DOCTOR STRANGE (2016)

22 komentar
Bisakah Marvel gagal? Setelah Marvel Cinematic Universe (MCU) bergulir selama delapan tahun pertanyaan tersebut kerap menghiasi benak publik. Beberapa film memang di bawah ekspektasi ("Avengers: Age of Ultron", "Iron Man 3")  tapi tak ada satupun layak disebut buruk  even their weakest which is "Thor: The Dark World" isn't entirely a bad movie. Bahkan kini mereka melanjutkan pencapaian "Guardians of the Galaxy" hingga "Ant-Man", lewat perjudian berjudul "Doctor Strange" yang membawa penonton mengeksplorasi sisi mistik MCU dalam sebuah gelaran petualangan psychedelic yang akan membuat anda terperangah sembari berujar "What the hell am I watching?!".

Benedict Cumberbatch berperan sebagai Stephen Strange, seorang ahli bedah jenius penuh kepercayaan diri cenderung arogan. Berkat kejeniusan tersebut, tak jarang Strange membuat "keajaiban", menyelamatkan nyawa pasien yang hampir mustahil dapat diselamatkan. Namun ketika kecelakaan lalu lintas membuat kedua tangannya terluka parah, giliran Strange mencari keajaiban di Kamar-Taj (Nepal), tempat Ancient One (Tilda Swinton) yang konon dapat menyembuhkan penyakit apapun tinggal. Alih-alih menerima pengobatan, Ancient One justru mengenalkan Strange pada dunia sihir yang tak pernah ia bayangkan, sekaligus mempersiapkannya menghadapi pertarungan melawan Kaecilius (Mads Mikkelsen), mantan murid Ancient One yang membelot ke jalan kegelapan.
Rasa skeptis mengenai penunjukkan Scott Derrickson yang lebih dikenal lewat suguhan macam "The Exorcism of Emily Rose" dan "Sinister" seketika sirna kala mendapati sentuhan horror sang sutradara tetap muncul sedari opening sequence berisi adegan pemenggalan. Walau implisit, pemandangan itu jadi mencengangkan mengingat track record Marvel selama ini. Derrickson mendorong batas rating PG-13 sejauh mungkin, menyajikan sejumlah (meski tidak banyak) kekerasan berdarah pula kematian. Gaya Derrickson juga turut berjasa menghantarkan poin positif terbesar film ini, yaitu keanehan visual yang bakal membuat adegan subatomic pada "Ant-Man" tampak normal.

Momen tatkala Ancient One memperkenalkan Strange  dan penonton  pada sisi lain semesta tak diragukan lagi merupakan one of the weirdest sequence I've ever seen in blockbuster cinema. Terhampar pemandangan psychedelic seolah kita baru saja mengkonsumsi mushroom atau LSD. Balutan CGI-nya impresif, tapi visi Derrickson-lah yang jadi kunci kesuksesan. Insting horror sang sutradara mampu menciptakan creepy surreal imageries bagaikan mimpi buruk absurd. Di luar sequence tersebut, kreatifitas Derrickson beserta segenap tim artistik pun tetap bersinar dalam membangun adegan aksi yang meski minim ledakan nyatanya amat menghibur. Perubahan struktur kota, karakter berpindah tempat sampai memutarbalikkan waktu memunculkan rasa outta-this-world yang turut jadi bukti jika para pengkarya bakal selalu menemukan hal baru apabila bersedia memaksimalkan kepekaan artistik mereka.
Naskah garapan Scott Derrickson dan C. Robert Cargill sayangnya menyimpan permasalahan. Pergerakan alurnya datar, seolah dituturkan selaku obligasi belaka, sekedar berpindah dari satu titik menuju titik berikutnya tanpa memperhatikan dinamika pergolakan konflik. Rasanya datar, mini daya cengkeram apalagi guratan emosional. Konsep rumitnya pun dipaparkan ala kadarnya, terasa lemah akibat ketidakjelasan "aturan" mengenai hal-hal seperti astral (tubuh astral menembus tembok namun bisa menyentuh barang lain), transportasi (orang-orang nampak tak terkejut melihat karakternya mendadak muncul), dan lain sebagainya. 

Benedict Cumberbatch memimpin jajaran ensemble cast-nya, memikat hati bersenjatakan kemampuannya memainkan komedi fisik maupun verbal. Meyakinkan pula menangani transformasi Strange dari jenius arogan menjadi lebih bijak. Kesuksesan ini turut dibantu oleh solidnya karakterisasi, memudahkan penonton memahami tiap motivasi yang melandasi tindakan atau perubahan sikapnya. Jika selama ini MCU memiliki dua kutub pada diri Steve Rogers dan Tony Stark, saya bisa membayangkan Stephen Strange selaku sosok penengah yang sama kuatnya. Chiwetel Ejiofor, Tilda Swinton, Rachel McAdams serta Mads Mikkelsen tampil semaksimal mungkin walau penulisan karakter mereka agak lemah. 

Beberapa kekurangan di atas tentu mengganggu, tapi di saat bersamaan bisa dimaafkan sebab film ini sendiri enggan menganggap dirinya terlampau serius. This is Marvel at their best game: having fun! Klimaks yang nihil pertempuran berskala besar pun dapat diterima karena alasan tersebut, bahkan mencuatkan kekaguman akan kemampuan  plus keberanian  Marvel menyulap situasi sederhana (serupa tarian Star Lord di "Guardians of the Galaxy") menjadi puncak menghibur nan kreatif. Komedinya bekerja dengan baik, sesekali menyegarkan suasana tanpa perlu mendistraksi. Sungguh memukau bagaimana Derrickson berhasil menyeimbangkan tone berlawanan berupa horror dan drama kelam soal kematian dengan komedi. Jadi, bisakah Marvel gagal? Bisa, tapi jelas bukan sekarang, karena "Doctor Strange" justru salah satu installment terbaik MCU sejauh ini. 

22 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Memang plot permasalah di doctor strange terasa biasa saja dan musuh nya yg terasa mudah sekali dikalahkan tapi yg menyebabkan doctor strange begitu istimewa dan beda dgn koleksi marvel yg lain ada di sisi visualnya yg sanagt luar biasa cantik nya...

Alvi mengatakan...

sosok Doctor Strange memang di kabarkan menjadi penengah di kubu Avengers.

Rasyidharry mengatakan...

True!

Rasyidharry mengatakan...

Yeap, apalagi setelah lihat mid-credit scene-nya

Fariz mengatakan...

Incredible Hulk gagal om

Raditya mengatakan...

MCU tidak pernah gagal?? Laahhhh film HULK itu ancur bang (dari segi rating maupun pendapatan), saking gagalnya, bang Rasyid aja sampe lupa pernah ada film itu wkwkwk...

Naufal Pratama mengatakan...

betul, Incredible Hulk itu gatot "gagal total" bahkan bisa dibilang disaster sampe pemerannya harus recast = lebih parah dari Batman vs Superman (seengganya bvs ngasilin banyak uang dan masih banyak orang yang suka bgt sama film itu) sementara no one care about Incredible Hulk :'((

Naufal Pratama mengatakan...

Semoga film MCU makin beragam ya, terutama GOTG2 dan Spider-Man kayanya bakal lebih berwarna :D

Surya AS mengatakan...

"What the hell am i watching" sumpa ngakak 😂

Rivaldi K mengatakan...

paling penasaran sama homecoming, spiderman gaya baru nih kayanya bakal beda bgt sama 5 film spiderman sebelom2nya

Rivaldi K mengatakan...

yoi film kedua MCU ini emang gajelas, masih mending bvs

Rasyidharry mengatakan...

Incredible Hulk nggak jelek kok, cuma nggak spesial, standar banget dan saat itu MCU masih belum solid plan-nya (beberapa di-retcon). But for me still fun :)

Rasyidharry mengatakan...

Rating kagak hancur loh, 67% di Rotten Tomatoes. Pendapatan mah iya, masih pada trauma sama Hulk-nya Ang Lee yang kebanyakan kontemplasi :D

Rasyidharry mengatakan...

Yap, 8 film Marvel yang lagi produksi semua potensial kasih warna berbeda-beda

Rasyidharry mengatakan...

Literally ngomong gitu pas adegan halusinogen haha

Hizkia mengatakan...

"...seolah kita baru saja mengkonsumsi mushrooms.."
Ok. I have to watch.

Jambo Art mengatakan...

jadi makin siap buat icip pilemnya tanpa harapan tinggi!!!

Unknown mengatakan...

Intinya seperti biasanya, Marvel selalu mampu menampilkan dan mengenalkan hero baru dengan baik, serta visualnya yang benar benar ajaib sangat memanjakan mata namun sayangnya (lagi-lagi) Marvel selalu gagal untuk menampilkan villain-nya yang kurang memorable. ini adalah review dari blok saya, mohon kritik dan komentarnya
http://muvibuster.blogspot.in/2016/10/doctor-strange-2016.html?m=1

Ulik mengatakan...

Kalau visualnya bagus Mau nnton di cinemaxxx ultra XD aja kalau gitu.... Semoga masih tayang

Rasyidharry mengatakan...

Yap, bakal lebih maksimal di layar gede kayak Ultra XD, IMAXX, or SphereX

Radira mengatakan...

Sedikit menyesal karena nggak nonton yang 3D, apalagi mumpung di bayarin ^^

kickassndoll mengatakan...

film Marvel yg beneran jelek cuman Fantastic Four, mas. #imo