#TEMANTAPIMENIKAH (2018)

19 komentar
Kita menyukai keajaiban. #TemanTapiMenikah adalah film tentang keajaiban. Tidak perlu kehadiran makhluk-makhluk mitologi atau ilmu sihir. Menyebut “cinta sendiri adalah keajaiban”, rasanya tidak berlebihan, sebab, karenanya banyak hal-hal di luar nalar terjadi. Termasuk persahabatan yang akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan, sebagaimana perjalanan pasangan Ditto Percussion dan Ayudia Bing Slamet yang berawal dari pertemanan selama 12 tahun. Keduanya merangkum kisah itu ke dalam buku berjudul sama yang jadi materi adaptasi filmnya.

Bukunya sendiri kerap disebut “Buku Kuning”, yang merujuk pada sampulnya. Berniat menyesuaikan, sisi visual filmnya dikemas lewat nuansa kekuningan. Cerah, menyenangkan. Sama seperti momen pembuka saat Ditto (Adipati Dolken) duduk menanti Ayu (Vanesha Prescilla) di sebuah kafe. Suara-suara di sekitarnya; gelas, sendok, kucuran air, dan lain-lain, mulai menciptakan ritme harmonis. Setidaknya di kepala Ditto. Kepekaan terhadap ketukan ritmis dia miliki, karena passion-nya di bidang musik, khususnya perkusi. Ini asal muasal kata “Percussion” hadir selaku nama belakangnya.
Biar begitu, kalau bukan didorong Ayu, Ditto mungkin takkan menekuni perkusi. Gadis ini cinta pertamanya, sejak mengidolakan Ayu dari layar kaca ketika masih kecil, kemudian bertemu di bangku SMP, lalu bersahabat sampai masa kuliah. Ditto memilih memendam perasaan demi melindungi kedekatan mereka. Walau artinya dia mesti tabah mendapati sang pujaan hati menjalin hubungan dengan pria lain. Sungguh mengasyikkan persahabatan Dito-Ayu. Selalu menghabiskan waktu berdua, saling tolong sembari saling ejek, termasuk soal pacar masing-masing. Mereka selalu tertawa, begitu pula saya.

Bermula sejak dinamisnya adegan pembuka, interaksi dua tokoh utama tak pernah luput memancing senyum. Beberapa berkat kecerdikan naskah buatan Johanna Wattimena dan Upi merangkai interaksi tanpa mengumbar kalimat puitis, beberapa berkat penyutradaraan Rako Prijanto (3 Nafas Likas, Sang Kiai, Bangkit!) yang mengutamakan kesan natural ketimbang memaksakan kekonyolan atau dramatisasi, tapi mayoritas berkat chemistry luar biasa Adipati dan Vanesha. Pria tampan dan wanita cantik dengan busana tak berlebihan namun memikat mata yang rutin memancing tawa bahagia satu sama lain. Sulit untuk tidak terbuai oleh keduanya.
Tanpa terbebani keharusan merespon gombalan-gombalan aneh, Vanesha tampil lepas. Kemudian ada Adipati dalam salah satu penampilan paling menghiburnya. Pun kapasitasnya melakoni drama tetap kentara. Pada sebuah momen, Ayu menangis membelakangi Ditto yang hanya bisa memandang, memasang wajah iba. Bagi saya, mise en scene seperti itu, kala seorang tokoh menyuarakan isi hati pada orang lain secara non-verbal tanpa orang lain itu sadari (contohnya “belaian” Celine untuk Jesse di Before Sunset), punya emosi lebih kuat. Penonton bagai diajak memasuki ruang personal si tokoh yang hanya diketahui dia dan kita. Bagi aktor, adegan macam ini butuh ketepatan timing serta kenaturalan merespon situasi.

Nyaris selalu tertawa oleh kelucuan atau tersenyum karena rasa manisnya, #TemanTapiMenikah juga berhasil mengalirkan air mata sewaktu menyaksikan resolusi romantika Ditto-Ayu di lokasi konser yang telah kosong. Nihil puisi, tiada pula ucapan “I love you”. Cuma dua sahabat yang masih melontarkan ejekan demi ejekan, bedanya kali ini mereka telah menyimpan perasaan serupa. Bukan tangis kesedihan, bahkan mungkin juga bukan haru. Entahlah. Mendadak terasa sesuatu yang manis dan indah. Sulit menjelaskannya menggunakan nalar, karena seperti telah disinggung, eksistensi cinta memang di luar nalar, atau dengan kata lain, keajaiban.

19 komentar :

Comment Page:
Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

waw sebagus itukah?
setelah posesif yg luar biasa aktingnya adipati, sekarang dia kembali ke akting remaja normal dengan baik

Unknown mengatakan...

Rating 4,5 seriusly?
Jadi penasaran ni mau nonton..
Kalo di bandingkan dear nathan lebih baper yang mana ya?

dim mukti mengatakan...

Dan entah mengapa para mantan Ditto semua menggemaskan.. terutama Beby Tsabina 😀😀

ihsan nr mengatakan...

Wah dengan rating seperti itu apakah #TemanTapiMenikah bakal jadi salah satu dari sederet film indonesia terbaik 2018? Dan ternominasi dalam Piala Citra?

Rasyidharry mengatakan...

@Teguh akting Adipati di Posesif lebih dalem, tapi di TTM jauh lebih asyik.

@Aliando Jauh. Dear Nathan bagus tapi ini beda kelas.

@dimas mohon maap, saya #TeamDiandraAgatha

Rasyidharry mengatakan...

@Rayhan Buat saya personal jelas. Citra entah ya. At least di kostum, musik, tata suara mestinya dapet nominasi.

Unknown mengatakan...

Beda dimana kelas nya dgn dear nathan bukan nya sama2 bergenre romansa

Rasyidharry mengatakan...

Lebih kuat di semua sisi. Skrip, directing, akting, artistik. Semua.

Unknown mengatakan...

Ok deh jadi semangat menonton nya, lagian dear nathan saja udh buat saya tergila2 semoga yg ini bisa lebih baper lagi

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Ok deh jadi semangat menonton nya, lagian dear nathan saja udh buat saya tergila2 semoga yg ini bisa lebih baper lagi

Taufik Adnan mengatakan...

Bakal jadi pesaing serius nominasi ffi 2018 inikah?
4.5, apa yang buat film ini kehilangan 0.5 lg masbro?

Rasyidharry mengatakan...

@Aliando Kalau pernah ngerasain jatuh cinta sama cowok/cewek impian atau naksir sahabat sendiri pasti relate :)

@Taufik Soalnya 5 itu sakral. Kalau belum dibikin nangis karena saking bagusnya, pikir-pikir buat kasih sempurna

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

selamat mas rasyid, review lu masuk instastory nya adipati :D

Rasyidharry mengatakan...

Nama lu juga masuk itu 😂

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

justru karna nama gue masuk jd ada temen yg wa gue, hahaha

Unknown mengatakan...

Diandra Agatha harusnya punya film sendiri lah.

Unknown mengatakan...

Ttm > dilan 1990

Unknown mengatakan...

Balik lagi ke review ini. 😂 dibuat baper 3x nonton film ini gabosen2