CARTEL LAND (2015)

6 komentar
Tidak seharusnya kita berhenti menyimpan optimisme teruntuk dunia yang lebih baik. Dunia tanpa kriminalitas, tanpa peperangan, tanpa pertumpahan darah. Namun seringkali harapan itu ditampar oleh kenyataan bahwa hidup ini berjalan membentuk lingkaran tanpa kenal putus. Satu keburukan ditumpas, tak butuh waktu lama untuk muncul benih keburukan berikutnya. It goes on and on and on. Terkesan hopeless, but that's the real life. Guna memaparkan wajah kelam itu rasanya tidak ada tempat yang lebih cocok selain Meksiko dimana institusi pemerintahan "runtuh" dan kartel narkoba berposisi di atas hukum. Seperti judulnya, "Cartel Land" menyoroti tanah tempat kartel narkoba berkuasa hingga memancing pergerakan warga sipil melakukan perlawanan.

Sutradara Matthew Heineman membagi dokumenter ini ke dalam dua cerita paralel mengenai dua kelompok vigilante: Arizona Border Recon dan Autodefensas. Kelompok pertama dipimpin oleh Tim Foley, beraksi menjaga perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko, melakukan razia terhadap penyelundupan narkoba sampai imigran gelap. Sedangkan Autodefensas berisi warga sipil dari Michoacan, Meksiko yang merasa jengah terhadap aksi gembong Kngihts Templar. Bermodalkan senjata api lengkap, Autodefensas di bawah pimpinan Dr. Jose Mireles menyatroni satu per satu markas kartel tersebut untuk mengakhiri kekuasaan mereka di berbagai kota. 
This is one of the scariest documentary I've ever seen. Mengerikan, karena Heineman mendapat akses menaruh kameranya di berbagai setting tempat dan situasi yang semestinya tidak kita datangi. "Cartel Land" bukan dokumenter yang hanya bertutur lewat rangkuman statistik, reka ulang atau wawancara. Film ini terjun langsung ke tengah baku tembak antara Autodefensas melawan Knights Templar, hingga mendokumentasikan para kartel tengah meramu narkoba. Bayangkan anda berdiri di bawah desingan peluru liar atau duduk bersama kriminal keji sewaktu tengah melakukan aksi mereka. Aroma kematian terasa semerbak di sini. Terlebih lagi, Heineman tidak ragu menampilkan visual "memuakkan" berupa kepala terpenggal juga mayat berlumuran darah. Segala pemandangan tadi menjadi set-up sempurna bagi atmosfer filmnya, karena memang seperti inilah situasi di Michoacan. 

Sayangnya muncul lubang pada intensitas yang berasal dari keputusan Heineman menyatukan dua cerita. Bermaksud menciptakan paralel, kisah Arizona Border Recon jelas tenggelam baik dari sisi kuantitas maupun kualitas bila disandingkan dengan paparan perjuangan Autodefensas. Hanya menyajikan inteview pada Tim Foley dan sedikit aksi mereka di lapangan, konflik di perbatasan tersebut tidak nampak sebegitu menarik, bahkan sering menurunkan intensitas film secara keseluruhan akibat terpecahnya fokus. Andai hanya berpusat pada salah satu cerita saja -tepatnya Autodefensas- niscaya film ini akan jauh lebih padat. 
Pada awal narasi, kita menyaksikan kepahlawanan Autodefensas dan Jose Mireles. Mereka tidak ragu menantang maut bahkan berdiri tegak menghadapi usaha polisi melucuti senjata mereka. Lewat sebuah sequence menggetarkan kala warga kota bersatu mengusir polisi -seorang nenek mendorong paksa mobil patroli, wanita berteriak histeris bahkan ada yang mengayunkan parang- Heineman sukses menggambarkan runtuhnya kepercayaan masyarakat akan instansi berwajib. Awalnya Mireles adalah pahlawan terlihat bak pahlawan dan Autodefensas merupakan pelindung. Namun seperti kalimat dari Tim Foley di awal film, "there's an imaginary line between right and wrong. Good and evil". Baik dan buruk tersebut makin dibaurkan seiring berjalannya durasi ketika Heineman secara cerdik mencuatkan satu per satu fakta yang juga berperan sebagai twist mengejutkan. 

"Cartel Land" adalah tipikal film yang cukup ditonton sekali saja. Bukan karena buruk, namun kebrutalan visual dan dominasi rasa ketidakberdayaan mencekik bukanlah suatu hal menyenangkan untuk berulang kali disaksikan. Semakin disturbing karena film ini menyadarkan bahwa segala hal di layar merupakan realita. It's intense, scary and will stab right through your heartDokumenter ini bertutur mengenai pertempuran antara baik melawan buruk, hanya saja kita tak pernah tahu pasti siapa berada di pihak mana. Akhirnya begitu credit bergulir anda bakal bertanya, "masihkah ada harapan untuk kebaikan di dunia ini?"

6 komentar :

Comment Page:
halumma mengatakan...

Langsung cari..

Billy Jefferson Simamora mengatakan...

Sejak tahu blog ini, jadi makin tahu dan paham seputar film.. Thx banget nih bang rasyid udah mau selalu update review film.. Btw,,yang jadi most anticipated movie untuk tahun ini menurut bang rasyid apa nih bang? Apa tahun ini bakal jadi tahunnya film-film superhero bang? Kalo pribadi nungguin Batman v Superman sama Suicide Squad :D

Rasyidharry mengatakan...

Wah seneng dengernya, makasih juga ya.
Kalau film superhero paling nunggu Civil War, Suicide Squad sama X-Men Apocalypse, BvS agak meragukan soalnya. Di luar itu The Witch, Hail Caesar!, Everybody Wants Some, Finding Dory, Star Wars: Rogue One, etc.
Kalau film Indonesia: AADC 2, Terpana, Headshot, dll.

Billy Jefferson Simamora mengatakan...

Wah banyak juga nihh.. Civil War sama X-Men juga ditunggu sih.. Tapi masih bingung bakal nonton yg mana di bioskop,krn rilisnya berdekatan..

Rasyidharry mengatakan...

Well, saran saya sih buat BvS, X-Men atau Civil War ditonton di layar lebar semua, experience-nya bakal kurang maksimal kalau nggak :)

Billy Jefferson Simamora mengatakan...

Ooh ok.. Thx bang sarannya :)