DON'T BREATHE (2016)

10 komentar
Bermodal modifikasi sederhana, orisinalitas karya dapat terbentuk. Melalui "Don't Breathe" yang ia sutradarai sekaligus tulis naskahnya bersama Rodo Sayagues, Fede Alvarez ("Evil Dead" remake) membuktikan itu tatkala mengambil konsep home invasion thriller lalu menukar peran korban dan pelaku. Biasanya anda bakal menemukan skenario berikut: sang protagonis selaku pemilik rumah harus berjuang mempertahankan diri dari serangan sekelompok pembobol, entah perampok atau pembunuh. But in this movie, the home owner  the old blind man  isn't weak and isn't the one in danger. 

Tiga remaja, Rocky (Jane Levy), Alex (Dylan Minnette) dan Money (Daniel Zovatto) kerap membobol rumah guna mencuri barang berharga yang bisa dijual dengan harapan suatu hari dapat pindah ke California  mereka tinggal di Detroit. Aksi tersebut bisa terlaksana karena ayah Alex adalah pemilik perusahaan keamanan. Alex sendiri selalu menerapkan aturan ketat dalam pencurian seperti larangan mengambil uang tunai atau barang dengan nilai di atas 10.000 dollar demi menghindari hukuman berat bila tertangkap. Boleh dibilang keamanan aksi mereka amat terjamin.
Maka, saat Money menemukan mangsa empuk, seorang pria tua buta veteran perang (Stephen Lang) yang tinggal sendiri dan kabarnya menyimpan uang setidaknya 300.000 dollar, pekerjaan itu terdengar begitu mudah, walau artinya mereka harus melanggar aturan tidak mencuri uang tunai. Di sinilah twist bertempat, ketika sang pria buta ternyata berbalik meneror trio pencuri tersebut. Memiliki badan kekar sekaligus muka keras, Stephen Lang membuat karakternya believable meski tercipta inkonsistensi akan seberapa jauh indera pendengaran dan penciumannya bekerja. Kadang ia dapat mendengar suara nafas, namun di adegan lain ia tak menyadari kehadiran orang yang berdiri tepat di depannya.  

Berjalan singkat selama 90 menit, naskahnya solid, konsisten menebar ancaman. Bahkan saat film tengah fokus bercerita pun, penonton tetap bisa merasakan teror berjalan mendekat. Serupa protagonisnya, kita tidak diberi kesempatan beristirahat sejenak dari pacuan ketegangan. Sayang beberapa momen muncul semata-mata untuk shock value tanpa penjelasan memadahi: Bagaimana si pria tua dapat terbangun walau sudah dibius? Bagaimana dia mampu melepaskan borgol?
Sejak awal "Don't Breathe" telah menegaskan statusnya sebagai thriller yang cerdas membangun ketegangan melalui dominasi kesunyian mencekat. Serasa berada di ruang kosong nan gelap sendirian, nuansa sepi akan membuat nafas anda terasa berat. Scoring garapan Roque Banos sesekali terdengar. Bukan suatu bentuk musik penggedor jantung, melainkan alunan atmosferik yang mencekik. Turut memperkuat atmosfer yakni sinematografi garapan Pedro Luque yang cerdik memanfaatkan setting gelap. Terkadang kita tak dapat melihat apapun, sekali waktu warna berubah menjadi hitam-putih bak memandang dari balik night vision, kadang hadir pula kengerian tatkala wajah Stepen Lang mengintip di balik kegelapan. 

Naskah milik Fede Alvarez dan Rodo Sayagues piawai menggerakkan plot dari home invasion thriller standar pada permulaan film menuju twisted psychological tale sewaktu setumpuk kejutan mulai diungkap satu per satu. Kejutan tersebut menambah layer kengerian sehingga "Don't Breathe" bukan saja menegangkan secara kasat mata, pula meneror batin penonton lewat situasi disturbing, yang mana mampu dipertahankan hingga akhir termasuk pada ending penuh ketidakpastiannya. "Don't Breathe" boleh dibuat memakai biaya murah, tapi caranya memacu jantung penonton jauh dari kesan murahan.

10 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

adegan paling menyeram kan bagi saya yakni saat adegan mati lampu itu...horor banget rasanya..

Zulfikar Knight mengatakan...

Mas Rasyid, tertarik review Watership Down (1978)?

Rasyidharry mengatakan...

Yes, Stephen Lang berasa monster di situ

Rasyidharry mengatakan...

Bakal nonton tapi buat review-nya nggak janji hehe

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

dari awal trailer filmnya aja udah bikin sesak nafas
filmnya apalagi
budget rendah tp hasilnya kualitas tinggi

Anonim mengatakan...

kapan ya indonesia bisa bikin film budget rendah namun brilliant seperti ini??
hmmmm

Rasyidharry mengatakan...

Tengok aja film-film Joko Anwar :)

Afif Hauzaan Abid mengatakan...

bro,mau nanya,itu akhirnya cewe nya udh hamil atau tidak bro?

Rasyidharry mengatakan...

Kalau Rocky sih belum, kan batal diinseminasi

Afif Hauzaan Abid mengatakan...

ohh,ane kira udh sempet masuk :v,thanks bro