MIRACLE IN CELL NO. 7 (2013)

Tidak ada komentar
Diawal tahun ini sebuah film drama-komedi kecil berjudul Miracle in Cell No. 7 membuat kejutan saat berhasil mengumpulkan lebih dari 12 juta penonton atau setara dengan uang ekitar $90 juta. Hasil tersebut menempatkan film ini di peringkat ketiga dalam jajaran film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan. Resepnya mudah saja, tidak perlu menempatkan jajaran bintang papan atas tapi cukup sajikan sebuah kisah tearjerker sederhana yang dibalut komedi maka jadilah sebuah film yang sempurna untuk mendapatkan atensi penonton. Ya, jauh sebelum terkenal dengan film-film brutal bertemakan balas dendam, perfilman Korea Selatan memang begitu identik dengan drama tearjerker yang akan membuat penontonnya banjir air mata atau setidaknya berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangis. Meski bukanlah kisah romansa tragedi seperti tearjerker pada umumnya, Miracle in Cell No. 7 tetap memiliki berbagai formula wajib yang harus dimiliki oleh film penguras air mata.

Miracle berkisah mengenai seorang pria penderita gangguan mental bernama Lee Yong-gu (Ryu Seung-ryong) yang harus hidup sebagai single parent mengurus puteri tunggalnya yang masih kecil, Ye-sung (Kal So-won). Suatu hari Yong-gu ditangkap oleh polisi atas tuduhan tindak penculikan, pemerkosaan sekaligus pembunuhan terhadap anak-anak. Yong-gu sendiri merasa tidak melakukan perbuatan tersebut. Namun masalahnya, korban merupakan puteri dari komisaris polisi dan hal itupun membuat posisi Yong-gu semakin tersudutkan. Mendapat tekanan dan ancaman dari polisi Yong-gu terpaksa mengakui perbuatannya dan diancam dakwaan hukuman mati. Kemudian Yong-gu pun dimasukkan kedalam penjara dimana ia ditempatkan di kamar nomor 7 bersama lima orang tahanan lainnya. Perlahan hubungan antara Yong-gu dan kelima rekan sekamarnya semakin dekat dan mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk membantu Yong-gu entah itu supaya ia bisa bertemu dengan Ye-sung, atau membantunya mempersiapkan diri menghadapi persidangan.

Bagaimana cara termudah untuk membuat film tearjerker? Jawabannya adalah tarik simpati penonton pada karakter utamanya sebesar mungkin dengan cara menempatkan mereka pada sebuah situasi yang sulit. Situasi sulit yang saya maksud ada beberapa, misalkan membuat karakter utamanya sakit parah atau menempatkan mereka dalam permasalahan yang begitu berat. Nah, dalam Miracle in Cell No. 7, Yong-gu dan Ye-sung sebagai dua karakter utama memiliki hal-hal diatas. Yong-gu adalah penderita keterbatasan mental yang jika dieksploitasi dalam sebuah naskah film akan memberikan dampak yang tidak jauh berbeda dengan karakter yang sakit keras. Kemudian mereka berdua juga tengah berada dalam permasalahan yang begitu berat. Dengan keberadaan dua aspek tersebut maka sempurnalah formula yang dimiliki film ini untuk membuat penontonnya bersimpati pada sang tokoh utama. Dengan formula tersebut tidak peduli ceritanya sesederhana apa dan tidak peduli juga penonton sudah tahu akhir ceritanya sedari awal, film tersebut tetap bisa memuaskan penonton asalkan bisa menguras air mata mereka.
Premisnya mengingatkan saya pada drama Korea lain yaitu Mother. Kedua film ini sama-sama berkisah tentang seseorang dengan keterbatasan mental yang dituduh melakukan tindak pembunuhan. Bedanya, Mother punya atmosfer yang lebih kelam sedangkan Miracle in Cell No. 7 memberikan banyak sentuhan komedi di dalamnya. Dengan tone yang termasuk ceria berkat selipan komedinya, maka wajar saja jika pada akhirnya film ini sanggup menarik begitu banyak penonton. Toh selipan komedi yang dimasukkan cukup berhasil memancing tawa saya dan disaat humornya miss sekalipun saya tidak terganggu dan masih tetap bisa menikmatinya. Komedinya sendiri berasal dari kelakuan konyol para penghuni sel nomor 7 yang tidak hanya memperlihatkan hubungan hangat selayaknya keluarga antara satu sama lain tapi juga setia mengumbar kekonyolan yang membuat filmnya selalu terasa menghibur. 

Masalahnya, demi mendapatkan kisah yang ringan dan ceria film ini mengorbankan terlalu banyak akal sehat dalam penulisan naskahnya. Saya yang terbiasa menonton berbagai prison movie yang menampilkan suasana penjara yang keras, cellmate yang kejam hingga sipir yang tidak kalah brutal menjadi sering terganggu dengan suasana penjara yang ditampilkan disini. Semuanya terlalu cerah, terlalu bersih dan karakternya terlalu baik. Hal tersebut membuat kisahnya terlalu fantasi dan jauh dari kata believable. Begitu banyak adegan yang terasa berlebihan dan belum lagi plot hole yang begitu banyak bertaburan sepanjang dua jam lebih filmnya berjalan. Hal tersebut sangat saya sayangkan karena melihat film ini saya yakin bahwa tanpa harus memaksakan diri menjadi cerah, Miracle in Cell No. 7 tetap berpotensi menjadi tearjerker yang menarik. Untunglah hubungan antar karakternya entah itu Yong-gu dengan sang puteri ataupun Yong-gu dengan teman-teman satu selnya terasa begitu dinamis dan selalu berhasil menciptakan drama yang memikat serta komedi yang menghibur, hingga pada akhirnya saya pun bisa sedikit memaafkan segala kemustahilan dan hal-hal yang dipaksakan meski tidak sepenuhnya sanggup menerima semua itu.

Beberapa adegannya sendiri untungnya berhasil dieksekusi dengan begitu menarik hingga meski terasa berlebihan namun tetap menjadi rangkaian adegan yang berkesan. Adegan favorit saya justru hadir disaat tema-teman Yong-gu tengah melakukan reka ualng untuk menyelidiki kebenaran dibalik kasus yang menjerat Yong-gu. Miracle in Cell No. 7 mungkin bukan tearjerker terbaik yang pernah ada. Biar bagaimanapun segala kemustahilan dalam penjara itu terlalu mengganggu saya dan berujung pada tidak berhasilnya film ini membuat air mata saya mengalir deras. Patut disayangkan juga kisah mengenai sang kepala penjara tidak terlalu dalam dieksplorasi, karen pada akhirnya karakternya terasa begitu nanggung. Tapi sudahlah, berbagai kekurangan yang jumlahnya tidak sedikit itu nampaknya tidak akan banayk dipedulikan penonton karena film ini punya segalanya untuk menjadi sebuah sajian yang menghibur mulai dari karakter yang simpatik, drama tearjerker hingga komedi yang efektif. Sebuah kisah antara ayah dan anak serta persahabatan yang menyenangkan. 

Tidak ada komentar :

Comment Page: