A SILENT VOICE (2016)

14 komentar
Salah satu dampak kesuksesan besar Your Name di Indonesia adalah semakin terbukanya pintu bagi anime bertema percintaan remaja, di samping dominasi franchise raksasa macam Detective Conan, One Piece, Crayon Shin-chan hingga Naruto. Jika film garapan Makoto Shinkai tersebut mengangkat fantasi perjalanan waktu sebagai hiasan romantika, A Silent Voice selaku adaptasi manga berjudul sama karya Yoshitoki Oima ini condong ke realita dunia remaja, mengusung isu sensitif nan penting mengenai bullying juga bunuh diri. Bukan soal main-main, dan untungnya sutradara Naoko Yamada bersama penulis naskah Reiko Yoshida merangkainya dengan hati.

Yamada menolak menjadikan dramatisasi kesengsaraan sebagai bahan jualan. Terlihat dari opening sequence-nya, memperlihatkan keseharian Shoya Ishida. Dia berhenti dari pekerjaannya, mengosongkan rekening di bank, meninggalkan amplop berisi uang di sebelah ibunya yang tengah terlelap. Alunan lembut memancing asumsi jika sang protagonis hendak menatap kehidupan baru. Rupanya sebaliknya, ia berencana bunuh diri. Lalu memori masa SD kala hidup Ishida masih penuh semangat (ditemani lagu My Generation milik The Who) merangsek masuk. Saat itu kelas Ishida kedatangan murid baru, gadis tuna rungu bernama Shoko Nishimiya.
Dari sini naskah Reiko Yoshida mulai unjuk gigi menyusun drama coming-of-age yang kuat memaparkan hubungan sebab-akibat. Ishida gemar menggoda Nishimiya, mulai dari keisengan melempar kerikil sampai berpuncak ketika Ishida melepas paksa alat bantu dengar si gadis. Gangguan sepele berkembang ke arah bullying serius, tindakan satu individu menyebar turut dilakukan sekelompok orang termasuk para gadis yang menjauhi Nishimiya. Namun sewaktu pihak sekolah meminta pertanggungjawaban, semua menimpakan kesalahan pada Ishida. Kondisi berbalik. Ishida dijauhi, di-bully sahabat-sahabatnya. Inilah sebab si bocah biang onar tumbuh jadi siswa SMA penyendiri, memandang rendah diri, enggan menatap apalagi berinteraksi dengan temannya.

Cerita A Silent Voice penting disimak demi menegaskan bullying yang kerap dipandang wajar sebagai bentuk kenakalan anak kecil dapat berbuntut panjang, bagi korban sekaligus pelaku. Walau membungkus kisah kompleks secara dewasa, film ini tidak serta merta mengambil pendekatan depresif untuk glorifikasi sisi moody remaja canggung, tidak pula bersikap menyalahkan. Memilih menyoroti hidup si pelaku (yang kemudian turut jadi korban), fokusnya bukan tentang meratapi nasib atau tragedi, melainkan bagaimana memperbaiki situasi. Ishida tak hanya menambal keretakan, ia mesti mengumpulkan pecahan yang acak berserakan, mencari susunan tepat, baru menyatukannya lagi satu demi satu. 
Kita tahu Ishida begitu menyesal, memunculkan proses penebusan dosa simpatik berkat ketulusan hati karakter. Hal ini berdampak luar biasa kala transisi menuju third act berlangsung menegangkan, pun konklusinya terasa mengharukan. Dan bukankah cinta adalah obat mujarab? Ishida terdorong oleh pertemuan kembali dengan Nishimiya yang masih diam-diam menyukainya. Sayangnya sulit percaya akan perasaan Nishimiya akibat penokohan lemah. Sosoknya terlampau baik, bak imajinasi gadis manis fantasi (sekelompok) pria: lembut, pemalu, mau menyatakan cinta lebih dulu saat mereka sendiri ragu-ragu melangkah maju. Susah juga menerima fakta Nishimiya jatuh hati kepada Ishida sejak SD sewaktu penindasannya melebihi siswa lain. Sikap tokoh memang kerap bermasalah, sebutlah perubahan ibu Nishimiya atau ketertarikan Mashiba berteman dengan Ishida yang urung didukung motivasi memadahi.

Yamada terbukti punya visi unik dalam bertutur lewat visual seperti penggunaan tanda silang guna menyiratkan penolakan Ishida berhubungan sosial, beberapa perpindahan mendadak menuju flashback, hingga selipan gambar-gambar singkat yang membuat A Silent Voice bergerak bagai keping-keping memori yang sekejap melintas di pikiran. Gaya itu cocok mewakili poin seputar ingatan masa lalu walau penempatan dari Yamada kerap kasar pun sering kurang sesuai kebutuhan, seolah berusaha terlalu keras terlihat artsy. Pemakaian berbagai gambar "acak" yang tak jarang menyelingi percakapan antar karakter berfungsi pula menyimbolkan keengganan Ishida menatap lawan bicara, meski aspek tersebut cukup mengganggu tatkala Yamada bak gemar menyorot "bagian bawah" tokoh wanita.

14 komentar :

Comment Page:
Amatir dalam Hidup mengatakan...

Eeeh jadi rencana bunuh dirinya itu sudah diberi tahu di awal kah? AKu jadi merasa terspoiler ini dibilang mau bunuh diri ternyata :(
Tak sabar menonton filmnyaa, liat trailernya saja sudah membuat terharu :"3

Rasyidharry mengatakan...

Haha dari 5 menit pertama langsung dikasih tahu kok

Unknown mengatakan...

ini di bioskop?

Unknown mengatakan...

Mendekati cerita "13 Reason Why" kah?

Rasyidharry mengatakan...

Yap, dari Rabu kemarin

Rasyidharry mengatakan...

A Silent Voice lebih positif menyikapi isu suicide, fokus ke kasih harapan.

Andikdik mengatakan...

Ane pribadi sebenernya lebih ngarepin manganya diadaptasi jadi anime TV series :>
btw menurut Bang Rasyid dari segi visual bagusan Your Name ato A Silent Voice?

Anonim mengatakan...

Setuju. Saya juga susah nerima kalau Nishimiya bisa cinta sama Ishida. Tapi ok la mereka mungkin cinta pandangan pertama dan susah pindah ke lain hati. Tapi jauh lebih mustahil buat saya percaya kalo Nishimiya santai aja mau berteman sama si cewek rambut hitam yang jahatnya luar biasa itu setelah semua hal jahat yang dia buat? Tidak, tidak, tidak. Soalnya sampai film berakhir saya sulit percaya kalau si cewe yang jahatnya luar bisa itu sudah berubah.

Rasyidharry mengatakan...

Walau ini juga bagus, Your Name lebih indah

Rasyidharry mengatakan...

Nishimiya sering terlalu sempurna memang, tapi nggak apa, Ueno cantik soalnya *eh*

Zulfikar Knight mengatakan...

Selain tunarungu, dia juga tunawicara ya?

Rasyidharry mengatakan...

Yap, kan banyak kondisinya yang begitu. Mayoritas karena nggak mampu mendengar & mengontrol suara mereka

hilmansky mengatakan...

tokoh Ueno, jadi karakter paling dibenci karena kelakuannya yg seperti rekrutan kelompok radikalis. tapi di sisi lain dipuja karena punya fisik yang super duper cantik dan bagian "bawahnya" wkwkwk

Rasyidharry mengatakan...

Tuhan maha adil, ada kekurangan & kelebihan masing-masing haha
But I really hate those perverted shots