THE HUNTSMAN: WINTER'S WAR (2016)

13 komentar
Merupakan sekuel untuk Snow White and the Huntsman, film ini merangkum dua contoh permasalahan besar industri di Hollywood, yakni ambisi mengeruk uang lewat sekuel lalu menganggap pendekatan dewasa (baca: menjauhi kemeriahan fantasi) bakal menjadikan suatu tontonan lebih keren. Kedua hal di atas tak sepenuhnya keliru, namun untuk The Huntsman: Winter's War, ambisi-ambisi itu disikapi secara berlebihan hingga membutakan mata pihak studio. Walaupun meragukan secara kualitas, berkat kembalinya Charlize Theron plus penampahan Emily Blunt dan Jessica Chastain ke jajaran cast, saya pun memberi kesempatan pada film garapan sutradara Cedric Nicolas-Troyan ini. Pemberian kesempatan itu sayangnya berujung kekecewaan.

Ceritanya membawa kita jauh sebelum film pertama, ketika dua saudari, Ravenna (Charlize Theron) dan Freya (Emily Blunt) masih bersama merebut berbagai kerajaan. Berbeda dengan sang kakak, Freya belum mendapati tanda-tanda kebangkitan kekuatannya. Sampai suatu hari ia mendapati sang kekasih membunuh bayinya, berubahlah Freya menjadi Ice Queen. Bermodalkan kekuatan itu, Ice Queen membangun kerajaan sendiri, menciptakan pasukan bernama "The Huntsman" yang diisi anak-anak dari berbagai tempat  guna menguasai sebanyak mungkin wilayah. Ice Queen berkuasa sambil menerapkan larangan saling mencintai, tapi itu tidak menghalangi rencana Eric (Chris Hemsworth) dan Sara (Jessica Chastain) kabur diam-diam demi cinta mereka.
Rencana pembuatan sekuel dengan kembalinya sutradara Rupert Sanders juga Kristen Stewart gagal tatkala perselingkuhan mereka terbongkar, tapi Universal pantang menyerah berusaha menimbun gunungan dollar. Alhasil terciptalah prekuel/sekuel/spin-off dari Snow White and the Huntsman ini. Pengambilan arah tersebut berpotensi menciptakan kisah baru, bahkan bukan mustahil membangun pondasi bagi rangkaian installment berikutnya. Potensinya hilang kala naskah karya Craig Mazin dan Evan Spiliotopoul terlampau malas. Paruh pertama diisi latar belakang seadanya tentang Freya ditambah romansa Eric-Sara yang berjalan buru-buru. Kompleksitas Freya (is she really hates love or not?) ditinggalkan begitu saja, membuat Sang Ratu Es terasa dingin luar dalam. Saya pun belum sempat terpikat oleh percintaan Eric dan Sara, sehingga saat alur melompat tujuh tahun ke depan tak ada "bekal" untuk dibawa. Paruh kedua juga sama, tidak menawarkan banyak hal kecuali perjalanan karakternya melintasi hutan sambil sesekali terlontar lelucon tak lucu para kurcaci yang memang hadir hanya sebagai comic relief

Pada blockbuster, peran plot sebagai alasan supaya film bisa (asal) berjalan adalah kewajaran. Biasanya film tersebut menjual aspek lain semisal action sequence atau efek visual, yang mana membuat saya bertanya-tanya apa jualan utamanya. Adegan aksi dibagi dua, yaitu weapon/hand-to-hand combat melibatkan para Huntsman, lalu action berpoleskan CGI sewaktu Ravenna dan Freya memamerkan kekuatan masing-masing. Aksi tipe pertama dikemas medioker akibat miskinnya visi Cedric Nicolas-Troyan. Beberapa kali pemakaian shaky cam berlebihan membuat adegan sukar dinikmati. Jangan banyak berharap pula pada pemakaian CGI-nya, karena berbeda dibanding pesona trailer-nya, parade kegilaan sihir Freya dan dan Ravenna hadir tak seberapa banyak. Bahkan klimaks pun selesai begitu saja tanpa pernah mencapai puncak kesenangan apalagi ketegangan tertinggi.
Serupa film sebelumnya, The Huntsman: Winter's War mengambil pendekatan lebih kelammenurunkan kadar fantasi kisah Snow White. Pendekatan itu menjadikannya tersesat, tidak jelas ingin membangun dunia seperti apa. Bukan sepenuhnya realis melihat kemunculan Goblin serta kekuatan dua ratu. Namun disebut fantasi pun belum total, karena sepanjang durasi, nuansanya lebih mendekati sajian historical action alias tidak cukup magical. Buramnya visi paling kentara saat dalam beberapa adegan ber-setting hutan muncul makhluk mirip peri beterbangan yang kurang sinkron dengan atmosfer keseluruhan, seolah kehadirannya sekedar guna mengingatkan penonton bahwa kita tengah menyaksikan sajian fantasi. Kesan malu-malu untuk sepenuhnya terjun ke ranah fantasi justru menjatuhkan film ini, membuatnya terasa monoton pula miskin imajinasi.

Potensi paling tersia-sia adalah jajaran cast. Charlize Theron hanya tampil di awal dan akhir, padahal film ini amat membutuhkan pesona sang aktris yang selalu mengunci atensi tiap kemunculannya meski hanya lewat tatapan tajam matanya. Sedangkan Emily Blunt, selain teriakan emosional di awal serta nampak fabulous sepanjang durasi, ia tak banyak mendapat kesempatan unjuk gigi. Chastain punya porsi terbanyak dan berhasil dimanfaatkan, menjadikan Sara sosok badass sekaligus membuat tiap line miliknya terdengar menarik. Overall, ketiganya sudah memuaskan mengingat dangkalnya penulisan karakter yang penuh tanda tanya berkaitan sikap serta motivasi perbuatan. Bagaimana dengan Chris Hemsworth? Dia semakin mendekati "The next Arnold Schwarzenegger", that's it. Akhirnya, jika anda tidak tertarik melihat trio aktris utama atau tata busana memikat mata milik Ravenna dan Freya, bukan suatu kerugian bila melewatkan The Huntsman: Winter's War

13 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Sayang sekali sekuel snow white ini buruk.saat di lihat di triler kayaknya menabjubkan.

spidy mengatakan...

Tapi sangat mending dibanding nonton film indo

Rasyidharry mengatakan...

Yak, trailer-nya keren emang

Rasyidharry mengatakan...

Kata siapa??? Cobalah nonton film lokal sekarang, bagus-bagus. Dari 27 film Indonesia yang sudah saya tonton tahun ini, setengahnya lebih oke dari The Huntsman

spidy mengatakan...

Ya tetap aja merasa rugi kalo mau keluar duit utk ntn film indo.

Rasyidharry mengatakan...

Kalau ternyata filmnya emang bagus? Nonton Film Indonesia emang harus lebih selektif, dalam artian tontonlah yang bagus. Kalau merasa mayoritas film kita jelek, ya perbanyak tonton yang berkualitas, dengan begitu produser & sutradara bisa tahu, penonton tanah air lebih doyan film bagus

Rajendra Rangga mengatakan...

seandainya ceritanya lebih fokus ke sepak terjang para huntsmen menaklukan daerah utara dan hubungan mereka dengan si ice queen pasti lebih seru. paling ga saya ga kecewa dengan janji judul film ini yang ada kata2 winter's war nya.

Unknown mengatakan...

iya film indo ada yg bgus kok contoh nya talak 3 ,ngenest dan singel

Ade Hendy mengatakan...

Dapet nih poinnya! Mantep bang. Selama ini juga selalu ngusahain nonton film indo di bioskop. Pertimbangannya selain alesan di atas, rata-rata film luar lebih cepat keluar donlotannya ketimbang film lokal yang bisa sampe dua tahun baru rilis dvd (terutama yang masuk kategori film berkualitas), jadi kerasa rugi aja kalo sampe kelewat nonton di bioskop

Rasyidharry mengatakan...

Nah betul. Film lokal udah makin dikit keluar dvd, jadi kalau ngelewatin di bioskop ya cuma berharap tayang di tv

Unknown mengatakan...

Kalau saya pribadi merasa puas dengan apa yang disuguhkan film ini, adegan dan kostumnya sangat menarik untuk dilihat, untuk keseluruhan alur cerita saya dapat memahaminya hanya saja agak sedikit bingung dibagian hubungan film ini dengan yg sebelumnya. overall, menurut saya film ini recommended, tapi mungkin sebagian orang melihat sisi lain dr film ini yg memang masi kurang.

Rasyidharry mengatakan...

Iya, perang pas musim dingin ya haha

Rasyidharry mengatakan...

Yes, kostumnya top notch! Alur yang koneksi sama film sebelumnya membingungkan jadi bukti sih kalau film ini terlalu dipaksakan ada. Overall masih potensi menghibur kok :)