BIKE MAN (2018)

4 komentar
Menceritakan seorang pemuda yang menyembunyikan pekerjaannya sebagai tukang ojek dari kelurga, Bike Man bukan kisah mengada-ada di mana si tokoh utama ingin mempertahankan profesi ala kadarnya untuk selamanya karena cinta. Di luar kemasan konyolnya, Bike Man merupakan tontonan dengan relevansi cukup tinggi terkait penggambaran konflik dan rintangan di dunia (pencarian) kerja.

Sakkarin (Pachara Chirathivat) membuat sang ibu (Jennifer Kim) bangga, karena serupa mendiang ayahnya, ia berhasil bekerja di sebuah bank. Bahkan Sakkarin baru saja dipromosikan menjadi asisten manajer. Tapi siapa sangka, dandanan rapi tiap pagi itu cuma kedok belaka. Sesampainya di kota, Sakkarin langsung berganti atribut, “beraksi” sebagai tukang ojek pangkalan akibat selalu gagal dalam proses melamar kerja di bank.

Sakkarin menyembunyikan fakta tersebut dari sang ibu dan Paman Preecha (Kom Chauncheun), mantan polisi sekaligus teman lama ayahnnya, yang selalu menaruh curiga. Dia takut membuat malu keluarga. Tapi apa takaran suatu pekerjaan disebut baik dan buruk? Uang? Prestise? Definisi baik/buruk itu makin kabur kala Sakkarin bertemu Jai (Sananthachat Thanapatpisal), teman lama sekaligus gadis yang dari dulu diam-diam ia taksir.

Jai bekerja di bank impian Sakkarin, namun kebahagiaannya tak seberapa. Bercita-cita menjadi pilot, Jai merasa terkekang. Terlebih saat mesti menghadapi tingkah A (Pramote Pathan), kekasih sekaligus atasannya yang playboy dan semau sendiri. Dari sinilah Bike Man menyinggung perihal nilai sebuah profesi, yang berbeda-beda tergantung pemiliknya.

Contohnya, bagi Jai, bekerja di bank mungkin buruk dan penuh kepenatan, namun profesi itu tidak serta merta dicap buruk, sebagaimana dilakukan banyak film bertema worklife kebanyakan. Sebaliknya, bagi Sakkarin, bank adalah mimpinya. Karenanya, kita tidak berhak begitu saja menghakimi suatu profesi, mau itu karyawan bank atau tukang ojek.

Di luar urusan pekerjaan, Bike Man juga komedi-romantis menggemaskan, yang dibuat berlandaskan cair dan solidnya chemistry dua pemeran utama. Mengkuti formula romansa Asia, khususnya Thailand dan Korea, hubungan Sakkarin dan Jai adalah kisah cinta berbalut tawa, di mana tidak peduli secantik dan seanggun apa pun si wanita, karakternya selalu mempunyai “cacat” sehingga kerap melakukan kebodohan. Justru di situ inti keberhasilannya melahirkan percintaan membumi yang menyenangkan diikuti.

Secara keseluruhan, komedi Bike Man pun mengikuti formula kekonyolan absurd khas sinema Thailand, yang langsung ditegaskan oleh adegan pembuka ketika Sakkarin mengebut di jalan sembari memboncengkan ibu dan neneknya, melintasi jalanan kota bak pembalap di lintasan. Banyak humornya berasal dari usaha Sakkarin mengelabui keluarganya. Menyenangkan, namun acap kali, kucing-kucingannya terasa tidak perlu. Sering timbul pertanyaan soal dampak andai Sakkarin tertangkap basah di beberapa situasi (contoh: pasar malam).

Bergerak dengan kekonyolan beruntun, Bike Man mendadak menghentak lewat konklusi dramatik, sewaktu tema mengejar mimpi dan keluarga bersinggungan, menciptakan babak akhir mengharukan ketika sutradara Prueksa Amaruji berhasil memadukan tiga elemen: penceritaan (pengungkapan sebuah rahasia), akting emosional Jennifer Kim, dan iringan musik sendu.

4 komentar :

Comment Page:
Unknown mengatakan...

sampai bikin nangis haru gak bang filmnya lagi pengen nonton film yg bikin nangis soalnya..

Rasyidharry mengatakan...

Bisa jadi, tergantung kedekatan personal sama ceritanya

Unknown mengatakan...

Bang saya cari link subtitle film ini belum nemu.. Ada infokah dmna bisa dapat??

Anonim mengatakan...

cari di filmapik gan
terus cari bikeman dah ketemu