PACIFIC RIM (2013)

2 komentar
Batal menyutradarai The Hobbit, Guillermo del Toro ternyata sudah mempersiapkan proyek original miliknya sendiri yang berjdul Pacific Rim. Film ini sendiri merupakan hasil kolaborasi dari del Toro dan Travis Beacham dimana keduanya terinspirasi untuk membuat kisah tentang pertarungan antara robot raksasa melawan monster raksasa. Pacific Rim disebut mengambil inspirasi dari film-film kaiju. Kaiju sendiri diambil dari bahasa Jepang yang berarti makhluk aneh, tapi pengaruh dari banyaknya film asal Jepang yang menampilkan makhluk aneh berukuran raksasa, kaiju kini lebih sering diasosiasikan sebagai sebutan untuk monster raksasa. Contoh film kaiju yang paling terkenal tentu saja Godzilla yang bisa dibilang merupakan leluhur dari film-film monster yang banyak bermunculan termasuk puluhan sekuel dari Godzilla sendiri. Selain kaiju, film ini juga mengambil inspirasi cukup banyak dari film-film bertemakan mecha, khususnya yang berasal dari manga. Salah satu contohnya adalah Neon Genesis Evangelion sampai Patlabor yang juga menampilkan robot-robot raksasa yang dipiloti oleh manusia. Saya sendiri berekspektasi cukup tinggi terhadap Pacific Rim dan berharap akan mendapat sebuah tontonan epic tentang pertarungan robot melawan monster dalam usaha menyelamatkan dunia.

Di masa depan, umat manusia dikejutkan dengan kemunculan monster raksasa yang muncul dari dasar Samudera Pasifik. Awalnya monster yang disebut kaiju tersebut hanya muncul seekor dan butuh waktu seminggu bagi pasukan militer untuk mengalahkannya. Namun beberapa waktu berselang makin banyak lagi kaiju bermunculan dan memporak porandakan seluruh dunia serta memakan korban hingga jutaan nyawa. Kemudian harapan muncul saat pemerintah dunai bersatu dan terciptalah sebuah proyek untuk melakukan perlawanan terhadap kaiju. Proyek tersebut adalah membangun robot raksasa yang diberi nama Jaegers. Robot itu membutuhkan dua orang pilot untuk mengoperasikannya, dimana pikiran kedua pilot tersebut akan saling terhubung satu sama lain. Raleigh (Charlie Hunnam) merupakan salah satu pilot jaegers yang sudah berhasil membunuh banyak kaiju. Namun setelah sang kakak yang menjadi partnernya tewas saat bertugas ia memutuskan pensiun. Beberapa tahun berlalu kaiju semakin banyak dan makin kuat dimana monster-monster itu mulai saling beradaptasi dalam pertarungan melawan jaegers. Disaat kaiju makin banyak, jumlah jaegers yang tersisa beserta pilotnya makin sedikit. Pada saat inilah Marshall Stacker (Idris Elba) memanggil kembali Raleigh untuk terjun ke medan perang.

Pacific Rim dibuka dengan luar biasa saat kita dipertontonkan tentang bagaimana kaiju pertama muncul dan mulai menghancurkan banyak tempat. Ancaman yang dihadirkan monster-monster raksasa tersebut terasa begitu mengerikan sedari adegan pembukanya. Gambar-gambar yang memperlihatkan bagaimana monster berukuran raksasa yang akan membuat T-Rex terlihat seperti semut terasa begitu megah sekaligus mampu membuat saya ikut merasakan ancaman nyata dari kaiju tersebut. Sedari awal saya sudah dibuat membayangkan betapa mengerikannya jika monster-monster itu sungguh-sungguh muncul. Memang ceritanya sanagt terasa fantasi, tapi pengemasan del Toro pada bagian awal ini yang mengkombinasikan rekaman kamera dan reportase berita sukses membuatnya terasa nyata. Hal tersebut jelas berkaitan erat dengan bagaimana visual dari film ini membungkus imajinasi dan mimpi gila dari seorang Guillermo del Toro. Bagaimana del Toro menciptakan sosok monster mengerikan yang punya bentuk beragam dengan ukuran raksasa yang intimidatif, bagaimana ia menghadirkan jaegers sebagai lawan semibang kaiju, dan bagaimana pertarunagn epic antara kedua monster itu dirangkum semuanya terasa luar biasa jika bicara masalah visualnya.
Bicara masalah style saya yakin mayoritas penonton sependapat bahwa Pacific Rim layak disebut nomor satu. Tapi bagaimana dengan substansi ceritanya? Banyak yang menilai Pacific Rim hanya mengedepankan rangkaian visual memikat dan melupakan elemen penting lainnya termasuk cerita dan karakterisasi tokohnya. Saya sendiri tidak sebenuhnya menyangkal pendapat bahwa Pacific Rim adalah salah satu contoh style over substance. Setelah opening yang terasa begitu nyata, ceritanya sendiri sempat terasa kedodoran dan dikalahkan oleh adegan pertarungan antara robot melawan monster tersebut. Rasa mengenai serangan kaiju sebagai ancaman global yang berhasil dibangun diawal saya akui mulai menghilang bahkan hingga filmnya berakhir. Yang tersisa tinggal pertarungan besar antara jaegers melawan kaiju, sedangkan unsur ancaman kaiju terhadap umat manusia akhirnya mulai menghilang akibat filmnya terlalu berfokus pada adegan pertarungan dan situasi diantara pihak resistance dibandingkan mengeksplorasi kaiju yang mengancam umat manusia di seluruh dunia. 

Potensi yang dimiliki para karakternya juga kurang berhasil digali secara mendalam meski bagi saya tidak sepenuhnya gagal. Konsep menyatukan pikiran dua orang menjadi satu bisa menciptakan sebuah drama yang menarik antara karakternya. Apalagi dua tokoh utamanya, Raleigh dan Mako (Rinko Kikuchi) adalah sama-sama orang yang menyimpan luka di dalam hati mereka akibat masa lalu gelap yang diisi oleh kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. Mungkin aspek ini kurang maksimal dieksplorasi tapi saya sendiri tidak merasakan kegagalan, karena pada akhirnya kedua karakter utama tersebut tetaplah tidak terasa kosong seperti apa yang muncul pada banyak film blockbuster misalkan Transformers. Kemunculan dua ilmuwan yang diperankan oleh Charlie Day dan Burn Gorman juga cukup menarik dimana mereka sama-sama mempunyai karakte menarik yang berbeda satu sama lain. Tentu saja karena ini adalah film Guillermo del Toro maka kita akan berjumpa sosok Ron Perlman yang berperan sebagai Hannibal Chau, seorang pedagang pasar gelap yang berhasil menjadi scene stealer. Mungkin hanya Idris Elba saja yang penampilannya tidak berkesan.

Pacific Rim mungkin gagal mempertahankan ancaman global dari kaiju, tapi hal tersebut berhasil ditutupi oleh momen pertarungan jaegers melawan kaiju yang berhasil dieksekusi del Toro dengan begitu epic. Melihat kedua raksasa ini saling menghancurkan entah itu di darat, di dasar laut bahkan di angkasa menjadi sebuah sajian yang begitu menegangkan. Saya dibuat menahan nafas saat kaiju berhasil merobek-robek jaegers dan membunuh para pilotnya, dan saya pun dibuat bersorak saat mecha tersebut berhasil menghunuskan pedangnnya dan membunuh monster-monster tersebut. Mungkin karya terbaru Guillermo del Toro ini tidak se-epic yang saya harapkan, tapi tetap saja Pacific Rim adalah tontonan seru dan sanagt menegangkan dimana style over substance tidak selalu berakhir buruk jika dieksekusi dengan benar. Tentu saja saya berharap akan adanya sekuel yang semoga saja tetap dinahkodai oleh del Toro.

2 komentar :

Comment Page:
maxim84 mengatakan...

Saya suka sekali dengan film ini bro!

Sama dengan kamu saya juga suka dengan fightnya antara para robot Jaeger vs Kaiju. Epik ya?

Cuma kalau buat saya justru cuma Idris Elba dan little Mako yang berkesan sementara yang lain malahan seperti numpang lewat (I like Mr Hannibal Chau though. :P)

Rasyidharry mengatakan...

Buat si Mako untuk pertama kalnya seorang Rinko Kikuchi bisa keliatan secantik itu hehe