COCO (2017)

38 komentar
Rilisan Pixar dikenal atas kemampuan mengobrak-abrik perasaan penonton, tapi aspek yang paling saya kagumi adalah kepintaran membangun dunia imajiner yang tersusun rapi, budaya, serta "tata aturan" berdasarkan pernak-pernik kehidupan di sekitar. Setelah serangga, mainan, makhluk laut, monster, pahlawan super hingga isi otak manusia, Coco kembali membawa Pixar dalam ciri terbaiknya, mengangkat Dia de los Muertos alias Day of the Dead, yakni hari perayaan di Meksiko untuk mengenang arwah leluhur. Oleh duo penulis naskah Adrian Molina dan Matthew Aldrich, hari sakral tersebut jadi sarana menuangkan gagasan sekaligus curahan tentang relasi seseorang dengan keluarganya.

Keluarga merupakan rumah, tempat bernaung di mana anggotanya saling menyokong. Tapi seringkali kita merasa itu hanya konsep kelewat bijak yang jauh dari realita. Miguel (Anthony Gonzalez) berada di kondisi serupa. Baik orang tua maupun sang nenek gemar berceramah soal betapa penting dan berharganya keluarga, namun Miguel berpendapat sebaliknya. Ikatan itu tak dirasakan, khususnya akibat larangan bermain musik yang telah diterapkan turun temurun. Konon, larangan itu bermula setelah kakek buyut Miguel meninggalkan istri dan anaknya demi mengejar karir bermusik. 
Kisah protagonis mengejar mimpi di tengah larangan keluarga, meski bakal selalu relevan jelas amat familiar sehingga rawan repetisi. Tapi konflik itu rupanya sekedar pemicu untuk membuka jalan menuturkan kisah yang jauh lebih segar pula bermakna. Mengetahui bahwa idolanya, Ernesto de la Cruz (Benjamin Bratt) sang musisi paling tersohor merupakan kakek buyutnya sendiri, Miguel memantapkan hati meraih impiannya. Di situlah peristiwa ajaib terjadi. Gitar Ernesto melemparkan Miguel ke dunia orang mati, membawanya bertemu para leluhur yang selama ini cuma ia kenal melalui foto dan warisan cerita. 

Di Land of the Dead yang dihiasi visual menggetarkan dengan kekayaan detail tekstur, kelap-kelip lampu meriah, kilauan kelopak Aztec marigold bertebaran di tanah, dan hewan roh beraneka warna bernama alejibre yang beterbangan, usaha Miguel kembali ke alam manusia dibantu arwah leluhurnya dimulai. Coco pun bergerak menyoroti esensi Dia de los Muertos selaku perenungan koneksi antara manusia hidup dan yang telah tiada, seiring usaha karakter utama memahami makna koneksi dengan keluarga. Berperan memantapkan pondasi dunianya, Molina dan Aldrich cerdas memanfaatkan berbagai elemen Dia de los Muertos, sebutlah foto leluhur di ofrenda (altar persembahan) sebagai kunci presentasi tema.
Seperti setting-nya yang misterius pula kerap mengejutkan Miguel, filmnya menyimpan beberapa kejutan yang menjaga dinamika sambil menambah bobot emosi. Pun terkait dinamika, walau bercerita soal kematian, Coco tetap menawarkan sentuhan komedi supaya tidak terjerembab ke ranah terlampau kelam. Sumber humornya bermacam-macam, mulai anomali tingkah serta anatomi penghuni Land of the Dead yang berwujud tengkorak hingga hal-hal kecil misalnya kemunculan sekilas alejibre kodok. Kebanyakan berkesan absurd, yang mana sesuai dengan keanehan situasi yang Miguel alami. 

Jika anda menjadikan Pixar wahana mencari haru, Coco bakal memuaskan. Dari animasi surgawi yang sempurna melukiskan afterlife sampai kepiawaian Lee Unkrich (Finding Nemo, Toy Story 3, Monsters, Inc.) merangkai adegan yang mencerminkan rasa momen kekeluargaan berharga. Selaras dengan mimpi Miguel, Unkrich memberi peranan penting pada lagu dalam meluapkan emosi. Tatkala nomor Remember Me dilantunkan lembut untuk terakhir kali, di situ seluruh aspek film (senstivitas pengisi suara, musik, detail animasi kerutan wajah Mama Coco) menyatu, sebagaimana keping-keping ceritanya bermuara, menjawab alasan mengapa judul "Coco" dipilih. Coco mengingatkan agar kita menyimpan memori tentang orang-orang tersayang yang sudah pergi sembari meyakini mereka pun mengingat kenangan bersama kita dahulu. Hingga suatu hari kita bersama mereka lagi. 

38 komentar :

Comment Page:
Nur'aini Tri Wahyuni mengatakan...

filmnya menyentuh hati banget. sayang kemarin yg nonton paling cuma sebaris. sisanya ngantri keluarga tak kasat mata (dan banyak anakanak sd yg nonton).

padahal Coco ini bagussss dan visualnya indah, memanjakan mata.

Banumustafa24 mengatakan...

Selalu senang melihat film kategori semua umur mendapatkan review yang bagus, semoga bisa nonton Coco & Paddington 2 sebelum layar turun. Ditunggu review lucu-nya Keluarga Tak Kasat Mata, bang. Heheheh

susanto mengatakan...

Wad!!!! AKHRNYA ADA FILM SEMPURNA TAHUN INI!!!

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

sekilas saya lihat di bioskop, saya kira lanjutan the book of life
ternyata berbeda ya
the book of life menurut saya visual dan ceritanya bagus juga
sudah masuk wishlist, semoga bisa nonton

SALEMBAY mengatakan...

Bang kenapa yah, film disney-pixar bisa memberikan emosi.. Animasi seolah dirasa penonton.. Jujur saya nangis pas nonton inside out.. Apa
Lagi pas scoresnya muncul baper abis.... 😂

Alvan Muqorrobin Assegaf mengatakan...

Film keluarga tak kasat mata, saya sudah nonton mas. Dan sangat tidak rekomended. Konsep dan hantunya sih sebenarnya cukup artistik dan keren. Tapi Exekusi filmnya itu lhooo,sumpah parah. Transisi kasar, penempatan scoring terkesan asal tempel, dan jumpscere gk perlu sskelas Nayato bertebaran. Kalau saya lihat, sepertinya sutradaranya sendiri kurang berpengalaman atau bahkan kurang punya refrensi bagaimana membuat film horror. Memang sih klo cerita di kaskus bagus, tapi untuk yang versi film,menurut saya itu sangat " Disaster " bikin gk nyaman dan pingin cepet keluar dari bioskop " saking Jelek filmnya " kalau dibandingkan dg Petak Umpet Minako,Jailangkung. Saya masih mending sama kefua film ini mas, ketimbang Keluarga Tak Kasat Mata. Kakau tidak percaya, bisa dicoba nonton dan rasakan disaster yang saya maksud. Oke mas itu curahan dari saya. Maaf jadi kepanjangan dan terkesan curhat hehe.

Satria wibawa mengatakan...

DAMN!Pixar dan disney berhasil membuat saya terisak di bioskop lagi 😆

hilpans mengatakan...

Woowwww..mantap..perfekto.segera menuju kebioskop nih ..malamm..ini...oh iy bung reviwe film marlina marsha timothy udah apa blom yah..hehe

nouvaleka mengatakan...

Udah ada bang. 4.5/5

hilpans mengatakan...

Oh iy udah ad..tdi skrol postingan hal2 sebelumny ..deh maaf..maklum jarang update nich..sip..mntap 4.5 juga tapi blom ad yg mengalahkan film istirahatlah kata kata..

Rasyidharry mengatakan...

@Nur'aini Anak SD dibawa nonton Keluarga Tak Kasat Mata daripada Knight Kris atau Coco? Waduh

@Banumustafa Haha lagi bingung ini mesti ditulis gimana

@Achmad Weits, udah ada 3 ya sebelumnya. La La Land, Silence, Battleship Island

@Teguh Beda. The Book of Life bagus, tapi Coco pendekatannya lebih dewasa

@Salembay Inside Out mah berulang kali nangis. Mereka nulis dan nyusun adegannya pakai hati

@Alvan Sama persis kok pendapatnya. Emang ngaco itu film haha

@hilpans Iya, udah tenggelam ke page 2 ya kayaknya? Wah IKK itu film magis :)

Anonim mengatakan...

Bakal review Murder on the Orient Express ga?

Rasyidharry mengatakan...

Jelas, rencana sih mau midnite

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

masih nunggu keluarga tak kasat mata yg direncanakan rilis reviewnya sore
hahaha

agoesinema mengatakan...

Dan gw pun nangis di dlm bioskop. Untung gelap, anak gw gak lihat bokapnya mewek...

Anonim mengatakan...

Wow, oke deh. Wajib nonton nih.

SALEMBAY mengatakan...

Itu yang olaf adventure bang gimana keren gk.. ?

Rasyidharry mengatakan...

@Teguh Siyal, masih buntu. Dahuluin Murder on the Orient Express dulu

@Salembay Heartwarming :)

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

siangnya kesel, malemnya buntu
bahaya banget efek nonton keluarfa tak kasat mata
hahaha

aryo mengatakan...

Setuju bang, paling suka bagaimana pixar-disney menyajikan imajinasi sebuah dunia khayalan beserta semua karakter dan peraturannya. Gak semua film berhasil bermain2 di ranah ini, contohnya emoji movie. Ohya, sampe sekarang bagi sy the bestnya masih dipegang inside out. Ngeliat bintang 5 buat coco ini, sy definitely bakal nonton senin besok. Btw, nonton yg 3d atau biasa bang? Kalo 3d, rekomended ngga?

Satria wibawa mengatakan...

Pas scene miguel nyanyi buat coco wahhhhh udah banjirrr ga peduli kiri kanan

Rasyidharry mengatakan...

@aryo Kemarin sih nggak nonton 3D, tapi lihat visualnya & konversi 3D Pixar yang biasanya oke, recommended.

@BigBear Yes, dari situ sampai ending sudahlah, runtuh pertahanan

Ilham Ramadhan mengatakan...

serius 5 bintang?
wah wajib nonton ini.
soalnya kalau dr rekomen movfreak, pasti puas :D

Rasyidharry mengatakan...

Haha amin, semoga terpuaskan

Unknown mengatakan...

bang, kalo disuruh milih pixar ato ghibli pilih mana ??

Rasyidharry mengatakan...

Pixar, lebih balance antara komedi, drama, aksi. Tapi sejauh ini belum merasa film Ghibli ada yang jelek, Pixar ada Cars 3. Monsters University juga so-so

susanto mengatakan...

Filmnya bener2 bikin brebes mili. Terbaik dah. Tapi sayangnya satu studio cma ada 5 orang dan sepertinya hari ini penayangan terakhir di ponorogo..hiks.. Btw dari 5 orang gw cowok sendiri dan kayake pada nangis semua tuh, cuma gw ga berani aja liat wajahnya takut ketahuan..wkwkwk

nouvaleka mengatakan...

Ini film kira2 nangkring lama di bioskop ga ya bang? Soalnya skrng aku lg uas dan gabisa ntn 😭

Rasyidharry mengatakan...

@Achmad Oh, ini mau cewek-cowok pasti nangis, minimal terharu lah :D

@nouvaleka Minggu ini pasti layar berkurang, ada Daddy's Home 2 & Murder on the Orient Express. Tergantung kotanya. Kota yang banyak bioskop at least minggu kedua Desember lah

susanto mengatakan...

Andai rilisnya sebelum book of life pasti akan lebih fresh. Dari temanya aja, mexican, musik, dan orang mati sudah terlihat mirip. Sehingga sejak settingnya masuk ke dunia org mati langsung teringat film itu.
Dan bisajadi nanti disney akan merilis film mirip boxtrools...wkwk..melihat byk film yg mirip antara 2 produsen film animasi ini, disney n dreamworks..

Rasyidharry mengatakan...

Secara setting lokasi & budaya sama, tapi tema yang diangkat & eksekusinya jauh beda kok. Walau rilis belakangan, Coco lebih fresh karena pendekatan ceritanya beda. Ya ciri khas Pixar lah, kompleks & dewasa

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Best animated feature gk nih kira kira bang? keknya film animasi ditahun ini kurang seru deh persaingannya

Rasyidharry mengatakan...

@daengnaba sure thing. Nggak ada lawan. Bahkan kemungkinan "Remember Me" menang best ost juga besar

Reza mengatakan...

Semoga pixar enggak bikin sequelnya bang yee wkwkwk. Masih inget gimana finding nemo dan monster inc punya nasib yg hampir mirip soal sequel, meskipun lumayan sih sequel dua film itu. Dan gue rasa, Coco bakal kandidat kuat peraih oscar buat kategori best animated feature.

Rasyidharry mengatakan...

Harusnya nggak. At least 3 film yang rencana rilis 2020-2021 semuanya original, setelah 2 tahun beruntun rilis sekuel (Incredibles 2 & Toy Story 4)

Banumustafa24 mengatakan...

Pas adegan temannya Hector mulai dilupakan saja saya sudah mulai terharu tuh, bang. Hehehe, apalagi adegan Miguel & Coco, wah isinya suara ngirup semua tuh. Hehehe

Unknown mengatakan...

The book of life itu kan 20th Century fox kalo coco disney pixar