A GOOD DAY TO DIE HARD (2013)

2 komentar
Siapa tidak kenal John McClane dengan line ikoniknya, Yippee-ki-yay, motherfucker? Semenjak kemunculan perdananya lewat Die Hard pada tahun 1988, sosok McClane sudah menjadi salah satu legenda dalam dunia film aksi Hollywood. Selain dianggap sebagai salah satu film aksi terbaik yang pernah ada, Die Hard juga telah melahirkan tiga sekuel yang meski tidak sanggup mencapai kualitas seperti film pertamanya tetapi masih termasuk dalam jajaran film aksi yang cukup berkualitas. Tepat 25 tahun setelah film pertamanya atau enam tahun setelah Live Free or Die Hard, John McClane kembali dalam film kelima yang berjudul A Good Day to Die Hard. Saya sendiri cukup menantikan film ini karena dibandingkan aktor-aktor laga seangkatannya yang lain seperti Sylvester Stallone ataupun Van Damme, Bruce Willis masih mempunyai taringnya karena dia tidak hanya mengandalkan otot saja tapi juga sanggup menghadirkan karakter-karakter yang cukup menarik baik itu dalam film aksi macam Die Hard hingga drama seperti Moonrise Kingdom. Kali ini petualangan McClane tidak hanya terjadi di New York ataupun Washington melainkan hingga ke Moscow, Russia. Jika dalam film keempatnya McClane harus memperbaiki hubungan dengan puterinya, Lucy McClane (Mary Elizabeth Winstead), dalam film kelima ini dia harus memperbaiki hubungan dengan puteranya, John 'Jack' McClane Jr. (Jai Courtney).

McClane diceritakan sedang melakukan pencarian terhadap putera tunggalnya, Jack dimana ia menemukan fakta bahwa saat ini Jack sedang menjadi tahanan di penjara Russia. McClan punpada akhirnya memutuskan untuk pergi ke Moscow demi menyelamatkan sekaligus berusaha memperbaiki hubungannya dengan Jack. Namun sesampainya disana lagi-lagi McClane harus berada dalam situasi penuh masalah. Jack ternyata adalah mata-mata CIA yang mendapat tugas untuk melindungi seorang tahanan politik yang mempunyai bukti mengenai perbuatan kotor yang dilakukan oleh Viktor Chagarin (Sergei Kolesnikov). Kini John harus bahu membahu dengan Jack untuk menyelamatkan sang tahanan sekaligus menghindari ancaman dari anak buah Viktor. Tentunya dimana ada John McClane disitu ada kehancuran dan kerusakan besar-besaran. Pada awalnya saya sempat pesimistis pada film ini mengingat di mata kritkus A Good Day to Die Hard dianggap sebagai film Die Hard yang terburuk. Bahkan jika melihat rating pada situs Rotten Tomatoes, film ini punya rating yang begitu jauh dibawah film lainnya dimana film ini hanya mendapat 15% sedangkan film pertama hingga keempatnya secara berurutan mendapat nilai 94%, 57%, 62% dan 81%.Secara pendapatan pun film ini "hanya" memperole $306 juta dimana angka tersebut masih kalah jika dibandingkan Die Hard with a Vengeance ($366 juta) yang dirilis tahun 1995.

Ada untungnya saya menurunkan ekspektasi terhadap film ini. Saya hanya ingin dihibur tanpa mengharapkan cerita berkualitas, dan akhirnya saya tidak merasa terlalu kecewa pada film ini. Sedari awal sutradara John Moore sudah tancap gas dengan menghadirkan sajian adegan aksi yang spektakuler. Adegan kejar-kejaran yang terjadi antara John dan Jack dengan anak buah Viktor di kota Moscow memang hadir dengan begitu baik. Ratusan mobil dihancurkan pada kejar-kejaran tersebut dan John McClane menunjukkan betapa badass-nya dia pada momen tersebut. Dengan mengendarai sebuah truk kecil dia sanggup memporak porandakan jalanan kota Moscow. Kemudian adegan itu masih berlanjut dengan baku tembak di safe house milik CIA yang kembali memperlihatkan kehebatan seorang McClane. Bicara mengenai John McClane, sosoknya disini jelas masih menjadi daya tarik utama.Bruce Willis kembali berhasil menghadirkan sosok McClane yang gila, seenaknya sendiri dan jago mengeluarkan kata-kata sarkas yang mampu memancing tawa penonton. Harus diakui memang McClane tidak lagi segila dan sebrutal dulu mengingat faktor usia,namun melihatnya disini masihlah menjadi sebuah hiburan yang menyenangkan.
Namun ada satu hal fatal mengenai McClane di film ini yang terlewatkan yakni sosoknya yang hanyalah manusia biasa. Ya, dibandingkan dengan Rambo ataupun puluhan karakter yang dimainkan oleh Schwarzenegger, John McClane memang hanya manusia biasa yang bisa dikalahkan, bisa terluka dan bisa ketakutan bahkan menangis. Hal itulah yang membuat film pertama Die Hard begitu luar biasa, karena disamping kegilaan McClane, dia hanyalah manusia biasa yang berada dalam waktu serta tempat yang salah. Dalam film ini, McClane digambarkan terlalu perkasa dan sisi manusiawinya kurang diperlihatkan. Hal itu jugalah yang cukup berpengaruh pada pengembangan ceritanya. Hubungan antara John dan Jack hanya menjadi tempelan yang nyaris tidak berarti. Seharusnya dua sosok ini bisa menghadirkan chemistry ayah anak sekaligus duet maut dalam momen aksinya, namun pada akhirnya malah berakhir datar. Hubungan ayah dan anaknya terasa sangat flat, sedangkan saat harus berduet mengangkat senjata, sosok Jack masih belum bisa menandingi John McClane. 

Bicara soal cerita, jelas A Good Day to Die Hard tidak terlalu mementingkan hal tersebut, tapi bahkan jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya, cerita di film kelima ini jauh lebih buruk. Tidak ada konspirasi atau aksi teroris menegangkan, hanya sekedar cerita straight ala film-film aksi kebanyakan. Bahkan beberapa twist termasuk twist besar di penghujung cerita juga termasuk sebuah twist yang terlalu dipaksakan. Secara keseluruhan A Good Day to Die Hard memang berada jauh dibawah pendahulu-pendahulunya dari berbagai aspek. Namun saya sendiri tidak menganggap film ini seburuk apa yang dikatakan oleh penilaian umum. Saya masih bisa menikmati sajian aksinya yang saya akui cukup spektakuler khususnya di bagian awal. Tentunya saya juga akan menantikan film keenamnya yang saya harapkan akan menjadi film terakhir dan berkualitas karena John McClane layak mendapat film perpisahan yang luar biasa, setidaknya mendekati kualitas film pertamanya itu.

2 komentar :

Comment Page:
Fariz Razi mengatakan...

Sama, gak seburuk yg dibilang kritikus luar. Mungkin karena emang kita nurunin ekspektasi sih haha jadinya lumayan enjoy pas nntn

Rasyidharry mengatakan...

Kayaknya juga banyak yg negative thinking duluan sama filmnya karena ngrasa udah gak perlu dlanjut lagi