THE FAMILY FANG (2015)

2 komentar
Hampir di semua keluarga pernah terjadi perselisihan antara orang tua dan anak mengenai bagaimana sang anak semestinya menjalani hidup. Orang tua memiliki keyakinan atas apa yang terbaik bagi buah hatinya, sedangkan anak merasa punya hak memilih jalan hidupnya sendiri. Konflik demikian bisa bertempat dalam situasi normal seperti pilihan pekerjaan, sampai kondisi ekstrim layaknya keluarga Fang pada film adaptasi novel The Family Fang karya Kevin Wilson ini. This movie has strong weird vibe like most of independent movies  and festival darling  about dysfunctional family out there. Namun naskah milik David Lindsay-Abaire serta sensitifitas penyutradaraan Jason Bateman menjauhkan kesan artificial, menyuntikkan kehangatan relatable.

Dua bersaudara, Baxter Fang (Jason Bateman) dan Annie Fang (Nicole Kidman) sama-sama tengah mengalami kemunduran karir. Pasca kesuksesan novel perdananya, novel kedua Baxter mendapat mixed responses, dan kini kesulitan menyelesaikan karya ketiganya. Sedangkan Annie terjebak dalam film-film komedi romantis berkualitas medioker, lalu menghadirkan sensasi kala tampil topless di lokasi syuting. Sebuah kecelakaan yang menimpa Baxter memaksa keduanya berkumpul lagi bersama kedua orang tua mereka, Caleb Fang (Christopher Walken) dan Camille Fang (Maryann Plunkett). 
Sedari adegan pembuka dengan setting beberapa tahun silam kala dua bersaudara itu masih kecil, kita telah mendapati betapa anehnya keluarga satu ini. Keluarga Fang kerap melakukan sejumlah prank yang disebut oleh Caleb sebagai bentuk nyata dari seni, termasuk kejadian di opening sequence saat mereka memalsukan perampokan bank lengkap dengan pistol palsu, darah palsu, perkelahian palsu, hingga kematian palsu. Layaknya banyak seniman dengan idealisme buta, Caleb beranggapan seninya adalah yang terbaik, terjadi secara langsung di dunia nyata sehingga dapat menghadirkan respon nyata pula dari audience.

David Lindsay-Abaire mampu mengemas rapih keterikatan antara trouble family dengan troubled artist. Pondasinya adalah sosok keras seorang Caleb, bagaimana ia enggan "bertoleransi" pada bentuk seni lain yang menurutnya sampah seperti video YouTube, lukisan, bahkan film-film sang puteri. Sometimes, this kind of artist could be rather dictatoral and mean. Sehingga ketika muncul hal pengganggu proses berkesenian, sulit baginya menerima bahkan walau hal itu berupa kelahiran seorang buah hati. Dari sini semuanya bermula, tuntas menjelaskan mengapa Fangs berujung menjadi satu keluarga disfungsional. 
Konflik utamanya didasari oleh menghilangnya Caleb dan Camile, di mana polisi berasumsi keduanya telah menjadi korban pembunuhan. Jengah dengan segala tipu daya orang tuanya, Annie meyakini kasus tersebut hanyalah satu lagi prank kelewat batas keduanya. Di sisi lain, Baxter berusaha lebih bijak, memperhitungkan kemungkinan bahwa orang tua mereka memang telah tewas. Here's where the plot absorbed me with its mystery. Apakah kasus tersebut nyata? Atau bentuk "seni" karya Caleb dan Camille sebagaimana pemikiran Annie? Pertanyaan itu terus berputar-putar hingga sebuah surprising twist memberi jawaban. Twist-nya tidak terasa membohongi penonton berkat keberhasilan "menanam benih" di pertengahan durasi.

Bumbu misteri tak membuat naskahnya melupakan kehangatan unsur drama keluarga, begitu pula penyutradaraan Bateman yang mampu memberi penekanan pada momen dramatis tanpa harus berlebihan. Terdapat momen ketika Annie (unconsciously) nyaris kembali menenggak minuman keras, lalu tegas menyatakan bakal mencari orang tuanya sampai ketemu sebelum mendadak antusias (or desperately) berlari mencari kamera tersembunyi dalam rumah. Bateman mengemas adegan itu penuh sensitifitas, raw, menyiratkan bahwa di balik sikap Annie masih tersimpan kepedulian, hanya saja ia malu untuk menunjukkan atau tak menyadarinya.

Momen emosional semacam itu takkan hadir tanpa performa kuat jajaran cast. Seperti contoh adegan di atas, Kidman energetic, sembari secara bersamaan memunculkan dilema perasaan pada tiap tingkah pula tutur katanya. Bateman menyuguhkan penampilan terbaik sepanjang karirnya berkat keseimbangan akting dramatik dan komedik. His strongest moment was when with his red and teary eyes also cracked voice, Baxter tried to convince Annie to let go. Di samping dua protagonis, bermodalkan kalimat keras cenderung pedas namun menyiratkan keputusasaan dalam hati, Chirstopher Walken ikut menggaet atensi, memuncakkan kekacauan keluarganya. You thought your family kinda messed up? Well, this is what messed up is.

2 komentar :

Comment Page:
Rizal Faizin mengatakan...

Gan, filmnya nih agan download apa nonton di bioskop

Anonim mengatakan...

Bang ini twist ending gak?