MARROWBONE (2017)

13 komentar
Memasuki sekitar 20 menit durasi, ketika karakter dalam Marrowbone pertama kali menemui peristiwa misterius, salah seorang penonton berujar, "nah, mulai ini, mulai". Sebuah ungkapan kelegaan karena penampakan hantu tak kunjung muncul. Ekspresi yang wajar, terutama bila anda berharap disuguhi konsep haunted house sesuai formula. Tapi bagi penonton yang menaruh perhatian lebih, atau tahu bahwa debut penyutradaraan Sergio G. Sanchez (sebelumnya menulis naskah The Orphanage dan The Impossible) ini menonjolkan drama, teror itu telah berlangsung beberapa saat. Teror tersebut bernama duka, yang menguji ikatan kekeluargaan empat bersaudara Marrowbone.

Jack (George MacKay), Billy (Charlie Heaton), Jane (Mia Goth), dan Sam (Matthew Stagg) terpaksa merahasiakan kematian ibu mereka supaya dapat tetap hidup bersama seiring persoalan hukum dan kejaran sang ayah. Apa perbuatan ayah urung seketika dijabarkan, kecuali pernyataan betapa kejam dirinya. Turut mampir dalam kehidupan keluarga Marrowbone adalah Allie (Anya Taylor-Joy) yang dengan cepat memikat hati Jack, si sulung. Terjadinya sebuah peristiwa membawa alurnya melompat maju enam bulan, ketika makhluk tak kasat mata sudah menghantui kehidupan karakternya. 
Marrowbone bukan cuma tentang menakut-nakuti, tepatnya tidak melalui cara "tradisional". Dalam kekosongan ruang dan kain putih yang membungkus cermin rapa-rapat, Sergio G. Sanchez menyulut ketakutan terhadap ketiadaan serta ketidaktahuan. Tanpa tahu bentuk pastinya, penonton dibuat yakin sosok mengerikan siap menyergap dari balik sudut-sudut gelap rumah keluarga Marrowbone, yang berkat sinematografi garapan Xavi Gimenez, punya atmosfer mencekam. Sayangnya, saat Sergio mulai memperlihatkan hantu walau sedikit, pesona atmosferik filmnya agak menguap. Jump scare yang jumlahnya bisa dihitung jari sesekali menyentak, diiringi tata suara mengejutkan plus scoring "memburu" ala thriller lawas buatan Fernando Velazquez.

Kejadian sebelum lompatan waktu alurnya, gangguan hantu, perbuatan sang ayah, semua disimpan hingga third act, termasuk lewat keberadaan twist. Jika anda menggemari horor, tentu tak sulit menebak arahnya. Tapi ketimbang "seberapa mengejutkan", lebih penting memperhatikan seberapa cerdik penulis naskah menebar petunjuk subtil agar kejutannya tak terkesan membohongi. Di situ naskahnya cukup sukses, sebab begitu fakta diungkap, hal-hal yang tadinya nampak remeh mulai saling bertautan membentuk arti, walau jawaban yang disiapkan termasuk menggampangkan, memanfaatkan kondisi yang kerap jadi jalan pintas horor/thriller menjelaskan rangkaian kejanggalan. 
Terasa spesial tatkala twist, bahkan segala elemen horor dipakai mewakili tema-tema seperti duka dan penyesalan dalam lingkup keluarga. Skenario milik Sergio ditulis dengan indah, melontarkan puncak emosi seiring tersibaknya tabir kebenaran, di mana setiap kengerian berujung mengandung makna lebih. Sergio menyadarkan bahwasanya substansi drama dan horor saling terkait. Apabila drama disusun atas dinamika yang melibatkan emosi negatif (sedih, marah, takut), maka horor menerjemahkan emosi tersebut ke dalam hal-hal seram. Marrowbone mengawinkan keduanya, menghasilkan horor dengan hati yang menyeimbangkan teror supernatural dan kisah keluarga menyentuh. 

Keempat pemeran utama sama-sama solid. MacKay tampil meyakinkan sebagai pemuda dengan timbunan beban yang terus berlipat secara gradual akibat tekanan untuk menjadi kepala keluarga. Goth sebagai Jane tak kalah bermasalah, begitu rapuh apalagi ditambah mata sayunya. Heaton berani melawan typecast pasca dua musim Stranger Things, memerankan Billy yang lebih "gampang panas" dibanding saudara-saudaranya. Sementara Stagg, meski paling muda justru kerap menjembatani penyaluran perasaan film kepada penonton. Jalinan chemistry mereka berempat sangat kuat, sehingga bakal sulit menahan haru sewaktu Marrowbone menampilkan shot terakhirnya.

13 komentar :

Comment Page:
KieHaeri mengatakan...

Nonton midnight ya Mas? Penasaran banget... sangat berharap sekali tayang secara reguler

KieHaeri mengatakan...

Nonton midnight ya Mas? Penasaran banget... sangat berharap sekali tayang secara reguler

Rasyidharry mengatakan...

Yap, semoga segera reguler deh. Bukan nggak mungkin minggu depan, soalnya baru Coco film luar yang confirm bakal main

Satria wibawa mengatakan...

Bener banget scene terakhir waktu si sulung lihat ke arah padang rumput sangat mengharukan

Rasyidharry mengatakan...

Lihat foto, lanjut lihat padang rumput. Adegan sialan

dramaaddict mengatakan...

Horror dengan 4 bintang? Wah mas rasyid, ini berarti bagus dan berkesan banget? Soalnya klo horror hollywood, mas kasih 4-4.5 bintang buat The Conjuring. Bahkan annabelle pun 3.5 ya kalau ga salah?

Unsur 4 bintangnya ini lebih ke horror tapi punya sisi touch yg emosional ya mas? Suprise aja ternyata Marrowbone bisa dapet 4 bintang. Terror horrornya serem banget gak mas?

Berharap tayang reguler dan pasti lgsg beli tiket klo positif begini reviewnya. Makin penasaran.

Rasyidharry mengatakan...

Annabelle Creation 4 juga kok. Sampai 60-70 menit pertama, mau kasih 3-3.5, tapi begitu fakta-fakta mulai dibuka, baru ngeh naskahnya Sergio pinter & indah banget ngaitin kejadian horor ke perjalanan karakternya. Horornya lumayan, atmosferik, jadi jangan ekspektasi macam Conjuring/Annabelle, nanti bosen.

Anonim mengatakan...

Yang udah nonton gak usah komen spoiler di sini dong

Iyeee tahuu lo udah nonton,
Terus kenapa?

Rasyidharry mengatakan...

Sama sekali nggak/belum ada spoiler di kolom komentar :)

Anonim mengatakan...

Belom aja bro

Rasyidharry mengatakan...

Well, take it slow then :)

Unknown mengatakan...

Keren filmnya ����

liza mengatakan...

Gua abis nnton dn masih bingung sumpah hehe. Sori, samsek ga niat buat spoiler. Mau nanya:
1. Bapak2 yg bawa senapan itu siapa? Apakah dia tokoh yg sama dgn bpk2 terakhir yg mencekik allie (yg selama ini tinggal di loteng)?
2. Jack bilang bpk nya udh mati? Kenyataan nya tpi..??
Makasi yg udh mau jawab, masih terbayang2 sumpah wkwkk