WONDER (2017)

20 komentar
Jarang ada film seperti ini, yang tiap adegan, kalimat di naskah, serta akting, disusun dengan hati. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya R.J. Palacio, Wonder termasuk satu dari sedikit tontonan yang mengembalikan kepercayaan bahwa Hollywood masih menyimpan sensitivitas rasa. Nampak sejak sekuen pembuka saat voice over Auggie Pullman (Jacob Tremblay) terdengar, bercerita mengenai proses kelahirannya bagai komedi. Tapi kejenakaan hasil kegugupan sang ayah, Nate (Owen Wilson), menjadi kegetiran tatkala lewat nadar sarkas Auggie mengungkap "punchline" komedi tersebut yang memancing kepanikan di ruang persalinan. Dirinya terlahir cacat.

Auggie mengidap sindrom langka Treacher Collins yang menyebabkan kelainan bentuk wajah. Beberapa kali operasi pun tak banyak menolong. Walau demikian impiannya melayang tinggi, bak astronot  yang kerap ia kenakan helmnya  terbang di luar angkasa, sementara petualangan tanpa batas Star Wars jadi kegemarannya. Sampai sang ibu, Isable (Julia Roberts) memutuskan tiba waktunya Auggie mengikuti sekolah publik guna mengenal dunia luar. Tatapan aneh, ejekan, pengasingan, hingga pengkhianatan mesti dihadapi, sedangkan di saat bersamaan, sang kakak, Via (Izabela Vidovic) merasa dilupakan oleh kedua orang tuanya yang selalu memperhatikan Auggie. 
Sutradara Stephen Chbosky yang turut menulis naskah bersama Jack Thorne dan Steve Conrad cerdik menangani perumpamaan dalam novelnya terkait kondisi protagonis dan tata surya. Didasari gagasan bahwa Auggie layaknya matahari dengan benda-benda semesta lain mengorbit, mengelilinginya. Kelainan Auggie tidak dipandang selaku kelemahan, melainkan magnet yang menarik orang-orang di sekitarnya belajar mengenai hidup sembari perlahan ikut berkembang menjadi lebih kuat. Pemberian fokus terhadap beberapa tokoh pendukung (ditandai sub-judul nama mereka) sayangnya terasa lebih cocok diterapkan dalam bahasa buku ketimbang narasi film. 

Auggie jelas menderita, tetapi Chobsky yang telah berpengalaman menggarap film berisi sosok-sosok terasing lewat The Perks of Being a Wallflower enggan mengeksploitasi penderitaan. Wonder tidak berusaha meratap demi menyedot belas kasihan, melainkan usungan pesan soal kesetaraan, bahwa Auggie harus diperlakukan serupa bocah lain. Tak hanya hal positif saja. Dia pun berhak mengalami pengkhianatan dalam lingkup pertemanan, pula diberi pemahaman jika tidak semua hal menyangkut dirinya sebagaimana terlontar dari mulut Via. Banyak film seputar disabilitas justru berkontribusi makin membedakan subjek, namun Wonder tidak.
Bahasa tutur Stephen Chobsky meneriakkan keajaiban kental imaji. Dari cameo Chewbacca sampai visualisasi bayangan Auggie mengenakan seragam astronot lengkap yang berulang kali hadir mewakili isi hati sang tokoh. Dari momen-momen ajaib tersebut emosinya berasal. Di sisi lain, Chobsky turut memiliki kepekaan menangani momen sederhana khususnya interaksi antara keluarga Pullman, di mana ketelatenan membangun tempo ditambah pemakaian medium shot plus close-up sebagai upaya mengutamakan dialog beserta akting, merupakan senjata andalan sang sutradara menyampaikan rasa. 

Keseimbangan Owen Wilson memainkan porsi komedi dan drama menghasilkan kehangatan, sedangkan Izabela Vidovic piawai melakoni kompleksitas batin, alhasil dilema Via mudah dipahami sekaligus mengundang simpati. Tapi Julia Roberts dan Jacop Tremblay merupakan inti penggerak emosi film ini. Tatkala balutan prosthetic tak menghalangi Tremblay unjuk kebolehan menghanyutkan hati penonton, Julia Roberts menghantarkan salah satu performa paling murni sepanjang karirnya, dengan sensibilitas tinggi. Jangkauannya luas, dari senyum bahagia, amarah, haru, hingga kesedihan. Seluruhnya berakhir mengalirkan air mata saya. 

20 komentar :

Comment Page:
Satria wibawa mengatakan...

Second oscar for roberts? Why not?

Ilham Ramadhan mengatakan...

saya nonton ini dengan rekor penonton paling sedikit yg pernah saya alami. hanya 7 orang, termasuk saya, yang nonton film ini -_-

bener, terasa bahwa mereka membuat adaptasi dari novel ini dengan hati. Tak terasa buru2, namun tidak kelihatan "sebentar". subplotnya juga nyambung dengan benang merahnya, menggambarkan dengan tepat perasaan masing2 karakter. sehingga tidak hanya karakter utamanya yg menyimpan cerita, tapi yang lain juga punya. menceritakan fenomena yg memang terjadi di kehidupan sehari-hari, mulai dari cemburunya seorang kakak karena adik yg menjadi pusat perhatian orangtua, kesalahan seorang yang pernah dianggap sahabat ternyata menjelek2kan dari belakang.

itu sih yg saya rasakan ketika nonton. salah satu film drama yang enak ditonton.

Rasyidharry mengatakan...

@Big Pengennya gitu, tapi masuk nominasi pun kayaknya mustahil.

@Ilham Sayang banget. Film begini perlu ditonton orang sebanyak mungkin

Ilham Ramadhan mengatakan...

iya mas rasyid, saya nonton ini karena rating di beberapa situs rating film bagus.

bahkan pas saya beli tiketnya, gak ada satupun yg terisi. was2 aja dan udah nyiapin mental nonton sendiri hha

Lucass mengatakan...

Tapi kalo di amerika ini laku keras kok bang rasyid, box office nya aja udah nglewatin $100 million, cukup besar utk ukuran film sperti ini

Rasyidharry mengatakan...

Haha emang laris kok. Bukan maksud bilang filmnya flop, simply berharap bakal ditonton orang sebanyak mungkin

Unknown mengatakan...

Tema inspirasi begini, bagusan mana mas sama Stronger-nya Jake Gyllenhall? belum nonton Wonder. Tapi Stonger bagus, salah satu akting terbaik Jake Gyllenhall.

Nur'aini Tri Wahyuni mengatakan...

kepengen banget nonton ini, tapi kota saya belum (atau engga) kebagian layar. mana minggu ini pasti kalah sama The Last Jedi, minggu depan kalah sama AAC2 :/

Rasyidharry mengatakan...

@Sinema Nah, malah belum nonton Stronger haha

@Nur'aini Cuma tayang di XXI, kalau minggu ini nggak ada berarti emang nggak kebagian

Budi mengatakan...

Wow.... 4.5 Stars.... But the movie, not pretentious enough for me..... hehehehe......

Rasyidharry mengatakan...

Kalau film anak pretensius apa kabar anak-anaknya haha

Budi mengatakan...

We desperate waiting adaptation of seiobo there below.... It will be the most pretentious movie ever made.... 😂😂😂

dramaaddict mengatakan...

Mas rasyid, kalau Star Wars the last jedi lgsg nontkn tanpa liat starwars sebelumnya masih oke? Ini udh spin off atau masih lanjutan dri the force awakens?

Rasyidharry mengatakan...

Sekuel dong, kan ada embel-embel "Episode VIII. At least nonton TFA biar paham, tapi lebih maksimal kalau nonton Eps. IV-VI juga.

Ichsan Hidayatu Robby mengatakan...

Udah lama pengen nonton film ini dan baru kesampaian nontonnya di hari komentar ini saya tulis dan satu studio full

Rasyidharry mengatakan...

Syukurlah film ini masih bertahan dan rame peminat :)

Banumustafa24 mengatakan...

1 yang agak menganggu saya, bang. Auggie lebih milih melihat pemandangan ketimbang buru2 kembali ke kemah untuk menolong Jack yg kepalanya berdarah. Hehehe, Jack juga malah ikut nyantai ngelihat pemandangan

Rasyidharry mengatakan...

Nggak apa, embracing the moment :D

Oktabor mengatakan...

Tokoh Julian Dan ortunya ngingetin Saya sama the Malfoy di Harry Potter. Di film in tokoh yang paling kasian sebenernya Miranda..rapuh bgt.

Unknown mengatakan...

Tanpa Miranda, film ini cuman dapet nilai 3.5/5 kalo menurut saya wkwkwk