LION (2016)

11 komentar
Tahukah anda bila banyak anak kecil di India menghilang? Jika ya, tahukah bahwa jumlahnya mencapai 80.000 tiap tahun? Tahukah pula anda soal perjalanan hidup Saroo Brierly yang terpisah dari rumah dan keluarga kemudian terus mencari keberadaan mereka meski sudah puluhan tahun? Kisah luar biasa (kerap disebut "inspiratif") serta fakta-fakta mencengangkan terkait isu sosial yang relevan merupakan beberapa pertanda suatu film layak dikatakan penting, tentunya dengan tetap memperhatikan kualitas. Apakah "Lion" selaku debut penyutradaraan Garth Davis sekaligus adaptasi buku non-fiksi "A Long Way Home" karya Saroo Brierly dan Larry Buttrose layak dikategorikan penting? 

Seorang bocah bernama Saroo (Sunny Pawar) tinggal di perkampungan kumuh, rutin membantu sang ibu (Kamla Munshi) mengumpulkan batu atau bekerja bersama Guddu (Abihshek Bharate), kakaknya. Di suatu pagi buta, Saroo menanti kakaknya bekerja di stasiun sambil tidur. Ketika Guddu tak kunjung datang, Saroo pun panik dan tertidur dalam kereta. Begitu terbangun kereta tersebut telah pergi jauh, membawanya hingga Calcutta yang asing baginya. Di sana Saroo menemui setumpuk rintangan mulai perbedaan bahasa, menghadapi cengkeraman pelaku penjualan anak sampai panti asuhan yang tidak layak. 
Babak awal "Lion" tak lain adalah panggung bagi Sunny Pawar. Banyak pemeran cilik berbakat, namun sedikit yang sanggup berakting subtil layaknya aktor berusia 8 tahun ini. Pawar mampu berteriak, meluapkan ketakutan dan putus asa seperti saat Saroo terus memanggil nama Guddu di atas kereta. Tapi puncak penampilannya terletak pada keterampilan berekspresi mikro. Pawar mungkin sekedar diam menatap, berbagi rasa lewat mata tanpa kata, atau sesekali berbagi senyuman, tetapi mudah memahami yang coba ia sampaikan. Termasuk tatkala perlahan senyum simpul nampak di bibir Saroo melihat seorang anak jalanan berbagi kardus untuk tidur. Indah, menyentuh. 

Babak berikutnya dalam kehidupan tokoh utama ditandai kedatangan John (David Wenham) dan Sue (Nicole Kidman), sepasang suami istri dari Tasmania, Australia yang bersedia mengadopsinya. Mendapat kasih sayang plus kehidupan layak, 20 tahun kemudian Saroo (Dev Patel) pindah ke Melbourne, berkuliah di jurusan manajemen hotel. Di sana ia bertemu sesama mahasiswa dari India, juga gadis asal Amerika bernama Lucy (Rooney Mara) yang kelak menjadi kekasihnya. Dari kawan-kawannya itu, Saroo mendapat cara supaya bisa menemukan lagi rumah beserta keluarganya. 
Satu hal yang sedari awal mencuri perhatian yaitu sinematografi Greig Fraser. Gambarnya tak sekedar indah menangkap hamparan padang tandus pinggiran India dan bentangan alam lain, namun turut menyimpan substansi dalam banyak landscape dengan karakternya menyempil mungil, memaparkan betapa manusia begitu kecil dibandingkan alam raya, menggambarkan tersesatnya tokoh utama di tengah dunia luas yang asing. Sedangkan naskah Luke Davies apik menuturkan pergulatan karakter yang ditandai putaran ekstrim nasib. Di satu waktu Saroo tampak mendapat secercah harapan, tak lama kemudian justru nasib buruk diperoleh. Tidak lupa Davies megkritisi institusi atau dalam film ini panti asuhan yang memperburuk kondisi anak. Di sisi lain naskahnya turut berpesan soal "embrace your opportunity". Saroo berhasil bukan saja karena ia beruntung mendapat orang tua angkat, juga karena bersedia memanfaatkan kesempatan, bergerak maju dalam hidup.

Sukses di banyak sisi, Davies justru gagal menyampaikan poin utama mengenai pencarian. Filmnya boleh bercerita tentang berbagai kisah sarat makna, namun semua tetap bermuara di konklusi selaku puncak pencarian Saroo. Momen puncak itu terasa manipulatif sebab antisipasi gagal dibangun. Penonton urung diajak menduga-duga, "Apakah ibu dan kakak Saroo masih hidup? Benarkah tempat yang ia kunjungi?". Kita hanya berulang kali melihat Saroo sibuk mengulik Google Earth. Kentara, Davies ingin mengutamakan drama manusia ketimbang menjalin ketegangan investigasi, termasuk saat romantika Saroo dan Lucy sering diketengahkan. Masalahnya selain kisah cintanya terburu-buru (berganti fase sebelum penonton sempat terpikat), mereduksi eksplorasi pencarian Saroo menjadikan hasil akhir  yang mana merupakan klimaks sekaligus tujuan  kurang bermakna. 
Di paruh klimaks tersebut Dev Patel berusaha keras menyalurkan emosi. Begitu pun Nicole Kidman yang tiap kehadirannya memancarkan kehangatan kasih tulus yang memancing haru. Kidman sempat pula menghantarkan sebuah monolog powerful selaku curahan hati seorang ibu atas sikap anak-anaknya. Sayangnya momentum terlanjur melemah, diperparah kesan cringe nan berlebihan saat sekumpulan warga bersorak sorai. Garth Davis sendiri tak mampu berbuat banyak sewaktu harus menangani situasi klise semacam itu. 

Namun serupa penulisan naskah, penyutradaraan Davis berhasil di banyak sisi. Beberapa momen terasa menggetarkan berbekal sensitivitas mengemas adegan "mentah", piawai menyentuh saat minim dramatisasi. Sebutlah ketika Mantosh kecil (Keshav Jadhav), adik angkat Saroo, meledak emosinya. Perasaan saya terguncang mendapati ungkapan jujur penuh rasa sakit seorang bocah malang yang mengalami penderitaan berkepanjangan. Davis juga memamerkan kreativitas saat tampilan Google Earth dan scene dunia nyata muncul silih berganti, menciptakan dinamika daripada gimmick belaka. Keseluruhan "Lion" sendiri berakhir menjadi kisah spesial yang eksekusinya  walau solid  takkan lama membekas. Still an important story that you need to watch though

11 komentar :

Comment Page:
Amatir dalam Hidup mengatakan...

Waaah kukira bakal dapat bintang lebih. Trailernya membius sangat sih :")

Rasyidharry mengatakan...

Masih penting disimak kok tapi :)

Unknown mengatakan...

review manchester by the sea dong kak rasyid

Rasyidharry mengatakan...

Lagi dalam proses, mungkin kelar malam atau besok pagi :)

Ahoy mengatakan...

tadi smpt bingung mau angkut ini,arrival,into the wild atau la la land (maklum Dvd lover..hehe) tapi hati pengen yg sci fi..jadilah arrival dulu malam ini..

cukup byk adegan berurai air matakah film ini bro..??!

Rasyidharry mengatakan...

Wah sayang banget tuh, Arrival & La La Land sebenarnya experience yang luar biasa & bakal lebih maksimal kalau di layar lebar.

For most people, yes. Apalagi konklusinya

Zulfikar Knight mengatakan...

Arrival gak sempet nonton di bioskop, jadi ane nonton di laptop. Tapi tetep, ane merinding saat nontonnya.

Unknown mengatakan...

Nonton dimana gan? Di Indonesia emang udah keluar?

Rasyidharry mengatakan...

Weekend kemarin ada midnight. Mungkin tayang reguler minggu depan atau awal bulan depan

Unknown mengatakan...

Sipppp

syahrultriramdhani mengatakan...

udah prnah lihat bajrangi bhaaijan ? film india, hampir serupa sih sama Lion jadi ya agak agak familiar sama jalan crita "nyasar" nya. overall ini mah bagus banget , akting nicole sangat emosional disini , ada rooney lagi :v

mnurutku ini lbih bagus daripada moonlight