RALPH BREAKS THE INTERNET (2018)

19 komentar
Ralph Breaks the Internet adalah Inside Out versi gim dan internet dalam hal kepintaran serta kreativitasnya membangun dunia. Seperti normalnya sekuel, cakupan diperluas. Kalau Wreck-It Ralph “hanya” menunjukkan apa yang karakter permainan arkade lakukan saat tak sedang dimainkan manusia, sekuel ini berpindah ke dunia yang lebih besar, yakni internet, tempat yang memiliki segalanya, dan Ralph Breaks the Internet memanfaatkan itu untuk menciptakan dunia kreatif nan kaya, disertai cara kerjanya.

Enam tahun berlalu sejak peristiwa film pertama, dan kini Ralph (John C. Reilly) hidup bahagia, tak lagi dipandang sebagai perusak jahat, dan bersahabat dengan Vanellope (Sarah Silverman), di mana mereka setiap hari menghabiskan waktu bersama di tempat dan waktu yang sama. Bagi Ralph, rutinitas tersebut merupakan kedamaian, namun Vanellope ingin lebih. Dunia manis sarat warna di Sugar Rush tak lagi seberwarna itu baginya, dengan balapan yang terlampau gampang sebab Vanellope sudah hafal semua trik dan track.

Pasca sebuah kecelakaan yang berpotensi membuat Sugar Rush ditutup selamanya, dan demi menyelamatkannya, dua protagonis kita memulai perjalanan menuju internet. Pertama kali menginjakkan kaki di sana, mereka terpukau melihat dunia tanpa ujung yang internet tawarkan. Begitu pun saya kala mendapati bagaimana di Ralph Breaks the Internet, berbagai aspek dalam internet bertransformasi menghasilkan lingkungan imajinatif yang hidup lengkap dengan rutinitasnya sendiri.

Pop-up ads menjadi penjaja produk yang agresif, eBay merupakan tempat lelang, mesin pencarian adalah pria bernama KnowsMore (Alan Tudyk) yang mengetahui semuanya, dan lain-lain. Fakta bahwa hal-hal di atas cocok dengan cara kerja internet di realita, jadi bukti kecerdikan duo penulis naskahnya, Pamela Ribon (Smurfs: The Lost Village) dan Phil Johnston (juga selaku sutradara). Pun terdapat setumpuk detail kecil, yang dijamin bakal memberi penemuan baru untuk pengalaman menonton berulang.

Bila film pertamanya menyimpan setumpuk cameo karakter gim, Ralph Breaks the Internet punya beragam produk internet serta referensi kultur populer dalam beraneka bentuk (yang lagi-lagi) kreatif. Dan selaku produsen, wajar saat referensi untuk Disney paling kaya.  Anda akan mendengar The Imperial March kala menyambangi area Star Wars; meet & greet dengan seorang tokoh MCU; dan sebagaimana trailer-nya tampilkan, Disney Princess. Beberapa karakteristik mereka dijadikan lelucon menggelitik termasuk sebuah elemen yang baru saya sadari di sini. Elemen yang melibatkan musikal.

Ya, film ini turut menghadirkan satu adegan musikal, yang oleh duo sutradara, Rich Moore (Wreck-It Ralph, Zootopia) dan Phil Johnston, dikemas dalam visual meriah ditambah musik megah gubahan Henry Jackman (Captain America: Civil War, Jumanji: Welcome to the Jungle). Hasilnya adalah gegap gempita indah yang dewasa ini, mungkin hanya sanggup ditandingi La La Land, yang oleh Ralph Breaks the Internet turut dijadikan acuan subtil.

Kembali ke perihal Disney Princess, saya terkecoh kala mengira pertemuan tersebut hanya bakal jadi sempilan ringan pengisi durasi. Rupanya momen itu berguna menyampaikan salah satu pesan filmnya. Rapunzel bertanya pada Vanellope, “Do people assume all your problems got solved because a big strong man showed up?”. Vanellope mengiyakan. Ralph sendiri belakangan semakin posesif, ingin Vanellope selalu dan hanya bersamanya. Tatkala Ralph bersusah payah meyakinkan Vanellope jika Slaughter Race terlalu berbahaya baginya, si gadis cilik menampik pernyataan itu. Poin tersebut selaras dengan upaya rebranding Disney terhadap karakter wanitanya yang makin independen di tiap sendi kehidupan, bukan saja soal percintaan.

Oh, saya lupa menjelaskan mengenai Slaughter Race, sebuh permainan balapan brutal, sarat kekerasa, berbanding terbalik dengan kesan warna-warni manis bagi semua umur milik Sugar Rush. Vanellope menemukan hasratnya kembali begitu menyadari ketiadaan batasan di Slaughter Race. Tidak ada lintasan monoton, dan ia bebas bermanuver sesuka hati. Jangankan Vanellope, bukankah itu alasan permainan open world macam Grand Theft Auto maupun Red Dead Redemption amat digandrungi?

Slaughter Race dikuasai pembalap wanita bernama Shank yang diisi suaranya oleh Gal Gadot dalam salah satu performa terbaiknya, berkat kemampuan menyuntikkan dinamika untuk menjadikan Shank sosok keren berkharisma. Wajar Vanellope mengaguminya. Ralph? Tentu Ralph membenci Shank. Baginya, wanita itu tidak bisa dipercaya, walau kita tahu, itu sebatas ungkapan kecemburuan. Konflik itu berujung pada konklusi menyentuh setelah kita disuguhi gelaran aksi raksasa ala King Kong. Dari dunia yang teramat kaya, lelucon pintar, hingga drama emosional, Ralph Breaks the Internet mungkin rilisan “paling Pixar” dari Walt Disney Animation Studios.

19 komentar :

Comment Page:
Satria wibawa mengatakan...

*spoiler


Scene pas ralph dan vanellope saling melambaikan tangan sebelum berpisah berhasil memporak porandakan kelenjar air mata.

Unknown mengatakan...

Apakah kemungkinan Scene Princess ingin mematahkan asumsi mengenai Princess Syndrome yang marak semenjak adanya film-film Princess ?

Akbar Pradhana mengatakan...

Ternyata bukan cuma gue doang yang hampir nangis pas liat adegan perpisahannya Ralph ama Vanellope

Satria wibawa mengatakan...

Kasihan Ralph :)

Rasyidharry mengatakan...

@Satria Yes, udah macam Toy Story aja itu.

@Ilham Well, tujuan Disney sejak hampir satu dekade terakhir emang ubah image Princess. Kalau nanti ada remake live action pun, karakter macam Ariel pasti diubah penokohannya.

Anonim mengatakan...

bang rasyid nonton haunting of hill house dong, jauh lebih bagus dari ahs hehehe

Unknown mengatakan...

Haha. Sang princes menunggu sang pangeran untk di selamatkan. Mereka bertemu. Dan bahagia selamanya.


Like wtf?

Sugik warga malang mengatakan...

Sepertinya ada persamaan adegan dengan film pertama.kalau di film pertama ralph gak sengaja bawa virus cybug dan ampir ngancurin game sugar rush.

KOKO mengatakan...

Apa cuma saya yang ngerasa pas scene musikalnya itu bentuk parodi dari “ another day of sun “ nya La La Land?

Rasyidharry mengatakan...

@sugik ya, bedanya kali ini dia sengaja.

@koko bener kok, tuh di review juga sedikit disinggung.

Sri Rahayu mengatakan...

review film barunya adipati dong bang

Unknown mengatakan...

Puass nontonnya
Secara sy nyari duit jg di eBay dan Youtube, jadi relate bgt
Pop Culture bertebaraan, ost indonya enaa

Rasyidharry mengatakan...

@Agung Wah saya malah ngerasa lagu Payung Teduh itu, biar bagus banget, penempatannya ngaco luar biasa. Mood-nya jauh beda & editing ke filmnya kasar banget.

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

ini ribut ribut payung teduh, emang gimana ya
versi indonesia saja yg begini?

Rasyidharry mengatakan...

Kayaknya gitu. Entah apa deal Disney ID & Payung Teduh

Unknown mengatakan...

Oh iya, emg rada ngaco naronya haha
Tapi termaafkan sama lagu dan videonya yg cakep
Region Asia Tenggara yg pake Payung Teduh

Rifal Nurkholiq mengatakan...

Asli. Apalagi se Venellope naek tangga sambil terus dadah-dadah.

Beuh ambyar.

koshkamira mengatakan...

Payung teduh? Pas kapan ini?

koshkamira mengatakan...

Aku ga nangis pas itu sih, tp aku merasa adegan itu cute bgt.. aku malah nangis pas awal film..