THE PROFESSIONALS (2016)

11 komentar
I really like hist movie, no matter how implausible it is. The tension, the twist, the coolness, everything. Film heist yang bagus membuat saya ikut merasa keren saat melangkah keluar dari bioskop karena terpikat, terserap oleh tokoh di dalamnya. Tidak seperti judulnya, "The Professionals" garapan sutradara Affandi Abdul Rachman ("Negeri 5 Menara", "The Perfect Houe") sayangnya gagal mencerminkan aksi taktis para profesional tatkala eksekusi misi mereka disajikan terlampau sederhana. Walau penggarapannya tergolong baik, terdapat kekurangan fatal: it's flat and dumb. Not that kind of dumb fun entertainment, it's just dumb.

Abi (Fachri Albar) harus mendekam di penjara, kehilangan perusahaan dan ditinggalkan keluarganya setelah dijebak oleh rekan bisnisnya, Reza (Arifin Putra). Begitu bebas, ia segera membentuk satu tim beranggotakan Cokro (Lukman Sardi) seorang ahli mekanika analog, Ferry (Cornelio Sunny) sang hacker, Jo (Richard Kyle) yang jago bertarung, dan Sophie (Melayu Nicole) selaku getaway driver. Mereka semua punya satu kesamaan, yakni pernah dikhianati oleh Reza. Misinya yaitu mencuri seluruh rahasia Reza, membongkar segala kecurangan guna menjatuhkannya. 
Struktur "The Professionals" mengikuti formula film heist berupa perkenalan karakter dan perekrutan, presentasi rencana, eksekusi, permasalahan pada rencana, sebelum akhirnya ditutup dengan kejutan. Komposisi tim pun sama, terdiri dari protagonis yang keluarganya bermasalah (Abi) beserta tangan kanannya (Cokro), ahli teknologi sekaligus comic relief (Ferry), otot dari tim (Jo), dan seorang femme fatale (Sophie). Melayu punya potensi walau mesti belajar banyak dari Imelda Therinne supaya karakternya memiliki karisma, bukan sekedar eye candy. Cornelio Sunny untuk kali pertama memerankan tokoh komedik dan berhasil mencuri spotlight. Sedangkan Lukman Sardi menyuntikkan bobot di tiap kalimat sambil sesekali turut mengundang tawa, menegaskan bahwa filmnya tidak menganggap diri terlalu serius, mau bersenang-senang. 

Justru Abi sang lead protagonist kerap tenggelam di antara rekan-rekannya. Naskah karya Baskoro Adi Wuryanto dan Stella Gunawan memang tak memberi cukup kesempatan bersinar bagi Abi unjuk kebolehan. Mayoritas kemunculan dihabiskan dengan duduk menatap layar laptop atau memainkan zippo. Adegan tatkala ia mendatangi lalu berusaha menjebak Reza cukup menarik, dan momen serupa mestinya lebih banyak hadir. Fachri sendiri tidak berakting buruk dan ia pun bukan aktor buruk. But he lacks of charisma. Sebagai sidekick niscaya dia bakal memikat, namun sang aktor kurang kokoh selaku pemimpin. 
Kekurangan terbesar "The Professionals" terletak pada misinya. Kita tidak diberi kesempatan mendengar detail rencana, seketika dihadapkan pada eksekusi yang berjalan teramat sederhana akibat kesulitan misi yang rendah serta minimnya perlawanan pihak Reza. Sepanjang 95 menit durasi, Abi dan tim mampu tiga kali menyusup masuk. Bahkan beberapa brankas dan perangkat keamanan yang disebut punya tingkat kerumitan tinggi mampu dilewati dengan cepat tanpa memerlukan banyak trik. Alurnya berjalan tanpa twist kecuali kejutan kecil tentang identitas seorang karakter yang tak memberi signfikansi. Padahal pengemasan Affandi cukup solid. Dia pun tahu cara menjalin kesan elegan dalam pengadeganan. Unfortunately, the plot is less tricky and twisty. 

Sesungguhnya "The Professionals" layak diberi nilai positif kalau bukan karena kebodohan tingkah kedua belah pihak (tim Abi dan Reza). Mengapa dengan seluruh akses yang diperoleh, Abi dan timnya tidak terpikir menghapus barang bukti berupa rekaman CCTV? Kenapa pula setelah melihat rekaman tersebut dan mengetahui pelaku penyusupan tidak langsung membereskan mereka dan justru memilih diam-diam mengawasi tindak tanduk Abi dan timnya? Sungguh ingin saya menyukai film ini, tapi kelalaian akan logika sederhana sudah terlalu sering menggelayuti penulisan sinema Indonesia. 

11 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

Emosi film ini gak sampai ke penonton, motivasi dan kepedihan dikhianati Reza gak diperlihatkan. Film bergerak cepat, buru buru ingin buka brankas kelas M yang mungkin artinya Mudah. Tapi senang dengan keberadaan film macam ini,semoga bertambah dengan penggarapan yang lebih serius lagi ....

Rasyidharry mengatakan...

Betul. Di samping kekurangannya, kita butuh lebih banyak hiburan seperti ini

mank-shoe mengatakan...

2,5? Masih layak tonton gak masbro?
Pengen support film2 macam gini biar makin berkembang kedepannya. Males banget liatin film2 radit yg laku keras.

Rasyidharry mengatakan...

Masih layak kok :)

Ade Hendy mengatakan...

Berarti memang bukan salah Affandi ya selaku sutradara, namun memang kualitas naskahnya yang 'terlalu sederhana' dalam memaparkan misi. Soalnya saya juga ngerasa visi Affandi dalam pengadeganan sama sekali gag buruk. Setidaknya di atas ekspektasi saya. Apa mungkin penulis naskahnya ingin menyesuaikan cerita dengan penonton agar tidak terlalu rumit sehingga terkesan membosankan? Juga untuk menekan budget film, untuk itu misinya juga minim aksi mendebarkan?

Rasyidharry mengatakan...

Alasan yang terakhir. MNC kayaknya kurang invest buat memfasilitasi film heist yang bagus

mank-shoe mengatakan...

Ternyata memang layak tonton. Saya semakin optimis dengan perfilman indo kedepannya nih

Rasyidharry mengatakan...

Indeed. Terus dukung & tonton ya :))

Anonim mengatakan...

oh MNC si penggalang dana, pantas film ini cenderung seperti sinetron tapi mau dibuat action

Anonim mengatakan...

sebenarnya film sudah cukup dibagian actionnya, cuma dibagian cerita terlalu bertele tele. kemudian kenapa tidak dijelaskan perusahaan reza bergerak dalam bidang apa, serta kenapa kegunaan dongle sangat berperan penting. anehnya lagi sibocah hackernyg bau kencur mampu menembus sistem it yang sangat rumit, padahal pekerjaannya hanya menghack warnet. film ini masih perlu perbaikan sana sini dalam segi isi cerita, bukan dananya.

Anonim mengatakan...

satu hal yg bikin greget, klo mau umbar keseksian secara total dong, jgn mentah begitu.