ROOM 237 (2012)

1 komentar
Adaptasi The Shining yang dilakukan oleh Stanley Kubrick terhadap novel milik Stephen King memang sempat menjadi kontroversi dimana King sendiri kecewa dengan film tersebut karena Kubrick banyak melakukan perubahan yang menurutnya merusak esensi novelnya. Pada awal perilisannya pun tanggapan yang muncul tidak semuanya positif. Baru seiring berjalannya waktu banyak yang merubah pendapatnya akan The Shining dan kini telah dianggap sebagai salah satu film horor terbaik yang pernah dibuat. Pada dasarnya The Shining adalah sebuah horor psikologis yang menarik tentang Jack Torrance (Jack Nicholson) perlahan mulai kehilangan kontrol dirinya saat menjadi penjaga hotel bersama anak dan istrinya. Tidak hanya memunculkan momen-momen mencekam seperti penampakan hantu, banjir darah hingga momen ikonik saat wajah Jack Nicholson muncul sambil menyeringai dari pintu yang pecah tapi film ini turut menghadirkan studi karakter yang kuat dan mendalam. Namun yang lebih menarik adalah begitu banyaknya interpretasi yang bermunculan mengenai makna sesungguhnya yang coba ditampilkan secara implisit oleh Kubrick.

Dalam Room 237, kita akan dibawa untuk mengikuti kepada para narasumber yang masing-masing memiliki interpretasi sendiri terhadap makna yang terdapat dalam The Shining. Muncul banyak interpretasi menarik dari mereka. Ada yang menyebutkan bahwa Kubrick mencoba menyampaikan tentang pembantaian para Indian oleh kaum pendatang dengan berpatokan pada banyaknya properti dan hiasan yang memiliki corak khas suku Indian dan berbagai hal lain yang memiliki kaitan erat dengan penduduk asli Amerika tersebut. Ada juga yang menyebut bahwa The Shining adalah kisah tentang holocaust setelah melihat berbagai hal yang berkaitan dengan Jerman ataupun waktu terjadinya holocaust. Kedua interpretasi tersebut sama-sama punya benang merah yakni pembantaian yang digambarkan oleh sosok Jack Torrance yang meneror dan mencoba membunuh keluarganya setelah menjadi gila. Ada juga yang menyebut ini adalah kisah tentang masa lalu. Tapi yang paling menghebohkan dan menarik adalah interpretasi yang menyebuth bahwa The Shining adalah upaya Kubrick melakukan "pengakuan" bahwa ia ada dibalik pemalsuan pendaratan di Bulan.

1 komentar :

Comment Page:

THE BLING RING (2013)

4 komentar
Kenapa The Bling Ring begitu ditunggu? Pertama ini adalah film terbaru Sofia Coppola yang rata-rata membuat film dalam jangka waktu tiga tahun sekali. Kedua adalah fakta bahwa ceritanya berbasis pada kisah nyata mengenai para remaja yang melakukan pencurian di rumah-rumah selebritis ternama. Sedangkan alasan ketiga adalah banyak orang menanti penampilan Emma Watson yang kabarnya akan bermain lebih "berani" dan jauh dari sosok Hermione yang begitu lekat padanya. Yang manapun alasannya, The Bling Ring tetap saja menjadi film yang menarik. Sepanjang karirnya Sofia Coppola telah banyak mengangkat cerita yang menariknya selalu punya benang merah dengan kehidupan pribadinya dimana hal itu membuat kedalaman kisahnya terasa mengingat ia begitu dekat dengan cerita filmnya. Setelah mengangkat kesepian dalam Lost in Translation dan hubungan selebritis dengan puterinya di Somewhere, kali ini giliran satir sosial mengenai kultur hedonisme remaja dan bobsesi akan kemewahan yang diangkat olehnya.

Marc Hall (Israel Broussard) baru saja pindah ke Indian Hills High School di California. Disana ia mulai akrab dengan Rebecca Ahn (Katie Chang), seorang gadis yang begitu terbosesi dengan kemewahan khususnya dalam hal fashion. Rebecca sendiri mempunyai kebiasaan mengambil barang-barang orang seperti dompet yang ditinggal pemiliknya di dalam mobil. Aksinya bertambah gila saat Rebecca mengajak Marc masuk kedalam rumah orang lain yang sedang ditinggal pergi pemiliknya. Tapi kegilaan mereka baru mencapai puncaknya saat keduanya mulai memasuki rumah para selebirits Hollywood dimana Paris Hilton menjadi target pertama sekaligus yang paling sering mereka masuki dan curi barang-barangnya. Lama-kelamaan tidak hanya mereka berdua yang terlibat, karena teman-teman Rebecca mulai dari Nicki (Emma Watson) dan saudari tirinya, Sam (Taissa Farmiga) hingga Chloe (Claire Julien) ikut serta memasuki rumah selebritis lainnya dan ikut mengambil barang-barang yang ada mulai dari baju, tas, perhiasan hingga uang tunai.

4 komentar :

Comment Page:

PRISONERS (2013)

2 komentar
Dibuat oleh sutradara asal Kanada, Denis Villeneuve yang telah membuat banyak karya berkualitas termasuk Incendies yang mendapat nominasi Best Foreign Language Film di ajang Oscar tahun 2011, Prisoners juga memiliki jajaran ensemble cast yang sangat menarik. Dalam film ini ada Hugh Jackman, Jake Gyllenhaal, Viola Davis, Terrence Howard, Melissa Leo, Maria Bello, hingga Paul dano. Belum lagi ada nama Roger Deakins sebagai sinematografer yang memberikan kepastian bahwa Prisoners akan berisi rangkaian gambar-gambar indah meski konten ceritanya sendiri sangat jauh dari kesan indah. Prisoners sendiri adalah debut Hollywood bagi Denis Villeneuve dan dari judulnya mungkin mudah menebak bahwa filmnya akan berkisah mengenai kasus penculikan. Cerita yang sudah bukan abrang baru lagi di perfilman Hollywood. Saya sendiri sempat menduga bahwa Villeneuve akan menyerahkan idealismenya dan membungkus film ini supaya lebih menjual ala Hollywood dengan adegan aksi intens disana-sino. Tapi ternyata saya keliru.

Kisahnya dibuka dengan perkenalan terhadap dua keluarga yang tengah merayakan hari Thanksgiving bersama. Keller (Hugh Jackman) dan istrinya Grace (Maria Bello) membawa kedua anak mereka mengunjungi rumah Franklin (Terrence Howard) dan Nancy (Viola Davis) yang sama-sama memiliki dua anak. Hari tersebut berjalan penuh kegembiraan sampai puteri dari masing-masing keluarga tersebut, Anna dan Joy menghilang. Pencarian yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil sampai mereka menghubungi polisi. Detektif Loki (Jake Gyllenhaal) yang memimpin penyelidikan berhasil menemukan RV yang ditengarai milik seseorang yang menculik Anna dan Joy karena sebelum menghilang keduanya sempat bermain di dekat RV tersebut. Ternyata RV tersebut adalah milik Alex Jones (Paul Dano) yang belakangan diketahui memiliki IQ seorang bocah berusia 10 tahun yang mana membuat dia mustahil menculik Anna dan Joy. Detektif Loki yang mempunyai reputasi tidak pernah gagal menangani kasus terus terdorong untuk mengungkap penculikan tersebut. Disisi lain Keller yang mulai tidak mempercayai kinerja polisi memulai penyelidikannya sendiri.

2 komentar :

Comment Page:

PEE MAK PHRA KHANONG (2013)

6 komentar
Bicara mengenai perfiilman horor di Thailand, nama Banjong Pisanthanakun memang sudah begitu melekat. Sutradara yang satu ini memang telah banyak membuat film-film horor yang hebatnya masing-masing film tersebut layak disebut sebagai film horor terbaik yang pernah dihasilkan Thailand mulai dari Shutter, Alone, hingga saat ia membuat masing-masing satu segmen dalam dua film Phobia. Bahkan Banjong juga terlibat dalam proyek The ABC's of Death tahun lalu. Sekarang disaat industri perfilman Thailand mulai beralih tren menjadi komedi romantis, Banjong tetap bisa menelurkan film yang berkualitas dan digemari lewat  sebuah komedi romantis berjudul Hello Stranger. Empat tahun sejak Phobia 2 dan enam tahun semenjak Alone yang menjadi film horor panjang terakhirnya, Banjong kembali ke ranah tersebut lewat Pee Mak yang merupakan adaptasi dari Nang Nak yang merupakan cerita rakyat Thailand. Tapi dengan berani Banjong menambahkan unsur komedi yang begitu kental dalam film ini termasuk memunculkan kembali Aey, Ter, Shin dan Puak yang sebelumnya sukses mengocok perut di dua film Phobia.

Kisah dalam film ini terjadi pada saat Thailand masih bernama Siam dan berada dibawah pemerintahan Raja Mongkut yang berarti ber-setting sekitar tahun 1850-1860-an. Saat itu Mak (Mario Maurer) bersama kuartet bodoh Aey, Ter, Shin dan Puak sedang berada di medan perang. Mak meninggalkan istrinya Nak (Davika Hoorne) yang tengah hamil tua. Setelah perang usai, Mak dan keempat temannya tersebut pulang untuk menemui Nak yang ternyata telah melahirkan. Namun setelah kepulangannya tersebut Mak justru mendapat kabar tidak enak dari seisi kampung yang mengatakan bahwa Nak sudah meninggal dan menjadi hantu. Mak tidak begitu saja percaya tapi satu per satu kejadian horor mulai menimpa Mak dan teman-temannya. Film ini memang kurang ajar. Disaat saya berharap mendapatkan kembali teror mengerikan yang kini susah ditemukan dalam industri perfilman Thailand, sang master horor Negeri Gajah Putih tersebut justru membuat sebuah tontonan mengenai cerita rakyat horor yang ia rombak menjadi penuh kekonyolan demi kekonyolan yang pada akhirnya menjadikan Pee Mak justru lebih kental unsur komedi daripada horornya.

6 komentar :

Comment Page:

WE'RE THE MILLERS (2013)

Tidak ada komentar
Sudah selayaknya Jennifer Aniston dikenal sebagai "Ratu Komedi Romantis" setelah beberapa tahun terakhir film-film romcom yang ia bintangi selalu menuai kesuksesan finansial meski secara kualitas tidak bisa dibilang bagus. Namun memasuki tahun 2012 lalu, filmnya bersama Paul Rudd yang berjudul Wanderlust diluar dugaan flop meski mendapat respon yang tidak terlalu buruk dari kritikus. Apakah penonton sudah mulai bosan melihat sosok Aniston yang begitu-begitu saja dan jarang mengambil pilihan peran berbeda seperti yang ia lakukan di Horrible Bosses? Namun ternyata daya tarik Aniston belum habis dan itu terbukti lewat We're the Millers yang punya longetivity bagus di Box Office. Film yang menggabungkan Aniston dan Jason Sudeikis ini sanggup mengumpulkan totla $248 juta dan hingga saat ini merupakan komedi paling laris di tahun 2013 mengalahkan The Heat. Apa resep kesukessan film ini? Mungkin jika hanya menggabungkan Aniston dan Sudeikis film ini tidak akan sesukses itu, namun formula komedi dewasa dengan rating R yang penuh humor ofensif dan jorok nampaknya punya pengaruh besar dalam kesuksesan komersil film ini.

Jadi akan segila apakah We're the Millers? Seperti yang sudah dijelaskan judulnya kita akan berkenalan dengan keluarga Miller yang terdiri dari David (Jason Sudeikis), istrinya Rose (Jennifer Aniston) serta kedua anak mereka, Kenny (Will Poulter) dan Casey (Emma Roberts). Sekilas mereka adalah keluarga yang hangat dan bahagia, tapi yang menjadikan keluarga ini "gila" adalah fakta bahwa sesungguhnya mereka bukanlah keluarga sungguhan. Keluarga Miller dibentuk oleh David yang merupakan pengedar narkoba untuk membantu misinya menyelundupkan marijuana dari Meksiko. Rose sendiri adalah seorang striper yang terlilit hutang setelah kekasihnya pergi. Kenny adalah remaja 18 tahun yang ditinggal ibunya dan hingga saat ini masih perjaka, belum pernah berciuman dan kurang bisa berdekatan dengan wanita. Yang terakhir adalah Casey, gadis 15 tahun yang hidup di jalanan setelah kabur dari rumah.Empat orang "bermasalah" tersebut terpaksa membentuk keluarga palsu karena kebutuhan mereka akan uang. Tentu saja sulit bagi mereka untuk akrab, tapi seperti yang sudah bisa ditebak konflik demi konflik yang terjadi sepanjang perjalanan akan menyatukan keluarga palsu ini.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

DRINKING BUDDIES (2013)

2 komentar
Dari judulnya film ini nampak seperti satu dari sekian banyak komedi tentang pesta liar yang dipenuhi alkohol dan karakter-karakter yang melakukan hal gila saat mabuk. Tapi pada kenyataannya Drinking Buddies adalah dramedi munblecore yang akan dipenuhi banyak dialog-dialog menarik antara karakternya dan jauh dari gemerlap pesta pora meski akan ada banyak alkohol yang menemani obrolan yang terjadi. Jika bicara munblecore mungkin nama-nama seperti Duplass bersaudara ataupun Greta Gerwig adalah yang paling sering muncul dan bisa dibilang yang paling tenar. Karena pada umumnya drama seperti ini jarang memakai nama-nama besar di dalamnya. Tapi dalam film garapan Joe Swanberg ini kita akan menemui nama-nama seperti Olivia Wilde, Anna Kendrick hingga Jason Sudeikis meski nama yang disebut terakhir hanya punya screen time yang minim. Mungkin yang paling mengejutkan sekaligus menarik adalah adanya sosok Olivia Wilde mengingat aktris yang satu ini lebih dikenal lewat film-film blockbuster macam Tron: Legacy, In Time, hingga Cowboys & Aliens yang notabene tidak terlalu mementingkan kualitas akting. Berbeda dengan film-film itu, mumblecore membutuhkan kapasitas akting natural yang baik dan identik dengan improvisasi dialog yang sering dilakukan para pemainnya.

Jadi kita akan berkenalan dengan Kate (Olivia Wilde) dan  Luke (Jake Johnson) yang merupakan rekan kerja di sebuah pabrik bir. Namun keduanya bukan sekedar rekan kerja biasa tapi juga sahabat yang begitu akrab dan cocok satu sama lain. Mungkin dengan mudah kita akan menduga bahwa ini adalah kisah dilema yang terjadi saat kamu mencintai sahabatmu sendiri. Tapi Drinking Buddies masih punya konflik lain karena baik Kate maupun Luke sama-sama sudah mempunyai pacar. Kate sudah hampir 8 bulan menjalin hubungan dengan Chris (Ron Livingston) sedangkan Luke berpacaran dengan Jill (Anna Kendrick). Suatu hari mereka memutuskan untuk melakukan liburan berempat selama beberapa hari, dan mulai dari situlah hubungan yang terjalin antara mereka berempat perlahan menjadi semakin kompleks. Karena ini adalah mumblecore, jadi bersiaplah untuk dijejali dengan rentetan dialog antar karakternya. Jangan harap akan ada adegan-adegan dramatis ataupun romantisme berlebihan dalam film seperti ini, karena semuanya mengalir dengan perlahan dan natural lewat rangkaian dialog yang ada. Tapi walau begitu film ini tidak pernah berjalan membosankan karena semua dialognya menyenangkan untuk diikuti dan saya bagaikan bagian dari mereka yang duduk bersama, saling bercengkerama hangat ditemani segelas bir.
Hubungan dan segala konflik yang terjalin pun terasa begitu menarik untuk diikuti. Tanpa dramatisasi berlebih saya tetap bisa merasakan simpati terhadap tokoh-tokohnya, terlebih pada Kate dan Luke. Melihat keduanya berinteraksi dengan begitu asyik saya pun turut dibuat senang. Akhirnya saya tidak bisa menolak untuk bersimpati sekaligus berharap keduanya terus bersama. Tapi makna kebersamaan disini bukan berarti saya berharap keduanya harus berpacaran, karena pada akhirnya saya tidak peduli apakah keduanya berpacaran atau tidak. Karena yang terpenting adalah mereka berdua saling menyayangi dan sudah memiliki satu sama lain. Hingga akhirnya masalah mereka berpcaran atau tidak saya rasa sudah tidak lagi menjadi masalah asalkan mereka terus bersama apapun statusnya. Hubungan yang menyenangkan tersebut berhasil terjalin berkat chemistry kuat Olivia Wilde dan Jake Johnson, tapi bagi saya Olivia Wilde yang paling mencuri perhatian. Diluar dugaan aktingnya mengesankan dan begitu luwes menjadi Kate dalam rentetan obrolan yang terjadi. Saya pribadi menganggap ini adalah penampilan terbaik Olivia Wilde baik dari segi akting ataupun kecantikan wajahnya.

Berkat penyampaiannya yang sederhana pula Drinking Buddies terasa makin mengesankan bagi saya. Dengan kesederhanaan tersebut saya pun merasa cerita yang dituturkan semakin realistis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ini adalah kisah disaat kamu diam-diam mencintai sahabatmu yang selama ini selalu menjadi teman ngobrol dan bercengkerama yang menyenangkan. Joe Swanberg menangkap dengan sempurna dilema perasaan yang terjadi pada saat hal itu terjadi. Bagaimana seseorang itu berada dalam dilema antara cinta dan persahabatan dan harus bisa berpikir jernih mana yang lebih baik untuk dijalani oleh keduanya hingga tidak merusak hubungan baik yang sudah lama terjalin. Semuanya makin dilematis saat orang itu harus memilih antara kekasih yang sudah beberapa waktu dipacarinya atau sang sahabat yang selalu bisa memberikan waktu menyenangkan saat mereka bersama dan terasa memiliki kesamaan pengertian tentang bagaimana menghabiskan waktu dengan menyenangkan pula. Tapi lagi-lagi semua itu dikemas dengan sederhana tanpa romantisme berlebih tapi terlihat mengesankan berkat suasana intim dan keakraban yang menyenangkan. Belum lagi film ini juga memiliki beberapa momen komedi yang simpel namun berkat timing yang sempurna dan pembawaan baik dari pemainnya momen itu selalu berhasil membuat saya tertawa atau setidaknya tersenyum.

Pada akhirnya memang tidak ada yang lebih menyenangkan selain menghabiskan waktu mengborol dengan sahabat dekat kita sambil ditemani segelas minuman dan sepuntung rokok dimana pada saat itu kita bisa berbagi perasaan terdalam sampai berutkar lelucon sambil tertawa sepuasnya, dan itulah yang saya rasakan saat menonton Drinking Buddies.

2 komentar :

Comment Page:

THIS IS THE END (2013)

Tidak ada komentar
 
Duo Seth Rogen dan Evan Goldberg sudah banyak menghasilkan film-film komedi yang menuai sukses besar sebut saja Knocked Up, Superbad hingga Pineapple Express. Semuanya mendapat tanggapan yang cukup baik dari kritikus dan tentunya sukses besar secara komersil dimana ketiganya meraup pendapatan diatas $100 juta (bahkan Knocked Up melebihi $200 juta). Tentu saja film-film itu diisi dengan berbagai lelucon jorok berbau seksual dan hal-hal lain yang penuh akan kegilaan seorang Seth Rogen. Saya sendiri tidak pernah menjadi penggemar Seth Rogen yang bagi saya selalu menampilkan karakter yang jauh dari kata simpatik apalagi lucu. Saya semakin tidak menyukai komedian satu ini setelah ia menghasilkan kegagalan besar bernama The Green Hornet yang tidak hanya merusak nama sang superhero tapi juga mencoreng reputasi Michael Gondry. Tapi saya tidak bisa untuk tidak tertarik pada This is the End yang disutradarai oleh Goldberg dan Rogen. This is the End yang menggabungkan kisah apocalypse dengan komedi mungkin bukan ide baru mengingat sudah ada beberapa komedi yang juga dicampur dengan genre yang jauh berbeda sebut saja Shaun of the Dead.

Dirilis sebelum karya Edgar Wright, The World's End yang juga menggabungkan komedi dengan kisah hari kiamat, daya tarik This is the End terletak pada begitu banyaknya bintang termasuk cameo yang bermain disini. Daftar nama besar yang menjadi cameo atau mendapat peran kecil dalam film ini sangat panjang mulai dari Michael Cera, Jason Segel, Paul Rudd, Christopher Mintz-Plasse, Channing Tatum, Emma Watson, Rihanna sampai Backstreet Boys pun turut digaet. Tapi masih ada satu hal lagi yang memberikan keunikan pada film ini, yaitu semua aktornya memerankan diri mereka sendiri. Jadi, mulai dari bintang-bintang utamanya seperti Seth Rogen, Jay Baruchel, James Franco, Craig Robinson, Jonah Hill dan Danny McBride hingga cameo-nya yang berjubel akan menjadi versi fiktif dari diri mereka sendiri. Diadaptasi dari film pendek Jay and Seth versus the Apocalypse, kisah yang dihadirkan sederhana, yakni tentang terjebaknya apra aktor tersebut di dalam rumah James Franco disaat secara tiba-tiba kiamat datang dan mulai menghancurkan segalanya. Disaat orang-orang baik telah ditarik ke surga, mereka masih harus berusaha bertahan hidup dari bencana alam hingga serbuan para setan yang ganas.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

DRAGON BALL Z: BATTLE OF GODS (2013)

Tidak ada komentar
Semenjak film Dragon Ball: The Path of Tower di tahun 1996 yang menjadi perayaan 10 tahun film Dragon Ball di layar lebar, belum ada lagi film yang mengangkat kisah petualangan Son Goku dan kawan-kawan ke dalam media film. Sampai akhirnya tahun ini atau 17 tahun semenjak film terakhirnya tersebut, dibuatlah lagi film Dragon Ball yang bisa dibilang cukup spesial dalam banyak aspek. Yang pertama, sang kreator Akira Toriyama akan terlibat cukup jauh dalam penulisan ceritanya yang berarti para fans tidak perlu terlalu khawatir bahwa filmnya punya rasa yang berbeda dari cerita komiknya. Yang kedua adalah fakta bahwa Dragon Ball Z: Battle of Gods merupakan satu-satunya dari 17 film Dragon Ball yang ceritanya termasuk dalam storyline resmi Dragon Ball dan bukan sebuah cerita terpisah yang tidak mempedulikan apapun yang terjadi dalam komik. Ceritanya sendiri mengambil masa setelah pertarungan melawan Majin Boo yang dalam cerita komik ada rentang waktu 10 tahun yang "hilang". Sebagai orang yang sedari kecil hidup dalam manga dan anime Dragon Ball, film ini bagaikan nostalgia sekaligus obat kekecewaan setelah manga favorit saya ini dirusak oleh Hollywood.

Setelah tertidur selama 39 tahun, Birus sang dewa penghancur akhirnya kembali terbangun. Birus sendiri merupakan makhluk paling kuat sejagad raya yang telah menghancurkan begitu banyak planet dan bintang. Berbeda dengan Freeza yang memang dianggap sebagai ancaman, Birus merupakan sosok dewa yang begitu ditakuti dan disegani bahkan oleh Kaioshin sekalipun yang notabene selama ini kita kenal sebagai dewa dari para dewa. Mendengar keberadaan Birus, Goku yang tengah berlatih di planet Kaion merasa tertarik untuk bertarung melawannya. Disisi lain Birus yang di dalam mimpinya mendapat penglihatan tentang orang saiya yang sangat kuat dan disebut sebagai Dewa Super Saiya juga merasa tertantang dan ingin mencari siapa sebenarnya orang saiya tersebut. Mendengar bahwa Goku merupakan saiya yang berhasil membunuh Freeza, Birus pun memutuskan bertarung melawan Goku. Lewat pertarungan berat sebelah, Goku yang menjadi Super Saiya 3 dikalahkan dengan mudah dan Birus pun pergi menuju Bumi untuk mencari keberadaan sang Dewa Super Saiya dalam mimpinya itu.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

GRAVITY (2013)

Tidak ada komentar
Semenjak Children of Men sukses mempesona banyak penonton dengan kualitasnya meski gagal secara pendapatan, butuh waktu tujuh tahun bagi Alfonso Cuaron untuk merilis film lagi. Setelah melewati proses panjang selama lebih dari tiga tahun karena Cuaron merasa perlu menunggu perkembangan teknologi lebih jauh supaya visinya bisa tersalur dengan sempurna akhirnya Gravity pun dirilis. Beberapa nama besar sempat dikaitkan dengan film ini mulai dari Angelina Jolie, Marion Cotillard, Scarlett Johansson, Natalie Portman hingga Johnny Depp namun karena proses yang berjalan lama akhirnya nama-nama tersebut batal bermain dalam film ini. Tapi toh pada akhirnya Gravity masih memiliki dua nama besar yang menjadi tokoh utama, yakni Sandra Bullock dan George Clooney. Dengan masa pengembangan yang lama, diisi oleh nama-nama besar, bujet $100 juta hingga banjir pujian dari banyak pihak termasuk James Cameron yang memuji habis-habisan visual film ini, Gravity jelas menjadi film yang tidak akan saya lewatkan begitu saja. Bahkan banyak yang menyebut film ini sebagai instant classic bahkan membandingkannya dengan 2001: A Space Odyssey milik Kubrick yang notabene dianggap sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa.

Gravity pada dasarnya punya premis yang cukup sederhana mengenai dua orang astronot, Ryan Stone (Sandra Bullock) dan Matt Kowalski (George Clooney) yang mengalami kecelakaan saat tengah menjalankan misi di luar angkasa. Kecelakaan tersebut mengakibatkan pesawat mereka hancur dan menewaskan kru yang lain. Dengan segala keterbatasan dan kondisi luar angkasa yang penuh bahaya mereka berdua harus mencari cara supaya bisa kembali ke Bumi dengan selamat. Saya sudah dibuat terpaku oleh Cuaron saat Gravity baru memasuki adegan pembukanya dimana kita akan disuguhi sebuah single shot panjang yang berlangsung tidak kurang dari 15 menit. Adegan tersebut menampilkan dengan lengkap suasana luar angkasa yang gelap, sunyi dan tanpa gravitasi disaat para astronot dengan santainya melayang-layang di ruang hampa sembari saling bercengkerama satu sama lain di tengah misi mereka. Efek CGI yang menampilkan suasana luar angkasa dan Bumi dari atas sana itu memang sangat luar biasa, tapi yang paling membuat saya terkagum-kagum pada adegan tersebut adalah pergerakan kameranya yang menakjubkan. Bagaimana Cuaron menggabungkan take panjang tersebut dengan efek gravitasi nol di luar angkasa dalam sebuah peregerakan kamera luar biasa yang terus berputar dan menciptakan momen demi momen yang terasa mustahil ditangkap dalam sebuah film.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

RUSH (2013)

1 komentar
Sebagai orang yang bukan merupakan pecinta Formula One, saya sama sekali belum pernah mendengar rivalitas yang terjadi antara James Hunt dan Nikki Lauda yang terjadi pada era 70-an. Hal yang sama terjadi sebelum saya menonton Senna, sebuah film dokumenter yang mengisahkan kehidupan Ayrton Senna termasuk rivalitas abadinya dengan Alain Prost. Kali ini giliran Ron Howard yang coba mengangkat rivalitas panas antara James Hunt dn Nikki Lauda yang telah terjadi semenjak mereka sama-sama masih berlaga di Formula 3. Rush yang dibintangi oleh Chris Hemsworth sebagai James Hunt dan Daniel Bruhl sebagai Nikki Lauda akan mengajak penontonnya mengikuti sejarah persaingan keduanya khususnya yang terjadi pada musim 1976 yang hingga saat ini dianggap sebagai salah satu musim paling panas dan dramatis dalam sejarah F-1. Rush akan mengajak kita melihat kisah keduanya yang dimulai pada tahun 1970 saat mereka masih berlaga di ajang F-3. Saat itu keduanya pertama bersaing di sirkuit Crystal Palace dimana Lauda baru saja melakoni debutnya. Balapan yang dimenangkan Hunt tersebut ternyata menjadi awal persaingan sengit keduanya.

Nikki Lauda akhirnya terlebih dahulu melakoni debutnya di F-1 pada tahun saat bergabung dengan BRM F-1 Team dimana performanya mulai menarik perhatian banyak pihak. Melihat sang rival mulai mendapat prestasi diajang balapan paling prestisius, Hunt pun tidak tinggal diam dan pada akhirnya melakoni debut bersama tim Hesketh Racing. Persaingan keduanya mulai memanas di musim 1975 saat Lauda bersama tim Ferrari berhasil meraih gelar juara pertamanya. Namun puncak persaingan mereka baru terjadi setahun berikutnya saat Hunt pindah ke McLaren yang lebih kompetitif. Tidak hanya kejadian di lintasan balap dimana keduanya terus bersaing memperebutkan posisi pertama saja yang panas karena di luar lintasan juga kerap terjadi beberapa kontroversi. Hingga akhirnya sempat terjadi kecelakaan yang nyaris menewaskan Lauda dan hebatnya tidak butuh waktu lama baginya kembali balapan dan menantang Hunt memperebutkan gelar juara. Tapi tidak hanya panasnya persaingan saja yang dibahas oleh Rush, karena aspek-aspek kehidupan personal dari keduanya juga dibahas mulai dari sosok Hunt yang gemar berpesta dan gonta ganti pacar ataupun Lauda yang kepribadiannya sulit disukai orang lain.

1 komentar :

Comment Page: