NORTH BY NORTHWEST (1959)

Tidak ada komentar
Inilah Alfred Hitchcock sang master of suspense dalam karya terbesarnya. Bukan yang terbaik, bukan pula yang paling terkenal, tapi terbesar. Dengan bujet $4,3 juta (hanya di bawah Family Plot yang berbujet $4,5 juta tapi dirilis tahun 1976) North by Northwest membawa sang sutradara keluar dari thriller-misteri ber-setting minimalis menuju action-thriller dengan set-piece cukup megah untuk masanya. Beberapa chase scene termasuk adegan Cary Grant dikejar pesawat yang ikonik itu sampai klimaks di Mount Rushmore adalah contoh kemegahan film ini dibanding karya Hitchcock lainnya. Film dibuka layaknya film Hitchcock pada umumnya: nuansa perkotaan dan obrolan santai lengkap dengan tone ringan menjurus komedik. Roger Thornhill (Cary Grant), seorang eksekutif periklanan menjadi sorotan utama. Pria paruh baya tampan yang mapan dengan dandanan necis serta senyum memikat seperti ini memang jadi favorit Hitchcock selain tentunya wanita pirang. Untuk peran semacam ini, Cary Grant (dan James Stewart) memang kolaborator sempurna bagi Alfred Hitchcock.

Penonton yang sudah familiar dengan karya sutradara satu ini pasti paham bahwa suasana santai ini tidak lebih ketenangan sebelum badai yang segera menghantam. Badai itu hadir saat Roger tiba-tiba dibawa secara paksa oleh dua pria misterius. Mereka membawa Roger ke rumah mewah milik Lester Towsend (James Mason) yang meyakini bahwa Roger adalah pria lain bernama George Kaplan. Dari sinilah aksi kucing-kucingan antara Roger melawan semua pihak dimulai. Mengangkat tema mistaken identity, Hitchcock tahu benar caranya membuat penonton peduli pada sosok karakter utama. Menempatkan Roger dalam situasi yang salah, membuatnya dihantam kesialan demi kesialan yang hadir secara kebetulan memang menjadikan sosoknya layak untuk didukung oleh penonton. Tokoh utama dalam posisi tersudut hingga ke tingkat ekstrim bukan hal baru bagi Hitchcock, tapi North by Northwest jauh lebih besar dari yang selama ini telah ia lakukan.
Ernest Lehman selaku penulis naskah film ini menyatakan bahwa ia ingin menulis "the Hitchcock picture to end all Hitchcock pictures". Sebuah ambisi yang akhirnya diamini pula oleh sang sutradara. Pada awalnya film ini tidak begitu berbeda dengan karya Hitchcock lain. Berfokus pada misteri yang memacu rasa penasaran penonton. Meski jelas mengangkat tema mistaken identity, saya diajak untuk ikut meragukan apakah benar Roger Thornhill dan George Kaplan adalah orang yang berbeda? Tapi semuanya berubah setelah twist di pertengahan tentang identitas Kaplan terungkap. Filmnya berpindah dari thriller-misteri penuh teka-teki dan selipan pembunuhan menjadi sajian aksi berbalut thriller. Dari situlah saya merasa film ini merupakan usaha Hitchcock membuat blockbuster yang fun. Lebih mendetail lagi, North by Northwest adalah gambaran kurang lebih akan seperti apa jika Hitchcock membuat film James Bond. Unsur spy yang kental, main hero tampan yang megalami romansa di tengah film dengan wanita misterius, hingga berbagai set-piece yang ada sangat mencerminkan film 007. 
Tentu saja hal itu sama sekali bukan sesuatu yang buruk. Film aksi ala Hitchcock jauh dari kesan brainless. Adegan aksinya masih membawa intensitas cukup tinggi, semisal pengejaran dengan pesawat di ladang jagung. Tapi lagi-lagi patut dicatat bahwa fokus film ini adalah kesenangan. Membawa setting menjadi lebih luas memang menghilangkan unsur klaustrofobik dan ketegangan mencekik yang membuat sang sutradara menjadi master of suspense. Tidak ada pula simbolisme maupun kompleksitas tema yang biasanya jadi pewarna menyenangkan itu. It's all about entertainment. Menghibur tapi tidak mengikat. Mungkin hal ini juga yang membuat Alfred Hitchcock langsung merasa "lelah" dengan big budget movie dan langsung melakukan hal berlawanan dalam Psycho setahun kemudian. Namun justru itu yang membuktikan kehebatan Hitchcock, karena disaat harus membuat film yang cukup keluar dari ranah serta kebiasaannya, dia masih sanggup menghasilkan sajian yang begitu solid. 

Mungkin pada masanya, film ini amat groundbreaking, termasuk penggunaan kinetic typography dalam opening credit-nya. Tapi pada masa sekarang, khususnya bagi saya yang menengok kebelakang untuk menonton film Hitchcock yang identik dengan thriller-misteri "sederhana", North by Northwest jujur saja menyisakan sedikit kekecewaan. Untungnya adegan klimaks di Mount Rushmore jadi "pengobatan" yang lebih dari cukup. Disinilah rasa Alfred Hitchcock kembali kental, sebagai sineas yang mampu menghadirkan ketegangan dengan cara mempermainkan berbagai rasa takut manusia. Rasa takut bagaikan taman bermain Hitchcock, mulai dari takut akan tempat sempit sampai ketinggian sering jadi senjata penghasil ketegangan. Apa yang terjadi pada klimaks film ini adalah eksploitasi takut akan ketinggian. Menonton adegan itu, kaki saya terasa geli oleh rasa takut akan terjatuh. Alhasil ketegangan yang selama dua jam tidak keluar sepenuhnya serta merta meledak karenanya. Ketegangan karena ketinggian yang mencekam, dan ketegangan karena mengkhawatirkan Roger dan Eve (Eva Marie Saint). North by Northwest is the biggest movie from Alfred Hitchcock, but definitely far from being his best.....or is it just me?

Tidak ada komentar :

Comment Page: