PERJANJIAN DENGAN IBLIS (2019)

16 komentar
Posternya seolah bicara, “Perjanjian dengan Iblis adalah b-movie menghibur yang enggan tampil terlalu serius”. That’s why I’m sold. Trailer-nya menampilkan materi dengan nuansa jauh berbeda, tapi beberapa momen menjanjikan bisa ditemui. Secara khusus, cuplikan kemunculan hantu berbentuk bayangan tampak cukup mengerikan. Mungkinkah memasuki 2019, MD Pictures bersama Pichouse Films selaku anak perusahaannya, memutuskan untuk mulai menyeimbangkan kualitas dan kuantitas (sekitar 11 judul horor siap tayang tahun ini)?

Tapi begitu film dimulai, tidak butuh waktu lama bagi saya menyadari, bahwa Perjanjian dengan Iblis adalah satu lagi sajian berkualitas jongkok. Setelah sekian banyak dicekoki horor lokal buruk, saya sudah hafal polanya. Kisahnya akan diawali perkenalan dengan sebuah keluarga kecil yang dirundung permasalahan klise. Entah sang ayah lalai memberi kasih sayang akibat disibukkan urusan pekerjaan, momongan yang tak kunjung hadir, meninggalnya salah satu anggota keluarga, ketidakharmonisan antara mereka, atau gabungan beberapa elemen di atas.

Di sini, karakternya tengah berlibur ke Pulau Bengalor. Bara (Aghi Narottama) merasa liburan ini diperlukan demi merekatkan hubungan sang puteri, Lara (Basmalah Gralind) dan istri barunya, Anisa (Shandy Aulia). Walau Anisa telah berjuang keras, Lara yang amat merindukan mendiang ibunya, terus membencinya meski enam bulan telah berlalu sejak pernikahan dilangsungkan.

Bermodalkan naskah buatan Husein M. Atmodjo (Midnight Show, 22 Menit) bersama Ardy Octaviand (Coklat Stroberi, 3 Dara, Stip & Pensil) yang juga menduduki kursi sutradara, elemen dramanya—sesuai dugaan—tampil tak meyakinkan sekaligus membosankan, diisi presentasi konflik dangkal plus baris dialog miskin kreativitas. Beginilah rutinitas horor buruk negeri ini (khususnya produksi MD/Pichouse). Kita akan dibuat bosan selama kurang lebih setengah jam, menanti teror dimulai, namun begitu teror tersebut datang, eksekusinya gagal memberi penebusan setimpal.

Drama keluarga melelahkan ini turut dibarengi akting kaku bagai kayu dari Aghi Narottama yang selama ini lebih kita kenal sebagai komposer (Pengabdi Setan, Sweet 20, Kafir: Bersekutu dengan Setan), juga Shandy Aulia yang sebatas mengulangi penampilan-penampilan di film sebelumnya. Semua tampil dalam suasana serius, bukan keburukan yang disengaja selaku bentuk senang-senang. Sehingga ketika satu demi satu momen “lucu” terjadi, saya yakin itu adalah hasil filmmaking buruk alih-alih usaha merangkai b-movie.

Terornya dimulai saat sekelompok setan mengganggu malam hari Anisa dan lara. Bara, yang tak mengalaminya, bersikap skeptis, bahkan meninggalkan mereka ke Jakarta karena urusan pekerjaan mendadak. Keduanya dijaga oleh wanita pengurus villa bernama Rengganis, yang diperankan Artika Sari Devi, yang dengan kharismanya, jadi satu-satunya penampil yang menarik disaksikan.

Deretan jump scare-nya tidak cukup baik, namun saya mengapresiasi usaha yang diluangkan, di mana para hantu tidak sekadar “setor muka”. Bahkan, beberapa kali sang sutradara mampu memunculkan mereka dari lokasi tak terduga guna mengirim sedikit efek kejut. Setidaknya Ardy Octaviand masih bersedia mencari timing yang tepat, juga memperhatikan pembangunan tensi. Pun tata rias garapan Chaery Eka Wirawan (Petak Umpet Minako, Night Bus) jelas lebih unggul dibanding jajaran “hantu muka bubur basi” di luar sana. Hanya saja, seluruh usaha di atas belum berhasil menghasilkan produk yang layak disebut “baik”.

Saya tidak terkejut begitu mencapai babak akhir, sewaktu naskahnya coba merangkum konklusi berbagai poin plot, Perjanjian dengan Iblis terjangkit penyakit kronis horor medioker dalam negeri. Keburukannya tak tertahankan akibat dipaksa hadirnya suatu twist tanpa pondasi memadahi ditambah upaya menyatukan berbagai rahasia dan misteri Pulau Bengalor yang berujung berantakan. Hanya menyelipkan penjelasan sekilas yang urung tersusun rapi, para penulisnya seolah tak lagi peduli. Jadi mengapa kita harus peduli?

16 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Ga tertarik nonton IP Man bang?

Anonim mengatakan...

Si Shandy Aulia gak bosen apa main film horor dengan kualitas ala kadarnya terus-menerus? Kenapa dia gak coba open casting supaya bisa dapat peran yang lebih beragam, daripada terikat kontrak jalan di tempat

Edo mengatakan...

G bikin review Keluarga Cemara?

Akbar Pradhana mengatakan...

@Eduard dia udah bikin pas tayang di JAFF (Jogja netpac Asia Film Festival)

Puja Damayani mengatakan...

Ngomong-ngomong Shandy Aulia, saya malah keingat Herjunot Ali setipe juga tuh sejak era film 2 cm, doi ngga pindah-pindah dari Soraya dan Hit Maker (anak perusahaan Soraya), banyak karakter utama yang dipaksakan dan harus dia yang main, contoh Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, hehehe
yang terbaru Antologi Rasa dia jadi karakter utama Haris Risjad, hehehe

Eldwin Muhammad mengatakan...

2cm??

Anonim mengatakan...

Kalau Herjunot Ali masih mendingan lah, gak melulu main film horor walaupun terikat kontrak yang sama. Dari segi akting meskipun kelihatan dipaksakan, masih lebih oke dari Shandy.

Rasyidharry mengatakan...

@Puja Shandy pindah ke MD ternyata sama aja. Peran-peran begitu lagi yang diambil. Junot kalau udah main adegan dramatis nggak tahan pengen ngelempar layar. Suzzanna kemaren dramanya nggak sekuat seharusnya ya karena Junot.

Tommy Ramadanur mengatakan...

@Puja FYI, Soraya sama Hitmaker masih "Saudaraan", jadi bisa main film dari 2 PH tersebut tanpa ganti kontrak.

Puja Damayani mengatakan...

Hahahaha maafkan saya , 5 cm maksudnya, maklum kurang ion

Puja Damayani mengatakan...

Entah ya , mungkin opini saya pribadi , sejak era 5 cm yang sukses besar , makin kesini film2 yang Junot main jadi peran utama , kaya kurang greget gitu aktingnya, ngga terlalu istimewa , di film Kapal van der Wijck malah karakter pendukung yang menonjol yang diperankan Reza Rahadian , Supernova super nope akting Junot, maafkan para penggemar Herjunot Ali, sejauh ini peran dia setipe, belum ada yang istimewa dan membuat saya tertarik kadang saya malas nonton film kalau dia yang main, hehehe

Puja Damayani mengatakan...

FYI , film dia bareng Soraya yang baru Antologi Rasa doi jadi peran utama lagi , menarik juga melihat apakah masih terjebak dengan peran yang sama atau berbeda , will see . ..

Rasyidharry mengatakan...

@Puja Di Antologi Rasa kayaknya beda........model rambutnya hahaha

Teguh Yudha Gumelar mengatakan...

gue malah ketawa yang pas adegan dia ngusir suzanna terus nangis
please deh adegan nangis junot tuh ganggu banget
waktu van der wijk juga jadi kurang sedih
saya lebih sedih denger dialog nya di youtube tanpa liat aktingnya yg nangis ampe keluar iler

Rasyidharry mengatakan...

Nah ini bener. Jadi konyol dia di Suzzanna. Perlu diajarin akting yang nggak pake mlongo dia ini.

Marchel mengatakan...

Kalo tenggelamnya kapal van der wijck masih cocok lah