THE GREAT GATSBY (2013)

4 komentar
Film ini menandai kembalinya sutradara Baz Luhrmann setelah lima tahun lalu membuat sebuah romansa (maunya) epic yang sama sekali gagal menjadi epic berjudul Australia. Materi ceritanya berasal dari sebuah novel klasik berjudul sama karangan Scott Fitzgerald yang terbit tahun 1925. The Great Gatsby sendiri diawal perilisannya bukanlah novel yang sukses, namun setelah Fitzgerald meninggal pada tahun 1940 perlahan novel tersebut mulai memantapkan statusnya sebagai salah satu literatur klasik Amerika bahkan dunia. Tentu saja sebuah cerita tragedi percintaan yang penuh akan balutan kemewahan dan keriangan berbau hedonisme adalah materi favorit Baz Luhrman. Hal itu terlihat dari karya-karyanya seperti Romeo+Juliet dan Moulin Rouge!. Berbekal materi klasik, sutradara mumpuni serta jajaran cast seperti Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire hingga Carey Mulligan membuat The Great Gatsby menjadi salah satu film yang paling ditunggu tahun ini. Apalagi fakta bahwa film ini dirilis dalam format 3D akan membuat para calon penonton penasaran bagaimana parade kemewahan penuh warna khas sang sutradara dikemas dalam format 3 dimensi.

Filmnya dibuka dengan narasi dari Nick Carraway (Tobey Maguire) yang tengah mendapat perawatan akibat kecanduan alkohol. Di hadapan sang dokter, Nick bercerita tentang pengalamannya tinggal di New York dengan segala kemewahan yang ia temui. Cerita pun kembali ke tahun 1922 saat Nick baru saja tiba di New York dan mengunjungi sepupunya, Daisy (Carey Mulligan) yang telah menikah dengan Tom (Joel Edgerton) yang juga teman Nick semasa kuliah. Pada kunjungan makan malam tersebut Nick mulai mengetahui bahwa tepat di samping rumahnya terdapat sebuah rumah besar yang begitu mewah yang ditinggali olehs eorang milyuner misterius bernama Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio). Sosok Gatsby begitu misterius dan jarang diketahui oleh orang lain. Yang orang-orang tahu adalah Gatsby rutin mengadakan pesta besar-besaran di rumahnya yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan orang dari berbagai kalangan. Nick pun suatu hari mendapat undangan khusus dari Gatsby untuk datang ke pestanya, dan perlahan mereka berdua mulai menjalin pertemanan. Dari situ jugalah Nick mulai mengetahui rahasia besar yang dimiliki Jay Gatsby.

Layaknya Moulin Rogue!, The Great Gatsby juga begitu unggul jika berbicara masalah aspek visual. Ada begitu banyak pesta pora yang luar biasa mewahnya. Lantai dansa yang meriah, sajian penuh warna-warni yang mencolok hingga musik menghentak semakin membuat kemeriahan pestanya begitu terasa dan sebagai penonton saya begitu menikmati ajakan pesta dari Jay Gatsby ini. Dalam menghadirkan momen-momen tersebut, insting seorang Baz Luhrmann jelas tidak perlu diragukan lagi. Semuanya terpampang dengan indah, penuh warna dan tentunya terkoreografi dengan sempurna. Bukan tarian terkonsep namun lebih kearah tarian wild yang muncul disini namun semuanya tetap terkoreografi dengan sempurna. Bahkan diluar pestanya sekalipun Luhrmann tetap menunjukkan obsesinya pada kecantikan visual serta momen yang terkoreografi dengan kompak. Begitu teringat dalam benak saya sebuah adegan disaat tiga orang pelayan di belakang Gatsby secara bersamaan membuka pintu, keluar dan menutup pintunya lagi seolah-olah itu merupakan sebuah tarian. Polesan visual film ini juga spesial walau pesta tidak sedang diadakan. Entah itu pemandangan kota New York tempo dulu, desain ruangan, hingga beberapa adegan berbalut slo-mo yang juga hadir begitu indah.
Bisa dibilang aspek visual dari The Great Gatsby yang dibalut editing cepatnya itulah yang membuat saya terus betah menonton film berdurasi hampir dua setengah jam ini. Karena patut disayangkan Baz Luhrmann tidak hanya membawa ciri positifnya dalam hal visual di film ini, namun ciri negatifnya berkaitan dengan story telling juga begitu terasa. Bagi saya pribadi, Moulin Rogue! yang masih menjadi karya terbaik Luhrmann bukanlah film dengan penceritaan mumpuni, hanya saja gabungan visual serta musik yang megah dan didukung akting luar biasa Nicole Kidman membuat filmnya spesial. Hal yang sama juga terasa di Romeo+Juliet maupun Australia yang lemah dalam cerita. The Great Gatsby juga punya kelemahan yang sama berkaitan dengan eksekusi kisah romansanya. Tanap perlu membaca novelnya saya pun sudah bisa merasakan bahwa materinya berpotensi menjadi salah satu kisah romansa paling romantis serta tragis yang pernah ditulis. Bagaimana sosok Gatsby digambarkan rela berkorban begitu besar dan berusaha begitu keras mendapatkan segala kekuasaan dan kekayaan seperti sekarang hanya untuk seorang wanita sudah menjadi dasar kisah romansa yang kuat.

Namun sayang sekali pada akhirnya The Great Gatsby gagal menghadirkan sebuah romantisme mendalam. Saya tidak merasa adanya keterikatan dengan romansanya, saya tidak merasa tersentuh dengan tragedinya, dan saya tidak terlalu simpatik pada hubungan percintaan kedua tokoh utamanya. Mungkin saya hanya sedikit bersimpati pada sosok Jay Gatsby, namun itu lebih karena saya menyukai akting DiCaprio disini dan bukan berkat jalinan kisahnya. Bicara soal akting DiCaprio, lagi-lagi sang aktor menunjukkan kapasitasnya disini. Sebuah adegan saat Nick mendeskripsikan senyum seorang Jay Gatsby yang menurutnya adalah senyuman yang langka benar-benar berkesan bagi saya. Dalam balutan slo-mo DiCaprio mengangkat gelasnya sambil menunjukkan sebuah senyum yang menggambarkan dengan sempurna deksripsi tersebut. Seorang pria kaya yang msiterius namun begitu elegan. Namun sebaliknya sosok Nick yang diperankan Tobey Maguire malah terasa tidak menarik sama sekali. Sebagai narator, sosoknya terasa terlalu tidak berguna bagi saya dan seringkali terasa menyebalkan.

Satu lagi hal yang agak mengganggu adalah iringan musik elektronik modern yang mengiringi pesta meriah film ini. Disatu sisi hal tersebut memang makin membuat pesta Jay Gatsby terasa menyenangkan, namun disisi lain sangat disayangkan sebuah film tentang jazz era malah kurang mengeksplorasi musik tersebut. Padahal jika mau lebih kreatif lagi dalam bereksplorasi, pesta gila nan meriah pun bisa tercipta dengan iringan musik jazz atau setidaknya musik dansa era 20-an. The Great Gatsby adalah sebuah kisah romansa yang juga mengangkat mengenai keserakahan, perselingkuhan dan mimpi-mimpi Amerika yang semuanya tidak lepas dari uang. Seharusnya ini juga merupakan gambaran sempurna dari semangat hedonisme di Amerika tempo dulu. Namun pada akhirnya The Great Gatsby tidak lebih pesta pora yang menyenangkan yang membuat saya terpikat, namun setelah pesta usai segala kesenangan dalam filmnya pun ikut surut.

4 komentar :

Comment Page:
Hawin Widyo mengatakan...

Hai Movfreak.

Blog saya yang "Hawin Widyo" dihapus aja soalnya saya ganti alamat blog jadi http://catatannonton.blogspot.com/

Makasih yaaa :D

Ulul Azmi mengatakan...

Saya baru saja menonton filmnya nih :)

Haji Abdul Karim mengatakan...

Hai Rasyid, cuma mau bilang blog Movfreak saya nominasikan di Liebster dan Sunshine Award ya http://manusia-unta.blogspot.com/2013/08/liebster-sunshine-award.html

Unknown mengatakan...

@hawin, makanya gak bisa dibuka. Udah ganti to. Tukeran link gan, wismacinema.blogspot.com