DIVERGENT (2014)

Tidak ada komentar
Pasca kesuksesan Twilight Saga, semakin banyak adaptasi film dari novel-novel Young Adult yang menggabungkan unsur drama-romansa remaja dengan aspek fantasi maupun sci-fi. Tapi sejauh ini yang sukses baik secara kualitas maupun pendapatan hanyalah The Hunger Games dengan pendapatan total dua filmnya melebihi angka $1,5 milyar. Sedangkan film-film lain seperti Beautiful Creatures, The Host, Mortal Instruments: City of Bones sampai Ender's Game hadir dengan kaulitas kurang memuaskan bahkan harus bersusah payah untuk sekedar balik modal. Maka dari itu, Divergent karya Neil Burger ini jadi dipenuhi ketidak pastian akan hasil akhirnya. Tapi dengan sumber cerita novel yang dipenuhi oleh satir sosial ala Hunger Games serta jajaran cast meyakinkan mulai dari Shailene Woodley, Theo James, Maggie Q hingga Kate Winslet menjadikan adaptasi yang satu ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi franchise baru yang sukses. Bahkan sekuelnya yang berjudul Insurgent pun sudah dipersiapkan untuk rilis tahun 2015 sebelum film pertamanya resmi ditayangkan. Tidak hanya itu, bagian akhirnya yang berjudul Allegiant sudah dipastikan bakal mengikuti tren yang ada dengan dipecah menjadi dua bagian yang bakal dirilis tahun 2016 dan 2017.

Divergent berlatar pada sebuah masa depan dimana mayoritas dunia telah hancur akibat perang besar yang melanda. Sisa-sisa umat manusia kini hidup dikelilingi tembok raksasa yang terletak di Chicago. Disana mereka hidup berdasarkan kelompok-kelompok yang dibagi lewat keahlian masing-masing. Ada lima kelompok yang disebut factions disana, yaitu Abnegation yang suka menolong sesama dan menjalankan pemerintahan, Amity yang cinta damai, Candor yang selalu berkata kejujuran, Dauntless yang pemberani sekaligus bertindak sebagai penjaga keamanan dan Erudite yang terkenal dengan kepandaian intelektualnya. Satu kelompok lagi adalah mereka yang tidak mempunyai faction dan hidup seperti gelandangan. Beatrice (Shailene Woodley) adalah gadis remaja yang tinggal dalam keluarga Abnegation. Bersama sang kakak Caleb (Ansel Elgort) ia akan segera menjalani tes untuk menentukan kelompok mana yang cocok bagi dirinya. Tapi saat tes dilakukan, hasil yang didapat oleh Beatrice menunjukkan sebuah anomali. Tidak ada kepastian dia cocok berada di kelompok mana karena hasilnya memperlihatkan bahwa Beatrice punya bakat di semua kelompok. Bakat langka ini disebut sebagai "Divergent". Mereka para "Divergent" sendiri dianggap sebagai ancaman dan harus dimusnahkan. Beatrice yang akhirnya memilih bergabung dengan Dauntless harus bersembunyi dari pihak pemerintahan yang dipimpin oleh Jeanine Matthews (Kate Winslet) sembari berlatih untuk menjadi Dauntless yang hebat dengan bantuan Four (Theo James).
Dalam ceritanya, Divergent punya banyak selipan isu-isu sosial yang begitu menarik. Menarik karena semua hal tersebut dijadikan pondasi utama dari dunia yang dibangun beserta kebudayaan yang dibangun oleh masyarakat dalam dunia tersebut. Dasar cerita Divergent adalah tentang masyarakat yang dikotak-kotakkan, bukan lagi sekedar perbedaan kasta seperti yang banyak hadir dalam Hunger Games tapi dikotakkan berdasarkan "jati diri" mereka. Ini adalah bentuk jurang sosial yang disajikan lebih "halus" daripada jurang si kaya dan si miskin. Kelima faksi dalam Divergent punya ciri dan kelebihan masing-masing yang tidak jarang berujung pada stereotype terhadap masing-masing golongan. Sedangkan sosok "Divergent" jika dimasukkan ke dunia nyata adalah mereka yang berbeda serta punya kelebihan dalam berbagai bidang diatas orang-orang pada umumnya. Dalam dunia nyata memang orang-orang seperti ini sering disebut "aneh" bahkan tidak jarang dianggap sebagai ancaman. Diluar itu masih ada banyak lagi isu yang diangkat termasuk kisah coming-of-age tentang pencarian jati diri yang melibatkan benturan antara hasrat pribadi dan keluarga. 

Saya suka bagaimana semua aspek sosial itu mampu dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah dunia dystopian future yang jika ditilik lebih dalam terasa begitu mendetail penggambarannya. Mendetail karena saya merasa bisa memahami apa saja yang membentuk masyarakat yang ada menjadi sepert sekarang. Dua pertiga awal filmnya memang berjalan begitu menyenangkan disaat kita diajak berkenalan dengan dunianya, lalu dengan karakter Beatrice, melihatnya mulai belajar menjadi seorang Dauntless sambil menyembunyikan identitasnya sebagai Divergent, sampai akhirnya mulai masuk kedalam konflik bernuansa politis yang lingkupnya lebih besar. Neil Burger sanggup mengemas bagian awal hingga pertengahan film dengan baik, menyeimbangkan antara drama penggalian karakter, kisah romansa, pengenalan konsep dunia dalam filmnya sampai sentuhan beberapa adegan aksi. Bahkan bagi yang belum membaca novelnya seperti saya ada beberapa kejutan yang meskipun tidaklah terlalu "besar" tapi cukup berhasil membuat alurnya terasa dinamis. Sayang sepertiga akhir film terasa mengecewakan. Setelah segala pemaparan menariknya, klimaks film ini berjalan begitu datar, standar dan sama sekali tidak menegangkan. Segala keseruan dan daya tarik Divergent jutru luntur pada klimaksnya yang terkesan buru-buru. Tidak terlalu buruk tapi jelas penurunan drastis setelah paruh awal yang begitu menarik.
Kelebihan lain film ini terletak pada kombinasi karakter yang menarik dan akting yang baik. Beatrice/Tris mungkin sedikit mengingatkan pada Katniss, tapi sesungguhnya mereka sama sekali berbeda. Jika Katniss sudah dari awal merupakan seorang heroine jago panah, Tris pada awalnya hanyalah gadis remaja yang lemah. Barulah seiring berjalannya waktu dia mulai menunjukkan kehebatanya setelah menjalani berbagai macam latihan dan konflik. Sama dengan Jennifer Lawrence, Shailene Woodley sanggup membuat Tris menjadi karakter sentral yang mudah disukai. Theo James sebagai Four juga bukanlah tipikal cool guy meski sosoknya nampak tangguh dan keren. Hal itu berkat adanya selipan kisah kelam di masa lalunya yang hingga sekarang menetap menjadi sebuah fobia yang terus menghantui dirinya. Tapi yang paling menarik adalah Kate Winslet. Salah satu aktris terhebat saat ini bersedia tampil di adaptasi novel young adult? Porsinya memang tidak besar, tapi ini adalah karakter yang terasa baru bagi seorang Kate Winslet, dan itu terasa menyegarkan. Apalagi aktingnya membuat sosok Jeanine tidak terasa dua dimensi meski porsinya tidak seberapa. Menarik menunggu perkembangan karakternya di sekuel-sekuel yang akan datang. Yang terasa useless justru karakter Eric milik Jay Courtney. Sosoknya annoying tapi hanya itu. Digambarkan sebagai pesaing Tris pun tidak tepat karena konfik menyangkut hal itu kurang tergali. Sebagai sosok villain utama pun juga bukan. Eric hanya karakter menyebalkan yang tidak berguna disini.

Diluar dugaan saya begitu menikamti Divergent meski masih ada banyak kekurangan dan tentunya masih berada dibawah dua film The Hunger Games jika harus dibandingkan. Banyak hal yang masih belum dieksplorasi termasuk berbagai ciri khas dari tiap faksi. Saya yang belum membaca novelnya pun cukup yakin bahwa ada berbagai misteri dan rahasia hasil konspirasi besar yang menyelimuti keseluruhan kisah ini. Semua hal yang belum tersentuh itu pastinya bakal banyak disinggung dalam sekuel-sekuelnya. Tapi patut disayangkan Divergent tidak memberikan tease akan hal itu sehingga kemungkinan banyak penonton tidak memiliki sesuatu untuk mereka tunggu dalam film-film berikutnya. Tapi sekali lagi saya benar-benar terhibur oleh Divergent berkat konsepnya yang unik dan begitu baik dalam menyelipkan isu-isu sosial kedalam kisahnya. Berkat hal itu pula film ini sukses menjauhkan dirinya dari The Hunger Games meskipun tidak lebih baik.

Tidak ada komentar :

Comment Page: