SAJEN (2018)

31 komentar
“Ini yang bikin editnya nggak ketawa?”, celetuk seorang penonton di depan saya saat menyaksikan klimaks Sajen, yang menandai kembalinya sutradara Hanny R. Saputra (Heart, Mirror) setelah tiga tahun absen pasca menggarap Dejavu: Ajian Puter Giling. Memasuki sepertiga akhir durasi, tepatnya ketika elemen horor yang jadi jualan utama mulai mendominasi, saya, dan sepertinya mayoritas penonton, sudah menyerah menganggap serius film ini. Kami hanya bisa tertawa melihat lemparan kotak pensil Minati Atmanegara ke arah hantu yang merangkak dari televisi layaknya Sadako, atau Rachel Amanda selaku pustakawan yang lebih sering membagikan tisu ketimbang mengurus buku.

Padahal, naskah buatan Haqi Achmad (Ada Cinta di SMA, Meet Me After Sunset) menyenggol pokok bahasan serius berupa bullying di lingkungan sekolah. SMA Pelita Bangsa namanya. Sebuah sekolah swasta elit nan unggulan yang anehnya mau mempekerjakan penjaga sekolah berpenampilan ala dukun yang bertugas meletakkan sajen di berbagai tempat peristirahatan terakhir siswa-siswi yang tewas bunuh diri karena tersiksa akibat penindasan. Lebih aneh lagi melihat sekolah sebesar itu bak cuma punya dua tenaga pengajar plus seorang pembagi tisu...ah, maksud saya pustakawan.
Tokoh utamanya bernama Alanda (Amanda Manopo), siswi berprestasi yang berniat membongkar kasus bullying di sekolah, yang mana dirinya turut menjadi korban. Bianca (Steffi Zamora) beserta gengnya, juga sang kekasih, Davi (Jeff Smith) adalah para pelaku. Konfliknya mengikuti formula mayoritas film bertema serupa, di mana penindasan terhadap Alanda yang makin lama wujudnya makin parah jadi sorotan utama. Caranya tidak baru, namun kritik yang dilontarkan penting untuk didengar, khususnya kala menyentil keengganan pihak sekolah bertindak tegas. Disokong performa Amanda Manopo yang memeras emosi sekuat tenaga, paruh awal Sajen sejatinya menjanjikan.

Sampai tiba momen yang telah diprediksi: Alanda bunuh diri. Di sinilah titik kejatuhan Sajen,—yang awalnya pelit mengumbar penampakan bahkan cenderung lebih dekat ke  drama ketimbang horor sepenuhnya—yang ironisnya terjadi sejak kedatangan teror yang telah penonton nantikan. Pemakaian rasa tradisional lewat bunyi angklung dan gamelan dalam musik buatan Andhika Triyadi (Benyamin Biang Kerok, #TemanTapiMenikah) merupakan poin positif yang sesekali jadi obat di antara deretan jump scare nir-timing. Diperparah penyuntingan kacau, saya pun ingin mengikuti nasihat Riza (Angga Yunana) untuk banyak-banyak berdoa dan mengucap istighfar. Produksi Starvision, termasuk yang kelas wahid macam Cek Toko Sebelah, memang kerap bermasalah soal transisi kasar antar adegan. Entah disebabkan pasca-produksi yang buruk atau minimnya stok rekaman.
Mungkin ingin menandingi keperkasaan Sadako, hantu Alanda bukan cuma bisa merangkak keluar dari televisi, pula mencuatkan kepala dari layar telepon genggam. Davi jadi korban modus operandi kaya inovasi itu. Jika saya mengalaminya, dijamin saya bakal berteriak kencang sambil memasang ekspresi ketakutan yang berbanding 180 derajat dengan definisi “ganteng”. Tapi Davi, sebagai siswa populer juga kapten basket tentu tak ingin terlihat jelek. Alhasil, situasi absurd tersebut tak membuat raut wajahnya berubah. Dia hanya berlari bagai sedang terlibat perlombaan marathon. Toh itu tidak ada apa-apanya dibanding reaksi seisi sekolah di klimaks filmnya, di tengah pelaksanaan prom.

Pernah menonton Carrie? Pasti anda ingat betapa kacau prom ketika Carrie mengamuk. Tapi siswa-siswi SMA Pelita Bangsa rupanya amat bernyali. Melihat hantu Alanda menampakkan wajah rusaknya di tengah panggung, melempar seorang siswi ke sana kemari, mereka cuma berdiri, memasang wajah tenang, bergerombol layaknya menonton perkelahian remaja. Fakta bahwa klimaks konyolnya masuk ke produk akhir, yang berarti ada pihak pengambil keputusan yang memberi persetujuan, adalah sebuah misteri tersendiri. Sama misteriusnya dengan apa perlunya karakter Ratu (Rachel Amanda) diceritakan sedang melakukan riset. Biarkan dia membagikan tisu...ah, maksud saya mengurus buku-bukunya.

31 komentar :

Comment Page:
Zulfikar Knight mengatakan...

Mas Rasyid, mungkin bisa diurut dah PH besar dari yg terbaik ke terburuk hehe. Kirain Starvision karena biasanya big budget jdi gini wkwk

Unknown mengatakan...

Kayaknya udah lama juga ya Mas Starvision baru bikin film horror lagi, apa mereka udah lupa formulanya ? Btw film horror terakhir yang diproduksi Starvision sebelum "Sajen" itu "Keramat" bukan ya ?

SALEMBAY mengatakan...

Bang gak ada niat nih buat nonton suster ngesot btw ..?

Unknown mengatakan...

Ucapkan Hamdalah kalau Bang Rasyid mereview film jelek lagi :D
Pendapat saya Bang Rasyid tau kalo ini film emang jelek tapi tetap ditonton aja gitu.

Ulik mengatakan...

Rindu review film jelek,

Unknown mengatakan...

Salut buat yg rela menyisihkan uang ke bioskop cma buat nonton beginian, padahal fellnya ga beda jauh sama sinema indosiar πŸ˜‚

Muhammad Faisal Aulia mengatakan...

Ya Allah berilah ide utk para sineas perfilman kita πŸ˜‚

Rasyidharry mengatakan...

@Zulfikar Paling inovatif (perkara bagus/nggak belakangan) ya Falcon. Kalau urusan drama, paling suka Starvision.

@Pramudya Emang jarang bikin sih, terakhir 6 tahun lalu Hi5teria. Tahun ini mereka bakal rilis 1 lagi horor. Sekuel dari salah satu horor lokal terbaik.

@Salembay Nggak lah, ini aja kirain mendingan makanya nonton haha

@Panca Tepatnya udah tahu nggak bakal bagus, tapi nggak ngira bakal sebusuk ini juga. Tuh Kembang Kantil & Suster Ngesot lewat, soalnya tahu bakal luar biasa busuk

@galih Kalau ini dikasihani ya, jangan salut, karena nggak nyangka sejelek ini hahaha

Ryan Valent mengatakan...

Cek Toko Sebelah, memang kerap bermasalah soal transisi kasar antar adegan. Entah disebabkan pasca-produksi yang buruk atau minimnya stok rekaman.

cara melihat kasar tidaknya transisi itu gimana bang? apakah harus ada establish dulu?

dim mukti mengatakan...

Hany R kok kayanya filmnya menurun terus ya..

Anonim mengatakan...

Membully sebuah film yg dibuat dg semangat membodohi penonton memang selalu menyenangkan ya?

Wkwkwkwkwk..


Rasyidharry mengatakan...

@Ryan Berasa kok kasar/nggak. Di kasus Sajen, ada beberapa momen yang cuma dijembatani penampakan hanti sepersekian detik. Lompat banget.

Nggak harus pakai establish, but it helps. Tergantung kebutuhan :)

@dimas Dejavo not that bad kok. Dan sebenernya Hany dari dulu nggak pernah sampai taraf oke banget.

Taufik Adnan mengatakan...

Secret dr RA pictures gak d review mas bro? πŸ˜€

Taufik Adnan mengatakan...

Haha saking gak tertarik nonton trailernya, baru sadar klau suster ngesot itu film the secret yg saya blang d atas. πŸ™ŠπŸ˜‚

Rasyidharry mengatakan...

@Taufik Wajar, itu pilem kayak punya 3 opsi judul: The Secret, Suster Ngesot, Urban Legend, tapi males milih, digabung deh πŸ˜‚

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Oh film omnibus itu ya, Mas. Film "Kafir" ya, Mas, sekuel "Kafir" (2002) bukan ? Menjanjikan gak ya kira2, Mas ?

Satria wibawa mengatakan...

Duh mana yaa hanny yang menggarap mirror 13 tahun lalu ? ��

Rasyidharry mengatakan...

@Satria 13 tahun bisa mengubah banyak hal πŸ˜‚

@Pramudya Oh kalo Kafir (kayaknya) remake. Film tahun 2009 :)

Lucass mengatakan...

Spertinya suster ngesot bagus mas rasyid karena sutradara nya Raffi Ahmad bersama istrinya sbagai pmain utama dan Rafi bilang dia ktagihan jadi sutradara lagi hahaaa

Aaron mengatakan...

Kalau dari segi drama, film Sajen ini dapat rating berapa? Yang buat film ini jelek justru elemen horornya ya Mas. Sekuel horor yang Mas Rasyid maksud film apa ya ?

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Judulnya "The Kafir Project" bukan yang 2009 tuh ? Jadi "Kafir" (2018) itu sekuelnya gitu, Mas ?

Unknown mengatakan...

Ahahhah. Alesan gw nonton film ini karena liat dari youtube nya raditya dika. Pas w liat keknya menarik, sore td w nonton di bioskop.... astaga.. kecewa lol 2/5

Ryan Valent mengatakan...

Transisi di Cek Toko Sebelah dibagian mananya yah yg kasar? soalnya cutnya banyak match cut.

Rasyidharry mengatakan...

@Ryan Wah sorry, kalo diminta tunjuk momen tepatnya, kurang ingat. Tapi kesan itu menancap betul sih.

@Aaron Yah, dramanya so-so, tapi inti pesannya jelas penting. Soal sekuel itu tunggu aja, abis lebaran paling diumumin :)

@Lucass Bahkan nggak ngeh si Rapi Amat jadi sutradaranya. Nggak peduli haha

@Pramudya Bukan, bukan Kafir yang dimaksud. Huruf depannya sama sih πŸ˜‚

dim mukti mengatakan...

Keramat ya??

Unknown mengatakan...

Kuntilanak bukan?

Rasyidharry mengatakan...

@dimas nggak mengiyakan ya 😁

@Heru Kuntilanak kayaknya reboot, bukan sekuel

ArRau mengatakan...

untung belum nonton.. kemaren rencananya mau nonton karena pas liat trailernya ada sedikit harapan kalau nih film bakal bagus (sedikit yaa, sangat sedikit) tp dipending nontonnya smbl nunggu reviewnya bang rasyid keluar..
fix gak nonton pas tau filmnya begini.. hahaha...
nice review bang...

Lusiana mengatakan...

Kuntilanak akan di reboot kembali ya mas? sudah diumumkan untuk castnya kah? karna itu salah satu favorit saya dulu ( untuk Kuntilanak 1, sekuel dan Kuntilanak 3 saya tidak terlalu suka )
dan performa Julie Estelle juga cukup membuat bergidik, jadi penasaran siapa yang akan menggantikan, apakah sebagus Julie.

Rasyidharry mengatakan...

@Afiff Ya itu juga, sebelum nonton ada sedikit (sedikit yaa, sangat sedikit) harapan, eh lha kok malah....

@Lusiana Iya, udah fix tayang lebaran tahun ini. Lead actress-nya Aurelie Moeremans, tapi dari trailer-nya, kayaknya lebih fokus ke karakter anak-anak. Mungkin dikemas macam "IT".

RataBee mengatakan...

melihat pemainnya jadi agak males nonton, kayak kurang greget hehe