JOURNEY TO THE WEST: CONQUERING THE DEMONS (2013)

1 komentar
Siapa yang tidak tahu cerita Journey to the West? Cerita tentang perjalanan mengambil kitab suci ke Barat ini sudah begitu banyak diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media termasuk film dan serial televisi. Di Indonesia sendiri adaptasi yang paling terkenal tentu saja adalah serial televisi Journey to the West yang tayang pada era 90-an. Cerita tentang bisku Tang Sanzang (kita lebih mengenalnya dengan nama Tong Sam Chong) yang melakukan perjalanan mencari kitab suci ke barat dengan bantuan ketiga murid silumannya termasuk Sun Wukong (Sun Gokong) begitu tenar pada saat itu dan disukai berbakai kalangan mulai dari anak-anak sampai dewasa. Saya ingat sekali pada saat SD dulu sering melakukan role play bersama teman-teman saya dan memeprebutkan peran sebagai Gokong, dan yang paling sial tentunya jika menjadi Chu Patkai sang siluman babi. Kali ini giliran Stephen Chow yang melakukan adaptasinya terhadap kisah tersebut. Tentu saja ini merupakan hal yang menarik karena kita mengenal Stephen Chow sebagai pembuat film-film instant classic macam Shaolin Soccer dan Kung Fu Hustle. Namun film terakhir yang ia sutradarai yaitu CJ7 memberikan kekecewaan. Bagi saya Chow paling jago dalam menghadirkan film gila yang terasa seru sekaligus lucu. Maka saat ia berusaha lebih sentimentil dalam CJ7 bagi saya itu tidaklah berhasil. Tentu saja materi dalam Journey to the West terasa cocok dengan kelebihan Chow tersebut yang menjadikan proyek ini jadi benar-benar saya nantikan.

Journey to the West: Conquering the Demons mengambil waktu disaat Tang Sanzang (Wen Zhang) masih belum menjadi biksu suci melainkan seorang pemburu siluman amatiran yang mengandalkan buku lagu anak-anak pemberian sang guru sebagai "senjata". Tapi meskipun berhati bersih dan memiliki niat mulia untuk menyadarkan siluman daripada membunuhnya seprerti kebanyakan pemburu siluman lain, kemampuan Tang Sanzang yang masih dangkal membuatnya kesulitan menghadapi para siluman yang sakti. Pada saat sedang menghadapi siluman ikan di sungai ia bertemu dengan seorang wanita pemburu siluman bernama Duan (Shu Qi). Duan sendiri adalah pemburu siluman yang sakti dengan bersenjatakan sebuah gelang emas. Pertemuan tersebut ternyata membuat Duan jatuh citna pada Tang dan membuatnya terus menggoda dan mengikuti Tang kemanapun termasuk saat ia mengejar siluman babi yang terkenal kuat dan kejam. Tapi Tang sendiri tidak bisa menerima cinta Duan karena ia beranggapan cinta antara pria dan wanita adalah cinta yang dangkal dan tidak seperti yang diajarkan oleh Buddha. Tang yang begitu ingin mengalahkan siluman babi akhirnya pergi atas petunjuk sang guru untuk mencari Sun Wukong (Huang Bo), siluman kera yang dikenal paling sakti namun sudah 500 tahun dipenjara oleh Buddha di sebuah gunung. Tang berharap Sun Wukong bersedia membantunya mengalahkan siluman babi tersebut.


Stephen Chow yang kali ini berduet dengan Derek Kwok sebagai sutradara mengemas cerita dalam film ini memang berbeda dengan apa yang selama ini kita tahu. Alih-alih menghadirkan kisah Tang mengambil ktiab suci, film ini lebih tepat disebut prekuel dari kisah tersebut. Film ini lebih berfokus menceritakan asal usul mengapa Tang bisa menjadi seorang biksu suci dan kisah petualangan para pembasmi siluman untuk mengalahkan berbagai siluman sakti. Hal ini merupakan keputusan yang tepat, karena pendekatan yang berbeda seperti ini membuat penonton yang sudah "hafal" benar dengan kisah Journey to the West khususnya dari serial televisi tidak akan merasa bosan dengan ceritanya. Ini adalah refresh yang berhasil dari kisah tersebut. Saya pun sangat menyukai bagaimana Stephen Chow kembali ke teritorinya dengan menghasilkan sebuah film yang ceritanya serius tapi dirangkum dengan penuh bumbu kekonyolan. Journey to the West punya formula kesuksesan dari Film-film masterpiece Stephen Chow mulai dari karakter-karakter dengan ciri khas unik yang sering mengumbar tingkah absurd, serta komedi yang absurd pula dengan timing yang sempurna. Sejak paruh awal saya sudah dibuat tertawa terbahak-bahak melihat berbagai kekonyolan yang terjadi dalam film ini. Tapi tentu saja film Stephen Chow tidak hanya mengumbar komedi konyol belaka, karena film ini juga seimbang dalam menghadirkan komedi, adegan keren, ketegangan, bahkan momen horor.
Menonton Journey to the West: Conquering the Demons membuat emosi saya naik turun. Kadang adegannya benar-benar lucu, tapi beberapa saat kemudian langsung berubah menjadi tegang bahkan menyeramkan. Bukan hal mudah untuk menggabungkan unsur thriller dan horor dengan komedi yang konyol, tapi Stephen Chow dan Derek Kwok mampu melakukan itu dengan porsi yang seimbang. Bahkan film ini tidak ragu untuk menyajikan adegan yang cukup sadis bahkan kelam dan tragis. Sebagai contoh lihat penyerangan siluman ikan yang menewaskan seorang gadis cilik berumur 5 tahun, atau lihat juga bagaimana penggambaran sarang dari siluman babi yang sesungguhnya. Semuanya memancarkan usnur kengerian yang tidak main-main dan tentu saja tidak terduga akan muncul dalam film yang punya tingkat kekonyolan seperti ini. Saya juga suka aspek visual yang ditampilkan film ini baik untuk dekorasi setting maupun desain karakternya yang unik. Yang paling mencolok tentu saja bagaimana siluman-siluman yang ada ditampilkan lewat efek CGI. Mungkin efek yang dipakai terasa murahan apalagi jika dibandingkan dengan film-film blockbuster Hollywood, tapi Chow dan Kwok tahu benar bagaimana menyulap bujet murah untuk CGI supaya tetap enak dilihat dan tidak nampak murahan meski murah. Saya suka penggambaran siluman ikan yang muncul diawal karena meski terlihat murah tapi tetap enak dilihat bahkan tetap terlihat mengerikan berkat pengemaan adegan yang bagus.

Tentu saja film ini menyelipkan beberapa ajaran Buddha di dalamnya, tapi tidak seperti serial televisinya yang begitu kental dengan berbagai ajaran bahkan beberapa kali terasa sedikit menggurui, film ini menerapkan beberapa ajaran ke zaman sekarang. Hal itu paling terlihat dari dimasukkannya unsur romansa antara Tang dan Duan. Saya suka kisah cinta mereka berdua yang tersaji dengan lucu tapi juga bisa menyentuh khususnya saat mencapai bagian akhir. Berkat penampilan Shu Qi yang mencuri perhatian lewat gabungan sosok wanita tangguh dan sosok konyol yang dimabuk cinta, ia sukses mencuri perhatian tiap kemunculannya. Wen Zhang sendiri membuat saya tidak merasa kehilangan Stephen Chow yang biasanya selalu menjadi tokoh utama dalam film yang ia sutradarai dengan berhasil memperlihatkan sisi komedi yang pas. Ya, film ini memang tidak hanya menampilkan komedi dan adegan aksi yang keren tapi juga punya sisi emosional yang cukup manis dan sedikit tragis dalam kisah romansanya. Bahkan pada akhirnya film ini ditutup dengan cukup mengharukan saat Tang melihat sebuah "pemandangan" di langit berwarna keemasan. Journey to the West: Conquering the Demons secara keseluruhan adalah tontonan yang sangat memuaskan. Belum mencapai kehebatan Shaolin Soccer ataupun Kung-Fu Hustle memang, tapi menyenangkan melihat Stephen Chow kembali ke film-film yang memang menjadi keahliannya setelah CJ7 yang mengecewakan dan memperlihatkan Chow yang terlalu sentimentil dan lupa untuk bersenang-senang dalam filmnya.

1 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

ase