ANIMAL WORLD (2018)

6 komentar
Animal World punya salah satu trailer paling menipu. Saya berkewajiban mengungkap itu agar anda tidak keliru memasang ekspektasi. Adaptasi lepas dari manga Tobaku Mokushiroku Kaiji karya Nobuyuki Fukumoto ini bukan Deadpoolesque mengenai aksi bertabur warna seorang jagoan super berkostum badut seperti nampak di berbagai materi promo. Bayangkan Sucker Punch (2011) milik Zack Snyder, tapi dengan eksekusi yang tak semata bergantung pada sekuen fantasi, melainkan punya pondasi alur solid yang sedikit menyenggol film-film klasik bertema judi kartu macam God of Gamblers (1989).

Sederet adegan badut menebas monster-monster yang menyemprotkan darah bak cat beraneka warna berasal dari kondisi mental Zheng Kaisi (Li Yifeng), yang menyebut dirinya gila, dan setiap emosinya tersulut, Zheng akan bertransformasi menjadi jagoan badut yang sewaktu kecil ia tonton di layar kaca. Tentu semua hanya di kepalanya saja. Monster yang dihadapi pun hanya manifestasi dari orang-orang di sekitar yang mengganggu pikirannya. Nakah buatan Han Yan (Go Away Mr Tumour), yang turut menduduki kursi sutradara, jelas tak menyasar ketepatan presentasi ilmu psikologi, sebab seiring memuncaknya konflik, perilaku Zheng terlalu tenang untuk ukuran penderita gangguan emosi.

Zheng terbelit kesulitan finansial. Sang ibu telah koma bertahun-tahun dan ia makin sulit melunasi biaya perawatan rumah sakit. Bantuan kerap didapat dari perawat sekaligus temannya sejak kecil, Liu Qing (Zhou Dongyu), yang juga merupakan pujaan hati Zheng, namun keuangan cekak membuatnya ragu menyatakan cinta. Putus asa, ia terpaksa menerima “bisikan setan” dari teman lamanya, Li Jun (Cao Bingkun) agar menggadaikan apartemen ibunya, hanya untuk mendapati contoh kekejaman dunia di mana orang-orang saling tipu dan tikam demi materi.

Singkatnya, Zheng justru terjebak hutang besar, dan untuk melunasinya, ia mesti berada di Animal World, sebuah panggung permainan di kapal pesiar yang dikelola Anderson (Michael Douglas, yang keberadaannya hanya untuk memberi “rasa Hollywood”), di mana para peserta saling bertarung demi melunasi hutang, sementara orang-orang kaya diam-diam menyaksikan dengan nyaman sambil bertaruh siapa yang bakal keluar sebagai pemenang. Walau seperti dunia bawah tanah imajiner, Animal World sejatinya cerminan realita kita. Peserta saling tipu, berkhianat, menanggalkan moral serta nilai-nilai kemanusiaan demi keselamatan pribadi dan (lagi-lagi) materi. Dalam Animal World, Zheng, seperti keseharian kita, menjalani proses sarat ujian. Dia harus bertahan sembari menolong beberapa pihak yang bekerja sama dengannya, di tengah godaan agar memenangkan ego. Perjalanan Zheng pun memunculkan pesan yang tak lekang oleh waktu, bahkan bertambah penting seiring kondisi dunia kita yang makin menyerupai Animal World.

Penonton dengan hati nurani tentu berharap Zheng tetap bertahan di jalur, meski penokohannya penuh kesan dadakan. Dari pecundang menyedihkan nan pemalas, ia jadi jeli, taktis, cekatan, bahkan ahli matematika. Belakangan diungkap ayah Zheng merupakan guru matematika, elemen karakterisasi yang urung dijabarkan selaku pondasi di awal, sehingga sulit rasanya langsung menerima fakta itu begitu saja. Pun status “anak guru matematika” bukan alasan memadahi melihat kompleksitas permainan yang dijalankan, yakni batu-kertas-gunting berbentuk kartu. Tiap peserta diberi 3 bintang plus 6 kartu yang dapat bertambah maupun berkurang seiring waktu. Mereka yang setelah 4 jam memiliki minimal 3 bintang dan tidak satu pun kartu, dinyatakan lolos.

Terdengar gampang, tapi sebagaimana kita tahu, kartu remi di level pos ronda saja butuh hitung-hitungan rumit kalau ingin menjadi ahli, apalagi saat nyawa dipertaruhkan dan melibatkan puluhan orang beradu strategi penuh trik psikolologis dan matematika. Terdapat momen-momen kala protagonis kita tersudut, dan sulit menebak bagaimana caranya keluar dari kesulitan itu.  Hebatnya, Han Yan senantiasa menawarkan resolusi cerdik, menjadikan proses pencarian solusi darurat secara cepat berlangsung menarik berkat penantian atas apa yang bakal dilakukan Zheng berikutnya. Begitu terungkap, kepuasaan selalu saya peroleh.

Barisan taktik kompleks sering Zheng pakai, dan Han Yan coba menjabarkannya lewat kemasan visual kreatif yang turut bertujuan memudahkan pemahaman penonton. Mungkin akhirnya tetap sulit mencerna seluruh detailnya, namun sang sutradara telah melakukan usaha terbaiknya. Sisanya, tinggal mau (dan mampu) atau tidak penonton memperhatikan. Sekali kita menyerap permainannya, Animal World akan menghadirkan pertarungan otak sekaligus mental menarik pula dinamis, yang memudahkan kita memaafkan “promosi tipu-tipu” miliknya.

Di luar yang berguna memperjelas jalannya permainan, tersebar banyak visual bergaya (termasuk semua adegan aksi brutal Zheng dalam kostum badut) yang sesungguhnya, mayoritas kurang substansial. Setidaknya, niat Han Yan membuai mata kita layak diapresiasi. Dia ingin filmnya terlihat menawan, dan itu pula yang terpampang di layar. Kembali, berbeda dengan Snyder di Sukcer Punch yang hanya mengandalkan kemewahan sekuen aksi fantasi guna menutupi kekosongan plot, dalam Anima World, unsur itu berfungsi mempercantik, alias hal sekunder. Meski jika diajukan pertanyaan “perlukah semua itu?”, saya bakal menjawab, “mungkin tidak”.

6 komentar :

Comment Page:
Fega "AnSAR" Arabela mengatakan...

Bangg cuman mau nyaranin film nih hehe. Film Soorma bagus bang, sayang kalo dilewatin

Rasyidharry mengatakan...

@Fega Nah, pengen nonton itu, tapi jadwalnya selalu bentrok. Ditambah besok ada Mamma Mia, makin susah lagi nontonnya.

Sony Abu Maqil mengatakan...

Bang rasyid req boleh gak.. Refiew film raman raghav 2.0 thanks before.... ��

SINESTESIA mengatakan...

OOT sih
boleh minta list film yang bikin mewek nggak,selama ini ane cuma bisa nangis tersedu gara-gara Manchester by The Sea,La La Land,sama Forrest Gump dan Lady Bird si hampir.Ane termasuk susah sih dibikin nangis ama film wkwkw

Rasyidharry mengatakan...

@Sony Wah nggak janji ya, cuma sempet review yang tayang bioskop sih :D

@karlstein Buanyaak. Tahun ini Lady Bird, The Shape of Water, Pad Man, Mamma Mia! Here We Go Again, Love Simon, Along with the Gods, 102 Not Out. Itu yang inget

Anonim mengatakan...

Bang, barusan aku nonton dan menurutku tiga setengah bintang itu kurang bang.

Temenku tanya, animal world itu film tentang binatang ya ? Kujawab baik judul ma awal ma isi itu itu nipu.
Edan tuh yang punya film