THE DIVINE FURY (2019)

10 komentar
The Divine Fury takkan secara ajaib meningkatkan keimanan penonton saat ajakannya agar mempercayai Tuhan dipaparkan kurang meyakinkan (khususnya bagi para skeptis), namun jika tujuannya adalah menyampaikan pesan soal “mengutamakan kebaikan di atas segalanya” sekaligus membuat para ahli agama terlihat keren, film ini berhasil menjalankan tugasnya.

Paruh awalnnya langsung menggigit lewat rangkuman hal-hal yang menyulut ketertarikan sekaligus menata pondasi narasi. Saat kecil, Yong-hoo (Park Seo-joon) harus kehilangan ayahnya yang meninggal kala bertugas sebagai polisi, dan hendak mengejar pengendara mobil yang mabuk, tanpa tahu ada iblis merasuki mereka. Yong-hoo yang berdoa sepenuh hati pun berakhir membenci Tuhan setelah sang ayah pergi untuk selamanya.

Pembukaan itu memukau, sebab mampu memberi alasan jelas sehingga kita mudah memahami kebencian Yong-hoo sembari turut menyiratkan misteri mengenai serbuan iblis. Satu dekade berselang, Yong-hoo adalah juara bertahan kompetisi bela diri yang tetap kesulitan mengontrol emosi. Bisikan-bisikan kerap didengarnya. Pada satu titik, ia menggila karena lawannya memiliki tato salib di punggung.

Kemudian hal misteris terjadi. Tangan Yong-hoo mengalami luka sayatan dan tak pernah berhenti mengalami pendarahan. Sewaktu pengobatan medis tak membantu, ia beralih meminta bantuan Ahn (Ahn Sung-ki), pendeta utusan Vatikan yang menyambangi Korea guna memburu Dark Bishop (Woo Do-hwan) si penyembah setan.

Luka itu rupanya merupakan stigmata (munculnya luka di tubuh dengan letak sesuai dengan luka Yesus saat disalib) yang dapat digunakan untuk mengusir iblis dalam tubuh manusia. Dari situlah Yong-hoo mulai membantu Pendeta Ahn melawan Dark Bishop beserta sekumpulan pasukan iblisnya (Legion). Hebatnya, melunaknya sikap Yong-hoo dipresentasikan secara meyakinkan, karena: a) Dia tidak mendadak percaya Tuhan (bahkan masih menyatakan skeptisme sebelum klimaks), dan b) Terdapat alasan personal.

Asalan tersebut tak lain penemuan Yong-hoo atas figur ayah dalam diri Pendeta Ahn. Begitu rindu ia terhadap sang ayah, Yong-hoo enggan kehilangan “ayah yang lain”. The Divine Fury memang kembali menegaskan keahlian sineas Korea mencampur aduk ragam genre. Dasar ceritanya memang religi, namun mendapat suntikan aksi, horor, fantasi, juga melodrama keluarga.

Dramanya ampuh mengaduk-aduk emosi karena dibangun bertahap, dari paparan penderitaan batin Yong-hoo hingga ia memperoleh “pencerahan”. Biarpun masih ada ceramah mengenai “Percayalah bahwa Tuhan mencintaimu”, itu bukan pendorong perubahan sikap sang protagonis. Dia berubah pasca menemukan kasih sayang (lagi), serta memahami betapa menolong dan membahagiakan orang lain juga mendatangkan kebahagiaan baginya sendiri. Agama menurut definisi The Divine Fury bukan (cuma) soal memperbanyak ritual beribadah. Terpenting justru berbuat baik.

Mungkin film ini mengandung lebih banyak adegan pengusiran setan bahkan dibanding film-film yang mencantumkan kata “exorcist” atau “exorcism” pada judulnya, namun tak pernah menjadikannya repetitif, sebab apa yang Yong-hoo dan Pendeta Ahn hadapi bukan saja ancaman kekuatan fisik dan mistis para iblis, pula senjata paling berbahaya mereka: tipu daya. Apalagi Dark Bishop selaku antagonis dibantu oleh iblis berwujud ular (kalian tahu seperti apa sifat makhluk satu ini dalam kitab-kitab suci) yang memasuki paruh akhir dihidupkan memakai efek praktikal kelas satu.

Guna menghadapi lawan semacam itu butuh jagoan mumpuni, dan Park Seo-joon, bermodalkan karisma, postur, dan tentunya kemampuan bela diri memadai, melahirkan sosok protagonis badass. Silahkan lihat klimaksnya. Meski diganggu oleh keberadaan elemen deus ex machina, pertarungan puncaknya memamerkan koreografi beroktan tinggi, disokong pengadeganan dinamis sutradara Jason Kim (Midnight Runners), yang berhasil membangun tensi saat bersedia memperlihatkan jelas detail perkelahian.

10 komentar :

Comment Page:
Kvinstiono mengatakan...

Nonton dmn bang ? Udah keluar ya ? Sepertinya wajib ditonton sembari menanti keluarnya once upon a time in holywood dan midsommar

Rasyidharry mengatakan...

Sneak peek sampai tanggal 13, reguler mulai 14

Anonim mengatakan...

Ini film ternyata horror toh kirain action. Byk setan2nya gak bang? Apa lebih ke adegan sadis aja?

Unknown mengatakan...

Jadi ingin nonton dan penasaran gmna lagi lagi ngeliat kehebatan sineas korea mengaduk aduk emosi dan genre..salute

diditpray mengatakan...

Kok review filmnya sekarang nggak ada niai bintangnya ya bang?

Rasyidharry mengatakan...

Ya action-horror. Setan yang nyurupin orang banyak. Adegan sadis malah dikit.

Rasyidharry mengatakan...

Ada kok. Belum ke-load mungkin

Unknown mengatakan...

Baru baca di Twitter tweetnya @adiwr*Ter katanya midsommar gagal tayang di indo karena banyak sensornya gak nahan. Bener kah?

Rasyidharry mengatakan...

Karena sumbernya dari Mas Adi, 90% bisa dipercaya. Kecuali importir, eksibitor, dan lsf bisa diskusi untuk jalan tengah.

Billy R mengatakan...

Keren film nya.. thanks reviewnya mas Rasyid