DOREMI & YOU (2019)

2 komentar
Siapa sangka sineas di balik arthouse tentang perjalanan wanita lanjut usia mencari makam sang suami berjudul Ziarah (2016), berujung menghasilkan salah satu film anak Indonesia terbaik selama beberapa tahun terakhir, yang pula pantas disebut sebagai salah satu musikal lokal modern paling meghibur. Doremi & You ibarat ajang pembuktian versatilitas seorang BW Purbanegara.

Bagi saya, musikal yang baik adalah pertemuan kreativitas dengan keindahan tak tergambarkan, yang mampu menggerakkan rasa meski tanpa peristiwa penuh drama. Doremi & You menampilkan itu sedari momen pembuka tatkala para tokoh utama bersatu dalam nomor musikal berlatar lingkungan sekolah.

Di situ, BW Purbanegara bukan sebatas mengumpulkan sebanyak mungkin siswa untuk menari di lapangan sekolah, melainkan menempatkan mereka di berbagai titik peristiwa, yang masing-masing menyimpan elemen unik. Dipandu koreografi sarat kreativitas garapan Mila Rosinta (Another Trip to the Moon), kita berkesempatan menyaksikan siswa-siswi menari dalam sapuan cat tubuh warna-warni atau menggunakan peralatan pramuka sebagai properti. Sungguh momen pembuka yang efektif merebut atensi.

Naskah hasil tulisan BW bersama Jujur Prananto (Ada Apa Dengan Cinta?, Pendekar Tongkat Emas, Petualangan Menangkap Petir) sejatinya tidak melakukan banyak modifikasi formula, yang mana bukan kewajiban dalam tontonan ringan bagi anak semacam ini. Kisahnya mengangkat tentang persahabatan empat murid SMP: Putri (Adyla Rafa Naura Ayu), Anisa (Nashwa Zahira), Markus (Toran Waibro) dari ekstrakulikuler paduan suara, dan Inung (Fatih Unru) dari ekstrakulikuler teater.

Suatu sore, akibat kecerobohan di tengah perjalanan sepulang sekolah, mereka menghilangkan uang iuran jaket tim paduan suara sebesar tiga juta rupiah. Demi menggantinya, mereka memutuskan mengikuti Doremi & You, sebuah lomba tarik suara yang menjanjikan uang sebesar 10 juta rupiah bagi sang pemenang. Anda mungkin merasa kejadian tersebut bukan akhir dunia, tapi ingat, keempatnya adalah bocah SMP. Bayangkan anda berada di usia mereka (ditambah bukan berasal dari keluarga kaya), masalah serupa pasti bakal memberi tekanan luar biasa.

Tapi karena semakin dekatnya UAS, si guru paduan suara (Ence Bagus) melarang adanya kegiatan ekstrakulikuler dan menolak permintaan menjadi pelatih. Alhasi, Putri meminta pertolongan Reno (Devano Danendra), siswa SMA yang berposisi sebagai asisten pelatih paduan suara. Sebuah ide yang terbentur ketidaksukaan teman-teman Putri terhadap Reno, yang menganggapnya dingin, galak, menyebalkan, dan pretensius. Reno sendiri awalnya menolak tawaran itu.

Masalah belum berhenti. Karena kegagalan di UAS berpotensi membuat beasiswanya dicabut, Anisa dilarang turut serta oleh sang paman (Teuku Rifnu Wikana) yang keras, sementara Markus mendapati bisnis jasa badut ayahnya mulai sekarat. Naskahnya cukup rapi guna memposisikan konflik-konflik itu selaku pondasi penokohan ketimbang distraksi. Kehadirannya justru memperkaya cerita alih-alih menghilangkan fokus.

Adegan pembuka beriringkan lagu Hari ini Indah tetap jadi favorit saya, namun bukan berarti momen lainnya lemah. Harmoni melahirkan musikal berskala lebih kecil tapi dengan romantisme besar, sedangkan usaha melagukan beberapa dialog, walau tak selalu sukses (sesekali berujung cringey), mayoritas sukses menambah dinamika menyenangkan dalam interaksi karakternya, termasuk menghadirkan tawa.

Klimaks berlatar kompetisi Doremi & You (didahului twist yang sebenarnya kurang substansial) menampilkan kepiawaian Andi Rianto (30 Hari Mencari Cinta, Arisan!, Kartini) memadukan ragam musik nusantara. Keragaman memang salah satu pesan utama filmnya, yang menekankan “unity in diversity”. Keempat protagonis memiliki latar kultural berbeda, pun perspektif Doremi & You tentang musik mengandung pesan serupa, yang diwakili sempilan obrolan antara Reno dan Putri mengenai perbedaan cara memakan bubur ayam.

Penonton anak bisa memetik pesan berharga dari hal-hal tersebut, di samping selipan pernak-pernik lain, misalnya pelajaran perihal mencari informasi via membaca buku yang kini mudah dilakukan berkat fasilitas daring. Anak-anak pun berkesempatan menikmati jajaran idola seusia unjuk gigi memamerkan talenta. Toran menggelitik, Nashwa tampil baik melakoni mome dramatik, Fatih penuh warna seperti biasa, dan Naura “membabat habis” seluruh nomor musikal berbekal aura bintang tak terbantahkan. Sebagai penampil yang (sedikit) lebih dewasa, Devano membuktikan bahwa ia jauh lebih hidup ketimbang saat dipaksa memerankan remaja (sok) keren di Melodylan.

Kelemahan muncul sewaktu BW menempatkan terlalu banyak shot tak perlu, yang bakal lebih berguna dalam suguhan “arus samping” sebagai media membangun atmosfer dan kesadaran penonton akan latar sebuah peristiwa, tapi justru melemahkan kelincahan gerak tontonan ringan macam Doremi & You. Tapi itu bisa dipahami. Film ini merupakan transisi bagi sang sutradara, dan sungguh transisi yang memuaskan.

2 komentar :

Comment Page:
aan mengatakan...

Adegan di film indonesia kalo ikut "lomba"...yg ga bagus biasanya penonton nya.muka flat pas tepuk tangan....

Mahendrata Iragan Kusumawijaya mengatakan...

Fatih Unru tuh anaknya Yaya Unru ya bang? Abis Stand up comedy keknya dia balik ke habitat ya. Calon aktor masa depan, walau kayaknya secara tampilan kurang disukai industri film