A UNITED KINGDOM (2016)

Tidak ada komentar
Judul A United Kingdom menyimpan beberapa makna. Bisa merujuk pada Britania Raya, soal usaha penyatuan rakyat Bechuanaland (sekarang Bostwana) guna melawan sistem Apartheid, atau mengenai bagaimana cinta dua insan manusia bersatu hingga sanggup meruntuhkan tradisi mengekang, rasisme, pula kepentingan politis. Karya terbaru sutradara Amma Asante (A Way of Life, Belle) ini tak lain satu lagi kisah dari masa lalu yang tetap relevan bila diaplikasikan ke masa kini, membuktikan bahwa umat manusia masih jalan di tempat perihal menyikapi perbedaan suku dan ras. 

Meski kandungan ceritanya penting, A United Kingdom jelas bukan spesies baru. Urusan pernikahan antar-ras, Loving sudah menetapkan standar tinggi dengan sensibilitas tuturnya. Guy Hibbert (Eye in the Sky) yang mendasari naskahnya dari buku non-fiksi Colour Bar buatan Susan Williams memilih jalur formulaik baik sebagai biopic maupun gelaran romantika. Pada tataran film biografi, A United Kingdom bergerak lurus dan kita tahu filmnya bakal diakhiri dengan foto-foto nyata tokohnya ditemani tulisan narasi tentang nasib mereka pasca cerita dalam film. Sementara sebagai romansa, film dibuka oleh pemandangan familiar kala Seretse Khama (David Oyelowo) dan Ruth Williams (Rosamund Pike) pertama bertemu. 
Keduanya bersua, sepintas bertatapan, sebelum akhirnya memberanikan diri saling menyapa. Suatu cara tradisional untuk menggambarkan percikan cinta pandangan pertama. Penonton dipaksa percaya dua tokoh utama jatuh cinta begitu saja, berpegang pada pernyataan "cinta tak butuh alasan". Kemudian dengan cepat mereka menjadi sepasang kekasih, rutin bertemu dari satu pesta dansa ke pesta dansa lain. Prosesnya bergerak cepat, namun untungnya Hibbert efektif memanfaatkan waktu singkat tersebut guna menjabarkan bermacam poin yang berfungsi melatari konflik, seperti ketidaksukaan ayah Ruth terhadap kulit hitam sampai Seretse yang terbentur tradisi Bechuanaland. Pria ini rupanya bukan mahasiswa asing biasa. Dia adalah pewaris tahta, calon Raja Bechuanaland.

Kita memang tidak diberi banyak waktu menyerap rasa cinta dua protagonis di paruh awal, tapi simpati tumbuh seiring kita menyaksikan ketidakadilan yang menimpa. Di sini, A United Kingdom menyampaikan hal yang jarang atau enggan diungkap banyak film bertemakan ras, yaitu bahwa tindak rasisme tidak "eksklusif" dilakukan satu pihak semata. Rakyat Bechuanaland memang korban sikap sewenang-wenang kaum kulit putih selaku pemegang kuasa, namun penolakan mereka akan kedatangan Ruth sebagai Ratu karena berkulit putih menunjukkan rasisme serupa. Sebagaimana Seretse dan Ruth, A United Kingdon menyuarakan perjuangan penting yang mengingatkan lagi soal makna kesetaraan.
Lambat laun konflik meningkat bukan lagi soal penolakan internal keluarga, mulai menyentuh gejolak kepentingan politik luar negeri ketika Kerajaan Inggris makin jauh turut campur sebisa mungkin menghalangi kebersamaan Seretse dan Ruth. Konflik ini dimanfaatkan untuk menggali hubungan keduanya. Awalnya sang istri nampak lemah, menyatakan tak sanggup menghadapi semua seorang diri tatkala suaminya dengan mantap menyatakan keyakinan, berorasi di depan rakyatnya. Tapi kemudian Seretse mulai putus asa. Tangisnya pecah, dan kini giliran Ruth unjuk gigi, menyempurnakan gambaran seimbang suami-istri yang menyokong penceritaan filmnya soal kesetaraan. Dua pemain utama menyajikan performa apik. Pike memperlihatkan cluelessness wanita di tanah serta kondisi asing lalu bertransformasi menjadi sekokoh batu, sedangkan Oyelowo punya kekuatan seorang Raja namun lembut kala membicarakan istrinya, bahkan meneteskan air mata. 

Asante bukan pencerita dengan kemampuan menggali psikis tokoh-tokohnya secara mendalam. Tidak pula memiliki keunikan gaya atau sensitivitas tinggi membangun adegan. Contohnya ketika alunan musik tradisional Afrika yang begitu indah mulai terdengar, sang sutradara urung memaksimalkannya dan langsung beralih menuju scoring orkestra konvensional garapan Patrick Doyle. Tapi soal merangkai narasi, Asante jelas piawai. Terbukti, sepanjang hampir dua jam durasi, A United Kingdom mengalir lancar, enak diikuti walau sejatinya memiliki cerita yang terbagi dalam babak-babak. 

Tidak ada komentar :

Comment Page: