CHINESE PUZZLE (2013)

Tidak ada komentar
Life is so complicated, isn't it? Bukankah kita memang sering merasa atau mempertanyakan kenapa hidup kita begitu rumit, begitu sulit dihadapi dan sangat tidak mudah dimengerti? Didasari pemikiran tersebut kadangkala seseorang merasa kalah dan akhirnya menyerah menghadapi berbagai konflik dalam hidupnya. Tapi apakah hidup memang serumit itu? Pertanyaan itulah yang dieksplorasi oleh Cedric Klapisch dalam Chinese Puzzle. Film ini sejatinya adalah sekuel dari L'Auberge Espanole dan Russian Dolls dimana ketiga film ini merupakan rangkaian trilogi yang disebut Spanish Apartment Trilogy. Saya sendiri tidak mengetahui bahwa film ini adalah rangkaian bersambung dari sebuah trilogi dan baru mengetahuinya setelah selesai menonton. Dengan narasi yang saling bersambung antara ketiga film itu bukankah sulit untuk bisa mencerna Chinese Puzzle jika belum menonton kedua prekuelnya? Nyatanya tidak. Cedric Klapisch seolah menyadari bahwa akan ada penonton yang tidak tahu bahwa ini merupaan sekuel (tidak ada embel-embel angka di belakang judul layaknya sekuel film Hollywood) hingga mengemasnya supaya tetap bisa berdiri sendiri.

Xavier (Romain Duris) adalah pria berusia 40 tahun yang tengah menghadapi fase berat dalam hidupnya. Prosesnya menulis novel tengah terhambat dan terus diburu oleh sang editor, tapi permasalahan terbesar adalah saat ia bercerai dengan Wendy (Kelly Reilly) yang telah ia nikahi selama 10 tahun dan dikaruniai dua orang anak. Setelah perceraian itu, Wendy yang ternyata jatuh cinta dengan seorang pria Amerika memutuskan untuk membawa kedua anak mereka pindah ke New York. Xavier yang tidak ingin jauh dari anak-anaknya seperti yang pernah ia alami dengan sang ayah saat kecil akhirnya memutuskan untuk ikut pindah dari Paris ke New York. Disana ia sempat tinggal bersama dengan sahabatnya lesbiannya, Isabelle (Cecile de France) yang kini telah tinggal bersama kekasihnya, Ju (Sandrine Holt). Bahkan Xavier sempat membantu Isabelle mewujudkan mimpinya memiliki anak dengan menyumbangkan spermanya. Di New York Xavier harus menghadapi berbagai konflik, seperti gegar budaya, konflik dengan Wendy berkait dengan anak mereka, urusan dengan pihak imigrasi, sampai kembalinya sang mantan pacar, Martine (Audrey Tautou).
Sekilas film ini tidak terlihat layaknya sebuah sekuel. Memang ada beberapa hal yang tidak secara detail dijelaskan seperti masa lalu Xavier dan Martine dan lain-lainnya, tapi bagi penonton "perdana" seperti saya, berbagai pengenalan singkat yang dilakukan Cedric Klapisch sudah cukup untuk membuat saya memahami setiap karakter, konflik, latar belakang, dan hubungan masa lalu antara mereka semua. Kesan tidak terlalu detailnya tidak sampai membuat saya terganggu, toh pada awalnya saya hanya berekspektasi mendapatkan sebuah film komedi romantis yang ringan. Tapi pada akhirnya film ini memberikan yang lebih dari itu. Kisah utamanya seperti yang sudah saya sebutkan adalah eksplorasi terhadap pemikiran "hidup itu rumit". Kita akan dengan mudah tahu bahwa Xavier menganggap hidup itu begitu rumit, tapi tujuan utama Chinese Puzzle adalah untuk memperlihatkan bahwa sebenarnya hidup tidak serumit itu. Pada awalnya saya merasa film ini gagal mencapai tujuan itu, karena justru berbagai konfik yang hadir memang terasa begitu rumit dan akan membuat siapa saja yang mengalaminya tertekan. Tapi begitu film hendak berakhir saya sadar bahwa saya keliru.
Saya keliru karena film ini bukan hendak menunjukkan bahwa hidup sebenarnya simpel. Hidup memang rumit, tapi dengan segala kerumitan tersebut jangan sampai pola pikir seseorang menjadi juga rumit, ragu dalam mengambil keputusan, dan terlalu memikirkan semuanya. Esensinya adalah, jangan terlalu berlebihan memikirkan semuanya, just feel it. Seperti saat Xavier kesulitan menemukan wanita yang ia cintai saat melihat dengan mata dan pikiran, tapi begitu membuka hatinya, percikan cinta yang selama ini selalu ia ungkit itu akhirnya muncul. Karakter Xavier sendiri menghadirkan rasa simpati dengan berbagai kesulitan yang harus ia hadapi. Tapi yang paling menarik adalah bagaimana Chinese Puzzle mampu menghadirkan karakter wanita yang lovable. Setidaknya ada tiga karakter utama wanita dalam film ini, dimana dua diantara sempat menjalin asmara dengan Xavier. Hal itu otomatis membuat screen time mereka terbagi-bagi. Lalu bagaimana caranya membuat seorang karakter dengan screen time tidak banyak menjadi begitu mudah disukai? Berikan peran itu pada Audrey Tautou dan berikan dia karakter yang manis dan lucu. Saya pun dibuat jatuh cinta pada Martine yang penuh semangat dan lucu itu. 

Karakter Martine memang termasuk yang paling banyak menyumbang momen komedi. Favorit saya tentu saja adegan saat Xavier dan Martine menghadiri rapat dengan perusahaan dari Cina, dan Audrey Tautou bicara dengan bahasa Cina. Lihat ekspresinya, dengarkan pengucapan dialognya, perhatikan editingnya yang dengan cermat melompat dari ekspreis Martine-Xavier-Para karyawan, rasakan suasana yang dibangun, semuanya bersinkronisasi menjadi sebuah adegan yang begitu mengesankan, dan amat sangat lucu. Chemistry yang dibangun oleh Romain Duris dan Audrey Tautou pun begitu kuat. Wajar saja, karena keduanya sudah memerankan dua karakter itu dalam dua film sebelumnya. Bahkan di tahun yang sama dengan film ini mereka juga menjadi pasangan dalam film super romantis milik Michael Gondry, Mood Indigo (review) . Chinese Puzzle dibuka dengan opening yang asik dibalut musik penuh semangat, sequence dengan editing menarik yang membuat atensi saya berhasil terambil. Hingga pada akhirnya film ini ditutup dengan konklusi yang manis, menghadirkan jawaban dari pertanyaan "apa yang membuat hidup ini indah?" Jawabannya adalah segala kelokan, konflik dan ketidak lancaran yang kita alami hingga suatu hari nanti saat semua itu telah usai kita akan diam, merenung, lalu tersenyum sambil bergumam dalam hati "What a life..."

Tidak ada komentar :

Comment Page: