10 FILM INDONESIA TERBAIK 2018

39 komentar
Setiap tahun, ketika menyusun daftar film Indonesia terbaik, pertanyaan yang muncul selalu sama, “Bagaimana progres perfilman kita setahun belakangan?”. Menilik dari segi finansial, jumlah total penonton film lokal tahun 2018 tengah menuju 50 juta, yang sejauh ini, merupakan angka terbesar sepanjang masa. Pun saya yakin, begitu Milly & Mamet dan Asal Kau Bahagia merampungkan masa tayangnya, untuk pertama kalinya kita bakal melihat ada 15 judul menembus sejuta penonton selama setahun.

Tapi bagaimana dengan kualitas karya? Bagi saya 2018 tetaplah tahun yang solid, meski dibanding 2017—yang memiliki Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, Sweet 20, Pengabdi Setan, Posesif, Night Bus, Critical Eleven, dan lain-lain—terasa ada penurunan.

Total 96 film lokal saya saksikan, baik di pemutaran reguler maupun festival. Awalnya saya hendak tak menyertakan film-film festival di daftar ini, karena beberapa di antaranya telah memperoleh tanggal penayangan, sedangkan sisanya tinggal menunggu “ketuk palu” dan telah memastikan diri menghiasi bioskop tahun depan. Tapi niat tersebut diurungkan karena terasa menutup mata terhadap pengalaman sinematik yang saya peroleh di festival.

Pertama, simak dulu lima honorabe mentions yang disusun berdasarkan urutan ranking terbawah sampai teratas.

HONORABLE MENTIONS:

27 STEPS OF MAY
Membaca review dan rating yang saya berikan, film ini memang semestinya ada di jajaran 10 besar. Namun fakta bahwa karakter wanita 27 Steps of May membutuhkan lelaki (dalam sosok seorang pesulap) guna mengalahkan trauma akibat diperkosa oleh lelaki, selalu mengganggu benak saya. Di luar itu, caranya bercerita, elemen artistik, hingga akting jajaran pemain khususnya Raihaanun, termasuk yang terbaik sepanjang tahun. (review)

JELITA SEJUBA: MENCINTAI KESATRIA NEGARA
Sebuah kejutan. Mengira akan disuguhi satu lagi propaganda kedigdayaan militer, saya justru menemukan filmnya amat sederhana, serta memanusiakan karakternya. Dua hal lain yang berkesan tak lain penampilan Putri Marino dan “adegan melamar” yang unik nan manis. (review)

ROMPIS
Romansa penuh sakarin yang berhasil membuat saya tersenyum nyaris sepanjang durasi. Keputusan menekankan pada interaksi antar-tokoh yang kerap menggelitik ketimbang asal pamer kalimat puitis atau pemandangan luar negeri jadi kunci keberhasilan. (review)

HOAX
Versi penyuntingan ulang dari Rumah dan Musim Hujan (2012) ini menghasilkan sajian unik yang secara mulus meleburkan drama keluarga, konflik identitas seksual, romansa, bahkan kisah mistis. (review)

ARUNA & LIDAHNYA
Belum maksimal sebagai food porn juga film road trip, tapi Edwin tetap membuktikan kapasitasnya bertutur lewat cara alternatif. Biar begitu, Aruna & Lidahnya merupakan panggung bagi Dian Sastrowardoyo. (review)

Berikut adalah 10 Film Indonesia Terbaik 2018 versi Movfreak.

10.WIRO SABLENG: PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
Benar bahwa karya teranyar Angga Dwimas Sasongko ini banyak kekurangan, tapi selaku pembuka jalan blockbuster dalam industri kita, pencapaian Wiro Sableng luar biasa. Aksi solid, CGI apik, desain karakter pun menarik. Biarkan para skeptis yang berkata “Mending nggak usah pakai CGI kalau belum sebagus Hollywood” tinggal di zaman batu. (review)

9.AVE MARYAM
Tidak ada film lokal lain tahun ini yang punya visual secantik Ave Maryam. Kombinasi komposisi sinematografi, permainan cahaya dan warna, pula tata artistik, menyatu sempurna di tengah cerita mengenai konflik batin seorang suster dengan hasrat terpendamnya. (review)

8.MENUNGGU PAGI
Teddy Soeriaatmadja seolah meluangkan kesukaannya terhadap Quentin Tarantino kala menyusun filmnya. Latarnya boleh bertempat di satu malam sarat kekacauan, tapi kematangan Teddy bertutur membuat alurnya mengalir mulus. (review)

7.LOVE FOR SALE
Film Indonesia terbaik 2018 bagi kebanyakan orang. Andai bukan karena konklusinya, saya pun bakal berpikir demikian. Andibachtiar Yusuf berani menyajikan konsep segar tanpa melupakan daya hibur, sementara Gading Marten “naik kelas” sebagai aktor. (review)

6.KULARI KE PANTAI
Jika menontonnya satu atau dua tahun lalu, mungkin saya takkan sebegitu mencintai Kulari ke Pantai. Tapi setelah menghabiskan hari-hari penat khas ibukota, film ini memunculkan kerinduan akan alam serta suasana asri pedesaan. (review)

5.THE NIGHT COMES FOR US
Tahun ini adalah tahunnya Timo Tjahjanto. Pernyataan itu tidak bisa dibantah. Ketika Timo meluapkan segala keliaran imajinasinya, terciptalah sajian aksi dengan tingkat kebrutalan serta komplekitas pengadeganan, yang bahkan belum tentu berani dicoba sutradara veteran Hollywood sekalipun. (review)

4.KELUARGA CEMARA
Calon kuat film Indonesia pertama peraih sejuta penonton tahun depan. Drama keluarga tulus nan hangat yang sempurna mewakili kalimat ikonik, “Harta yang paling berharga adalah keluarga”. Siap-siap berurai air mata. (review)

3.SEBELUM IBLIS MENJEMPUT
Sekali lagi ini tahunnya Timo Tjahjanto. Sebelum Iblis Menjemput ibarat The Raid versi horor, yang enggan menginjak rem, terus menggelontorkan teror demi teror beroktan tinggi. Penampilan sinting Karina Suwandi pantas diganjar penghargaan. (review)

2.KUCUMBU TUBUH INDAHKU
Setelah puluhan tahun, Garin Nugroho masih berkutat di tema oedipus complex dengan beberapa sensualitas tak perlu. Kalau bukan karena itu, Kucumbu Tubuh Indahku akan bertengger di urutan pertama. Garin kembali menemukan sentuhannya perihal permainan simbol, penyatuan realisme dengan surealisme, serta pemanfaatan beragam bentuk kesenian yang mendukung narasi. (review)

1.TEMAN TAPI MENIKAH
Tidak sedikitpun saya menyangka jika film karya Rako Prijanto ini akan duduk di puncak daftar film Indonesia terbaik. Tapi Teman tapi Menikah memang salah satu komedi-romantis terbaik kita dalam beberapa waktu terakhir. Seluruh elemen hampir tanpa cela, dan terpenting, sesuai hakikatnya, film ini tampil romantis termasuk lewat konklusi manis sekaligus mengharukan miliknya. Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla juga pantas menyandang status pasangan terbaik tahun ini. (review)

39 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

2018 kurang seru nih tanpa Joko Anwar, 2019 tampaknya bakal lebih seru karena ada Gundala + Impetigore.

Anonim mengatakan...

2018 cukup terselamatkan oleh Timo

Anonim mengatakan...

Ya soalnya cuma 2 sutradara itu aja yg paling aktif bikin film lokal rasa hollywood

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

wiro sableng well made but too much character show without background and motivation
but will see sibuta dari goa hantu by timo
i hope more brutal becoz blind person cant see a blood
and i hope sibuta cast by chicco jericho

Unknown mengatakan...

Wah, keren2 list-nya Mas. Salah satu film favorit saya masuk list juga nih "Menunggu Pagi" sinematografi, lighting, sama musiknya bersatu padu. Lumayanlah 5/10 film yang saya tonton ada di list ini. Btw kira2 "Ave Maryam" bakalan tayang reguler gak ya Mas ?

Unknown mengatakan...

Impetigore emang jadi ya? Soalnya belum denger lagi kabarnya

Rasyidharry mengatakan...

@Aditya 2019 bakal banyak proyek menarik, tunggu pengumumannya :)

@Son Jadi, kemungkinan tayang pertengahan tahun.

@Teguh That's true, but on the positive side, it's nice to see that many interesting-looking characters in one movie. Reminds of me Kyoto Arc in Samurai X.

@Pramudya Bener ini. Nggak gampang bikin sekuen DWP itu kelihatan real dan nyatu sama footage resmi yang dikasih panitia. Ave Maryam bakal tayang. Kemungkinan malah kwartal pertama 2019.

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

yap, for wiro sableng fans or samurai x fans
see many character on one scene is good
denial other negative content

hilpans mengatakan...

Bung..daftar film indonesia...dengan penonton paling sedikit

Marchel mengatakan...

Payah arwah tumbal nyai ga masuk

Anonim mengatakan...

Wah kalo Love For Sale film terbaik Indo tahun ini, great list mas rasyid!

Ngomong" Black Mirror: Bandersnatch itu apaan ya? Itu film apa game? Heboh banget

Rasyidharry mengatakan...

@Teguh I don't think "denial" is the right word for it. "Payoff" is more like it.

@Hilpans Oh itu jatahnya Bicara Box Office.

@Marchel Apalah list ini, belum pantas masukin masterpiece itu.

@Anonim Itu film interaktif. Penonton bisa pilih alurnya.

susanto mengatakan...

Penasaran yg nmor 2. Kira2 nanti ada regulernya gak ya, apa nunggu tayang di bioskop trans tv?

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Semoga tahun depan Makin banyak genre atau tema film yang belum pernah digarap sebelumnya. Wah, gak lama lagi dong. Tapi denger2 katanya kalo ditayangin reguler ada yang kena cut ya, Mas ? Separah itukah adegannya sampe harus di-cut ? *no spoiler ya Mas

Rasyidharry mengatakan...

@Achmad Haha malah nggak mungkin film ginian masuk tv. Tayang kok, kemungkinan akhir Maret.

@Pramudya Satu yang pasti kena potong: adegan telanjang. Shot dari belakang sih, tapi jelas banget & bukan sekilas.

Anonim mengatakan...

yang aku suka dari wiro sableng cuma visual-nya aja sih yg cantikkk, 90% CGI-nya pun cukup bagus, kecuali visual waktu adegan di atas pohon pinggir tebing itu yg ancur bgt

mungkin akan lebih baik kalo adegan itu dibuat seperti final battle Mission Impossible Fallout, CGI-nya lebih minim tapi on point, cuma ganti satu sisi background indoor pake CGI supaya menyerupai tebing, done! daripada mengganti keseluruhan landscape dengan CGI untuk memaksakan adegan pertarungan di atas batang pohon yg jatuhnya malah jadi cringe

selain visual yg 90% cukup oke, selebihnya sih aku kurang suka entah itu dari acting, script, koreografi, dan musik semuanya *menurutku* jelek dan tidak bisa dinikmati, seandainya cuma masalah visual effect yg jelek sih masih bisa dimaafkan selama acting, script, dan action-nya bagus, tapi menurutku justru visual-nya lumayan oke, tapi hal2 lainnya yg kurang

kebiasaan indonesia sih seperti itu, ketika bikin film animasi atau film cgi terlalu fokus utk membuat animasi dan cgi-nya bagus, tapi kurang memperhatikan aspek lainnya, sbg contoh aja udah banyak serial animasi di TV Indonesia yg punya visual apik (RCTI punya Kiko, MNC punya Adit Sopo Jarwo, TV7 punya Unyil Animated Series) mantep semua visualnya tapi dari segi cerita, GARING abis, masih lebih seru Upin & Ipin atau Boboiboy, nah Indosiar punya serial animasi Keluarga Somat, ceritanya lebih lucu dan menarik, tapi animasinya ancurrr

Indonesia sepertinya butuh biro jodoh yg bisa mempertemukan animator handal dengan penulis handal

Rasyidharry mengatakan...

@Bagas Nah, that's a good point. Kebanyakan animasi kita penulisnya juga animator. Battle of Surabaya itu contoh paling kelihatan. Walau sebenernya, secara umum, industri kita memang masih kekurangan penulis yang oke.

Adegan tebing di Wiro Sableng memang sayang sih, tapi bisa dipahami. Kalau nggak semua CGI, berarti harus cari set tebing (atau sesuatu yang mirip), dan ngebawa peralatan ke lokasi macam itu susah, risiko tinggi, mahal pula. At least dengan gini bisa belajar, "Oh pencapaiannya baru segitu". Kalau belum bisa dibenahi, berarti penyesuaiannya di naskah.

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Hahaha, beruntungnya orang2 yang sempet nonton di JAFF.

KOKO mengatakan...

Buat saya “ Love For Sale “ tetap menjadi kado terbaik buat perfilman Indonesia tahun ini.. begitu orisinil. Sebegitu terpukaunya saya sama Gading Marteen. Penasaran bagaimana jika ia dapet peran Psycho seperti Abimana di film “ Belenggu”

SINESTESIA mengatakan...

Wah hampir sama listnya, kecuali instead of Teman Tapi Menikah, Love for Sale jadi nomor satu karena bener bener terpukau sama Gading Martin juga minus tiap film JAFF, penasaran banget dan antusias apalagi Kucumbunya Garin Nugroho, tapi apadaya bingung nonton dimana, oh ya btw gak ada review Eighth Grade kah? Menurut ku itu salah satu film terbaik tahun ini yang sangat intimate dan related to me, mirip-mirip experience waktu nonton Lady Bird tapi versi lebih muda, satu-satunya film tahun ini yang bisa membuatku menitikkan air mata setelah roma.

Mukhlis mengatakan...

Eh, koki koki cilik sama the gift enggak masuk dilist, Bang?

Rasyidharry mengatakan...

@Koko Oo cocok. Kalau saya suruh remake Psycho-nya Hitchcock, Gading Marten bakal jadi salah satu kandidat pemeran Norman Bates.

@Karlstein Nope, karena bukan film yang dirilis di bioskop/festival/streaming sini. Tapi ya, bagus itu film. Kita nggak diajak mengasihani atau "membela" protagonisnya, tapi ngelihat dia belajar jadi lebih baik.

Mukhlis mengatakan...

Eh, katanya pengabdi setan2 tayang november, ya?

Rasyidharry mengatakan...

Rencananya gitu. Awal November. Tahun yang sibuk buat Joko. Post-pro Gundala buat rilis Juli, produksi Impetigore Februari buat rilis Agustus, lanjut Juni produksi PS2 buat rilis November. Semoga bagus semua.

jordi mengatakan...

dari list itu cuma 3 yg udah saya tonton

Eldwin Muhammad mengatakan...

gagal fokus sama thumbnail kucumbu tubuh indahmu di postingan ini 😂😂

Andre dana mengatakan...

Love for sale bagus..trutama karakter gading..wlw mslh ny tetep sama di hmpir smua film Indonesia..Ngos2an di tengah smp akhir..btw film nya Garin Nugroho tetep gk mainstream wlw kita jg gk tau tujuan dia bikin film itu buat di tonton atw buat koleksi brg2 langka..tp bagi saya sih film indonesia terbaik itu adlh trailer2 ny..

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Ehh buset orang dalem mah tau aja nih si si Mas, hahaha. Btw makasih banyak Mas buat bocoran jadwal tayangnya. Akhirnya dirilis juga tuh "Impetigore". Akankah sesuai judulnya ada gore-nya juga ?

agoesinema mengatakan...

Film terbaik 2018 tapi menyertakan Keluarga Cemara yang baru akan tayang di 2019 ?

Btw memang hanya sedikit film Indonesia yg sy saksikan tahun ini, tp dari sekian film indo yg sy tonton tsb pilihan sy jatuh ke Love For Sale, gw gak peduli dgn endingnya yg bikin tanda tanya, bagi gw film itu film yg orisinil, berani, lucu dan obrolannya sangat mengalir.

Film 2018 yg paling gw tunggu sebenarnya Wiro Sableng, tapi kecewa dgn hasilnya. Semoga tahun 2019 masih ada film2 bertemakan pendekar silat

mando mengatakan...

film love for sale teringat film the best offer, hanya teringat, pas bagian akhirnya si gading berasa kena tipu ditinggal gitu aja, trus jejaknya ilang hhoho

Rasyidharry mengatakan...

@Pramudya Pasti ada. Tapi kata Joko sih lebih banyak studi karakter & atmosfer.

@agoesinema Ya selama sudah melakukan pemutaran resmi (dalam hal ini festival di JAFF dan beberapa special screening) sah-sah aja kok. Kecuali pemutaran itu dilakukan ilegal (tanpa STLS dari LSF misal) atau filmnya bocor di lapak, nah, baru tuh nggak sah

Unknown mengatakan...

@Mas Rasyid Nah ini yang bikin juara Jokan emang atmosfernya sih kayak "Pengabdi Setan". Btw sekali lagi makasih Mas buat list film Indonesianya. Ditunggu list film Hollywood-nya lho.

Jaya Setiabudi mengatakan...

sepertinya Impetigore akan jadi come back Joko Anwar ke ranah horror cult ya setelah Pengabdi Setan yg terlalu mainstream

Thoriq mengatakan...

"TEMAN TAPI MENIKAH" dari premis cerita BIASA banget, tapi dari penyutradaraan dan storytelling-nya MASTERFUL !!!! emang ga salah kalau piala citra untuk sutradara terbaik pernah singgah ke tangan Rako Prijanto

Hilman Sky mengatakan...

Sepertinya keluarga cemara harusnya masuk ke 2019 karena rilis resminya januari. Walaupun udah rilis terbatas pas akhir tahun...

Rasyidharry mengatakan...

@Warna Kayak saya udah bilang di komentar sebelumnya, Keluarga Cemara udah diputer di JAFF, yang artinya, sudah termasuk "dirilis secara resmi". Boleh dimasukkan ke 2018, boleh juga 2019. Hal begitu mah fleksibel.

Anonim mengatakan...

Kalau ada versi The Worst, film narsisnya dokter gigi merangkap ahli bedah plastik itu niscaya bertengger di Top 5.

Anonim mengatakan...

maksudnya tayang reguler apa yah gan? dimana?

Film Komedi Indo mengatakan...

Mantap kali infonya ini Wkwkwkw