TRUE DETECTIVE - SEASON 1 (2014)

6 komentar
Saya sedang menyukai serial televisi yang memiliki format antologi entah yang setiap episode mempunyai cerita berbeda seperti The Twilight Zone atau yang mengusung rangkaian cerita berbeda setiap musim layaknya American Horror Story. Saya suka format itu karena cerita yang tidak akan terasa diulur-ulur karena selesai dalam satu musim atau episode saja. Setiap episode atau musim terbarunya pun menjadi terasa lebih fresh meski mengusung tone dan menggunakan aktor yang sama. Hal yang sama juga berlaku pada True Detective dimana tiap musimnya akan mengusung cerita dan karakter berbeda. Musim pertamanya pun tergolong pendek karena hanya terdiri dari delapan episode saja. Keunikan lain dari serial ini adalah karena selama satu musim naskahnya ditulis hanya oleh satu orang saja, yaitu Nic Pizzolatto. Kedelapan episodenya pun hanya disutradarai oleh satu orang, yaitu Cary Fukunaga (Sin Nombre & Jane Eyre). Tidak seperti kebanyakan serial lainnya, True Detective diisi oleh dua aktor kelas A Hollywood, yakni duet Matthew McConaughey dan Woody Harrelson. Jadi kisah detektif macam apakah yang ditawarkan oleh True Detective ini?
Sepanjang musinya serial ini akan bercerita dalam dua timeline, yakni tahun 1995 dan tahun 2012 (nantinya di pertengahan musim kisah tahun 1995 akan berganti menjadi tahun 2002). Pada tahun 2012 kita akan melihat dua orang mantan detektif, Rustin "Rust" Cohle (Matthew McConaughey) dan Marty Hart (Woody Harrelson) yang tengah di-interview mengenai sebuah kasus yang pernah mereka tangani di tahun 1995. Keduanya adalah partner saat itu, meski di tahun 2012 kita akan segera tahu bahwa telah terjadi perpecahan diantara keduanya. Kasus yang dibicarakan adalah sebuah pembunuhan terhadap seorang wanita yang terjadi di Louisiana. Kasus itu bukan pembunuhan biasa karena diduga ada sangkut pautnya dengan ajaran sesat setelah melihat kondisi mayat yang "didandani" sedemikian rupa. Rust dan Marty mendapat bagian menangani kasus tersebut, tapi waktu mereka tidak banyak karena kasus itu akan segera diambil alih oleh kesatuan task force. Nyatanya itu bukan sekedar kasus pembunuhan biasa karena ada sebuah konspirasi besar di dalamnya yang melibatkan beberapa petinggi dan kasus-kasus kriminal lain yang pernah terjadi sebelumnya. Konflik juga sempat terjadi antara Rust dan Marty akibat ketidak cocokan mereka. Rust adalah seorang pria penuh dengan pesimisme (yang ia sebut realistis) dan sering mengeluarkan kata-kata yang sulit dicerna oleh partnernya. Sedangkan Marty yang tidak menyukai kebiasaan Rust itu juga harus menghadapi permasalahan yang hadir dalam keluarganya.
True Detective bagus bukan karena ini adalah serial yang menghibur atau menyenangkan, ini bagus karena memang secara kualitas bagus, bukan karena sekedar fun. Inilah yang terjadi jika anda sebuah serial televisi digarap layaknya film layar lebar lengkap dengan sutradara dan para aktor film. Dengan hanya ditulis dan disutradarai oleh satu orang sepanjang musimnya, kualitas maupun tone serial ini terjaga dengan baik selama delapan episode. Tidak ada naik turun kualitas dan semuanya terasa seperti satu kesatuan yang benar-benar utuh. True Detective terasa seperti sebuah film yang berdurasi hampir delapan jam daripada serial bersambung. Kesan ini bakal semakin kuat jika anda menontonnya secara marathon. Jelas ini adalah sebuah breakthrough bagi serial televisi. Dengan memiliki tim utama yang tetap, kualitas dan rasa dari ceritanya akan terus terjaga. Satu lagi yang membuat serial ini terasa bagaikan film adalah production value-nya. Mungkin tidak akan semewah Band of Brothers tapi tetap saja ini tidak akan menjadi tontonan yang "memalukan" apabila dijadikan sebuah film layar lebar, bahkan tergolong cukup bagus. Efek CGI murah atau pergerakan kamera yang itu-itu saja merupakan ciri buruk mayoritas serial televisi tidak peduli apakah secara keseluruhan serial itu bagus atau tidak. Disinilah letak keunggulan True Detective khususnya dalam hal camera work dan cinematography. 
Ada banyak sinematografi cantik dan penempatan kamera unik sepanjang satu musimnya. Tapi yang paling spektakuler tentu saja sebuah continous shot selama enam menit yang hadir dalam klimaks episode keempatnya, "Who Goes There". Adegan itu memperlihatkan proses perampokan dari awal hingga akhirnya dimulai kekacauan masal sampai berujung pada berakhirnya klimaks tersebut. Semuanya disajikan dengan skala yang besar, epic serta benar-benar membuat saya merasakan bagaimana kacau dan menegangkannya momen tersebut. Tidak perlu membahas detil lain tentang teknisnya, karena adegan sepanjang enam menit tersebut sudah cukup menjelaskan seberapa "gila" dan hebatnya aspek teknis dari serial ini. Tapi True Detective tidak hanya bagus di teknis visualnya saja karena aspek lain seperti ceritanya juga hebat. Sesungguhnya tidak mudah untuk mengikuti dan mengaitkan segala misteri yang muncul disini meski hanya berlangsung selama delapan episode. Bahkan bagi saya True Detective jauh lebih rumit dan memusingkan daripada Lost yang penuh misteri itu. Ada banyak clue, petunjuk, serta jawaban yang bisa terlewatkan jika tidak memberikan fokus sepenuhnya. Apalagi ada sosok Detektif Rust yang sering mengeluarkan kalimat-kalimat absurd nan filosofis yang memusingkan. Tapi percayalah, sekalinya anda bisa mengaitkan segala misteri dan menemukan jawaban dibalik penyelidikan dan dialog-dialognya, akan hadir rasa puas yang luar biasa.
True Detective bukan sekedar drama kriminal biasa. Kasus pembunuhannya perlahan berkembang menjadi okultisme, kemudian berkembang lebih luas lagi hingga terkait dengan konspirasi serta menyentil berbagai isu-isu sosial dan moral. Eksplorasi karakternya juga dalam, dimana serial ini juga bertutur tentang manusia-manusia yang harus berhadapan dengan sisi gelap dalam diri mereka dan mencari sisi terang yang tersembunyi di dalam untuk mengalahkan kegelapan tersebut. Sedikit menyinggung sisi religius tapi tidak terlalu berfokus pada aspek tersebut. Ini adalah murni kisah pergolakan jiwa karakter yang tengah terjatuh dan berusaha untuk bangkit. Sedangkan bicara lagi tentang misterinya, memang banyak pertanyaan yang belum terjawab, tapi bukankah sebuah miteri yang baik tetap akan meninggakan pertanyaan bagi para penonton? Lagipula pertanyaan yang tertinggal disini tidak terasa mengesalkan melainkan membuat saya dan banyak penonton lainnya menduga-duga, berpikir, menonton ulang bahkan menciptakan teori-teori sendiri untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bagi saya disinilah asyiknya menonton sebuah kisah misteri seperti True Detective ini. Memang harus diakui Nic Pizzolatto terlalu banyak menaruh pengalihan dalam tiap episodenya, tapi tetap saja ada interpretasi bebas yang boleh dikemukakan atau disimpan oleh tiap-tiap penonton.
Akting dari dynamic duo Matthe McConaughey-Woody Harrelson selalu menciptakan barter dialog yang menarik disaat keduanya bersama-sama. Rust sekilas merupakan karakter tidak waras sedangkan Marty sebaliknya. Tapi seiring berjalannya waktu kata "waras" itu semakin kabur disaat semakin banyak konflik yang hadir. Marty jelas punya kelemahan dalam hal keluarga, sedangkan Rust yang jenius harus menghadapi "kegilaan" yang berkecamuk dalam pikirannya termasuk berbagai halusinasi yang sering muncul. McConaughey dengan cara bicaranya yang "teler" dan tatapan matanya yang tajam dibalut kecerdasan luar biasa yang berhasil ia hantarkan begitu sempurna lewat dialog-dialog absurd memang paling mencuri perhatian. Sedangkan Woody Harrelson dengan perasamalahan yang lebih "normal" begitu baik menjadi sosok pria. Ya, pria. Karena ia harus berhadapan dengan hasratnya terhadap wanita-wanita cantik. Overall mungkin True Detective akan terasa sedikit berat karena misterinya yang rumit, dialog yan terkadang berat, sampai temponya yang lambat. Tapi semua itu secara tidak sadar berhasil menjerat saya hingga akhir musim. Tensinya semakin meningkat tiap episode, apalagi disaat kita mulai sadar bahwa apa yang disampaikan oleh Rust dan Marty dalam interview perlahan mulai berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Tidak sabar menantikan musim keduanya yang akan menampilkan karakter baru, cerita baru, dan sutradara baru (yang akan berganti tiap episode).


NB: saya tautkan opening dari serial ini yang menurut saya dikemas secara luar biasa dari visual sampai musiknya.

6 komentar :

Comment Page:
eka vakri mengatakan...

kalau suka antologi berarti jgn lupakan nonton fargo yg TV series. saingan berat true detective di emmy awards

Rasyidharry mengatakan...

Pasti! :D

Mide mengatakan...

dari awal udah keliatan banget klo bakal nyinggung masalah sosial, apalagi ,elihat tendenxy Rust yang kek gitu, tapi tetep gak nyangka klo occult-nya bakalmsemengerikan itu :s

Unknown mengatakan...

Wah kita sama mas, saya juga jatuh cinta sama long take episode 4 dan openingnya, soundtrack di openingnya itu luar biasa cocok, hahaha

Rasyidharry mengatakan...

Adegan sinting! :)

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.