma dengan waktu guna mengembalikan nama baik mereka serta menghentikan rencana Cobra Commander.

G.I. Joe: Retaliation punya semuanya untuk menjadi sebuah film yang buruk. Pertama adalah dari segi ceritanya. Jelas Retaliation memang tidak mengandalkan plot sebagai senjata utamanya, tapi parahnya cerita di film ini sudah sampai pada tingkat keburukan yang dibawah rata-rata. Tentu saja film action popcorn seperti ini akan penuh dengan plot hole, dan saya memaafkan itu andaikan filmnya masih menghibur dan lubangnya tidak terlalu banyak dan besar. Namun untuk film ini, lubang dalam ceritanya sudah terlampau banyak dan besar hingga membuat ceritanya semakin bodoh. Saya rasa hampir tidak mungkin menuliskan satu persatu secara lengkap plot hole serta kebodohan apa saja yang muncul di filmnya pada review ini karena terlalu banyak yang harus saya tuliskan. Saya ambil contoh konspirasi untuk menjebak Snake Eyes diawal film, rencana Cobra untuk memfitnah G.I. Joe, rahasia yang disembunyikan Storm Shadow, dan masih banyak lagi lubang-lubang menganga yang menggambarkan bagaimana asal-asalannya naskah film ini ditulis. Kemana pula anggota G.I. Joe lain yang tampil di film pertama? Retaliation nampak bagaikan sebuah kebingungan antara sekuel ataupun reboot. Kontinuitas mungkin terlihat seperti sekuel, tapi penggarapan dan pengemasannya seperti berusaha me-restart ulang ceritanya.
Kemudian muncul salah satu keputusan terbodoh yang dilakukan film ini, apalagi kalau bukan membunuh karakter Duke. Saya bukan penggemar G.I. Joe dan tidak tahu menahu tentang ceritanya, jadi saya tidak merasa bahwa hilangnya karakter Duke tidak menjadikan kontroversi bagi saya. Tapi keputusan terbodoh dibuat saat film ini sudah sedari awal memberi tahukan bahwa karakter Duke akan dimatikan. Bukankah cara terbaik adalah membunuh karakter tersebut dan menjadikannya sebagai kejutan? Saya rasa akan menjadi sebuah shocking moment yang efektif jika di tengah karakter Duke dimatikan, bukan diawal dan tidak perlu dijadikan materi promosi. Bukankah Hitchcock sudah mengajari kita dalam Psycho bagaimana cara dan timing membunuh karakter utama? Mungkin untuk itulah ada nama Bruce Willis dan Dwayne Johnson disini. Dwayne Johnson membuktikan bahwa ia bisa memberikan suntikan testosteron serta tenaga baru yang bisa membuat sebuah franchise action mendapatkan nyawa lagi, sebut saja Fast Five. Tapi bahkan disini sosok Roadblock tidak segahar dan se-badass yang saya harapkan. John Chu sang sutradara nampaknya tidak tahu bagaimana cara memaksimalkan potensi Dwayne Johnson. Jika memang Tatum harus dihilangkan, maka berikan Dwayne Johnson lebih banyak lagi aksi gila dan bombastis. Bagaimana dengan Bruce Willis? Penampilannya tidak buruk dan berhasil menjadi penyegar suasana lewat celetukannya. Tapi jelas kemunculan karakternya begitu minim bahkan bisa dibilang tidak penting dan gagal menyelamatkan film ini.

Bicara soal menyia-nyiakan bakat, Lee Byung-hyun juga salah satu yang disia-siakan. Saya suka aktingnya di A Bittersweet Life hingga I Saw the Devil dan saya rasa dia pantas memerankan Storm Shadow yang complicated. Tapi lagi-lagi dia tidak diberi kesempatan lebih untuk mengeksplorasi hal itu, padahal penampilannya cukup menjadi scene stealer bersama Snake Eyes yang cukup keren dan Adrianne Palicki yang super seksi itu. Lupakan saja karakter milik RZA yang daripada terlihat sebagai master bijak lebih seperti orang tua yang tidak tahu cara berbicara secara natural. Jadi bisa dibilang tidak ada yang spesial dari presentasi ceritanya yang super buruk dan pemanfaatan talenta aktornya yang banyak tersia-sia kecuali penampilan hot Adrianne Palicki yang selalu menghibur. Lantas bagaimana dengan adegan aksi yang menjadi momen paling ditunggu di film ini? Ternyata tidak kalah buruk. Tidak ada momen bombastis yang sanggup membuat saya terhibur. Ledakan dan baku tembak yang ada semuanya kosong dan tidak punya greget. Adegan baku tembaknya tidak terbungkus dengan rapih lengkap dengan ledakan-ledakan yang hambar. Adegan klimaksnya juga jauh dari kata bagus. Biasa saja, datar dan tidak menghibur. Penghancuran London cukup baik tapi sekali lagi kurang bombastis karena hanya muncul sebentar. Adegan pertarungan antara ninja di tebing jadi set-piece aksi yang terbaik dan cukup keren. Selebihnya datar. Jika dirangkum, maka hal yang membuat saya terhibur di film ini hanyalah Adrianne Palicki, beberapa dialog Bruce Willis, serta kemunculan Snake Eyes dan Storm Shadow, tidak lebih dari itu.

2 komentar :

Comment Page:
jhoni mengatakan...

Wah kayaknya ini memang masuk kategori film buruk ya????
Soalnya temen2 sy hg udh nonton juga mengeluh film ini kurang greget!!!!

Yah tunggu di dvd bajakan aja dah hehehehehe

Rasyidharry mengatakan...

Iya bahkan dibanding film pertamanya aja ini parah banget