MIDSOMMAR (2019)

40 komentar
Setelah keluarga disfungsional dalam Hereditary plus beberapa film pendeknya seperti The Strange Thing About the Johnsons dan Munchausen, sutradara-penulis naskah Ari Aster giliran mengangkat romansa disfungsional berlatar paganisme melalui Midsommar yang memantapkan statusnnya sebagai salah satu sineas horor modern paling mumpuni. Film putus cinta tidak pernah segila, setragis, dan semengerikan ini.

Pasangan yang bermasalah adalah Dani (Florence Pugh) dan Christian (Jack Reynor). Keduanya sama-sama tengah mempertimbangkan mengakhiri hubungan. Dani dengan gangguan kecemasannya khawatir terlalu membebani sang kekasih, sementara Christian pun merasa terperangkap oleh curhatan tanpa henti dari Dani. Tapi selepas tragedi yang merenggut nyawa seluruh keluarga Dani, niatan tersebut diurungkan.

Bahkan Christian berujung mengajak Dani turut serta bersama kedua kawannya, Mark (Will Poulter) dan Josh (William Jackson Harper), menghadiri undangan Pelle (Vilhelm Blomgren) mengunjungi perayaan tengah musim panas di Hälsingland, Swedia, yang diadakan Hårga, komune tempatnya tumbuh. Aster membangun tempat di mana matahari selalu terbit, dan dibantu sinematografi Pawel Pogorzelski (Hereditary, Tragedy Girls) yang mengedepankan pewarnaan lembut, tercipta kehangatan aneh, ketika harmoni berlebih justru mencuatkan rasa ngeri.

Benar saja, keramahan dan kedamaian segera berubah jadi teror kala orang-orang Hårga mulai melangsungkan ritual demi ritual, yang memperlihatkan kejelian Aster selaku penulis dalam melahirkan mitologi berdasarkan tradisi-tradisi masyrakat Eropa masa lalu. Berbanding durasi 147 menit (atau 138 menit versi sensor Indonesia) miliknya, secara kuantitas, sadisme Midsommar sejatinya tak seberapa, namun berdampak tinggi berkat penempatan presisi, ibarat gelegar petir mengejutkan pemecah keheningan.

Mengangkat horor paganisme yang sesekali menyelipkan kritik soal keengganan manusia (dalam konteks film ini, remaja) modern dari kota menghormati adat, Midsommar tetap konsisten membangun penelusuran tentang terkikisnya sebuah hubungan. Apakah Dani bersikap berlebihan, ataukah Christian memang pria egois nihil kepedulian? Nantinya film ini menawarkan jawaban setelah melalui observasi bertahap yang dibungkus alur bertempo medium cenderung lambat.

Menangani perjalanan menyakitkan karakternya yang kerap mengalami serangan kecemasan, Florence Pugh bukan mengekspresikan kesedihan biasa dalam sebuah performa luar bisa. Dia bak tercekik oleh kesedihan itu, yang bahkan dapat membuat penonton ikut dibuat sesak napas. Teriakannya menusuk, tangisannya menggetarkan.

Berdurasi hampir dua setengah jam ditambah pergerakan alur lambat, wajar bila Midsommar terkesan mengalienasi penonton umum. Tapi penyutradaraan Aster memastikan tidak ada momen filler, tatkala adegan sekecil dan sesingkat apa pun ia beri perhatian total lewat konsistensi permainan atmosfer creepy, yang berasal dari perilaku maupun ritual orang-orang Hårga, musik menghantui garapan Bobby Krilic (Triple 9), hingga sentuhan visual sureal bernuansa psikedelik.

Guna menjaga atensi penonton, Aster turut menerapkan misteri yang berhasil secara terus menerus memancing segudang pertanyaan, meski jawaban yang ditawarkan sejatinya kurang sebanding dengan apa yang disiratkan. Masih mengandung kegilaan khas sang sutraara, namun dari perspektif horor, konklusi Midsommar bukan suatu sentuhan baru, bahkan cenderung pengulangan Hereditary (ada lokasi terlarang tempat dilakukannya hal sinting) plus inspirasi dari The Wicker Man. Tapi terkait tuturan mengenai putus cinta, ending-nya merupakan katarsis memuaskan, kala Ari Aster menyamakan mantan kekasih berperangai buruk dengan setan jahat yang mesti dimusnahkan.


NOTE: Walau amat disayangkan, penyuntingan sensor Midsommar yang sebenarnya cukup panjang (adegan kental unsur seks jelang akhir), ternyata dilakukan dengan rapi. Jika tidak tahu soal fakta filmnya disensor, bisa jadi anda takkan menyadarinya. Walau berpengaruh terhadap kegilaan babak ketiga serta studi karakternya, keseluruha substansi film tetap dapat ditangkap. Jadi jangan ragu menyaksikannya di bioskop.

40 komentar :

Comment Page:
iqbalkurniaone mengatakan...

Bagi ane keliatan banget bang sensor nya, ada yg rada patah patah gitu. Padahal udah 21+ ttep aja banyak potongannya ya,

Anonim mengatakan...

sensornya masih berasa.. cuman emang gak parah dan gak sampe mengganggu jalan cerita.. buat saya Midsommar film horor hollywood terbaik kedua tahun ini setelah IT Chapter 2

oh iya bang ditunggu review Kembalinya Anak Iblis.. kata bang Aria sama Razak film itu punya twist super edan ��

Eldwin Muhammad mengatakan...

Pas adegan orangtua menjatuhkan diri dari atas jurang sih kentara banget sensornya, niatnya pengen ngerasain betapa disturbing-nya adegan itu malah jadi "udah-gitu-doang"

Anonim mengatakan...

Kayak di Tonton di bioskop kyk hereditary gak sih? Yang atmospherenya beda Kalo nonton di laptop Sama di bioskop?

Apa mending nunggu blueray?

Satria wibawa mengatakan...

Florence pugh is the next big thing
Karakter dani jadi relatable banget :)

Anonim mengatakan...

Buat saya pribadi sich sensornya jadi bikin greget nih film jadi berkurang. Yang harusnya bisa membikin psikologis penonton terganggu (seperti hereditary yang bikin otak berpikir keras) tapi di film ini kek yang yaudah gitu aja. Keluar bioskop dengan tanpa banyak bahan diskusi layaknya hereditary.

Anna B mengatakan...

Lebih bagus hereditary kan?

Rasyidharry mengatakan...

Ya berasa sih berasa, tapi apa berasa kalau yang dipotong sampai >5 menit?

Rasyidharry mengatakan...

Kembalinya Anak Iblis lewat. Udah nggak sempet nonton gituan 😅

Rasyidharry mengatakan...

Blu-ray apa blu-ray rip? 😁

Selama tayang di bioskop, tontonlah di bioskop

Rasyidharry mengatakan...

She's gonna be big!

Rasyidharry mengatakan...

Soal mikir keras sih bukan karena sensor ya, memang cerita Midsommar ini lebih sederhana

Rasyidharry mengatakan...

A bit

diditpray mengatakan...

Ciri khas produk ari aster sudah tampak di film ini,salut dengan warna terangnya.. tapi tetap creepy😁

Meuthia Nabila Pratiwi mengatakan...

Setelah nonton ini, aku ngerasa gak waras beberapa saat 😅 adegan jatuh sama kepala dipukul itu bikin aku gabisa makan seharian 🤣

Paling lemah udah sama sadis, tapi soal creepy dan gajelas, keren banget sih tetep lebih suka hereditary

Syahrul Tri mengatakan...

Udah tau bakal disensor 9 menit dan well agak kecewa mas , kaya hampir seluruh adegan sadisnya kena. Tapi yg puas disini proses pergulatan batin si Dani sih yg dri awal struggle banget dan gaada yg peduli sampe di endingnya yg lega banget akhirnya.
Ari Aster nya keliatan banget (dipertegas di ending) . Still good, tp kalo dibanding dengan hereditary yg nontonnya ampe desperate ampe film selesai ya masih dibawahnya hereditary lah.

Rasyidharry mengatakan...

Kita tahu adegan sadisnya kena karena tahu ada sensor (dan beberapa udah nonton di lapak). Tapi kalau nggak, ya kelihatan macam film rated-R normal. Halus banget itu potongannya

Ryan mengatakan...

Film 21+ tapi masih ada yang bawa anaknya....

Meuthia Nabila Pratiwi mengatakan...

Kok gak di tegur pertugas sihh haduu gemes sama orang orang gini

Skull mengatakan...

Ga review warkop reborn mas? Apa karna filmnya busuk jadi ga ngereview wkw

Rasyidharry mengatakan...

Udah ditulis sih, dijadwalin publish pas tayang

jazzeldiyast mengatakan...

Lebih serem ini drpida Hereditary, Hereditary horor di malam hari sudah biasa, ini horornya di siang bolong , abis nonton perasaan sy jadi tidak enak haha

Anonim mengatakan...

maap mau nanya ini filmnya horror hantu2an apa lebih ke thriller ya? mau nonton tp ga demen yg hantu2 tp kl masih sadis2an gpp aing

jazzeldiyast mengatakan...

Bukan film hantu hantuan ,tp serem ,abis nonton ini malem g bisa tidur nyenyak

Rasyidharry mengatakan...

Lebih ke horor psikologis

Unknown mengatakan...

Terlalu overated.
B aja filmnya.

Chan hadinata mengatakan...

Ibarat mau perang masuk nnton ini udah bawa senjata lengkap,, eh taunya lawannya yaahh kyk gitu
Ditambah hype plus berita blow up sensornya
Jadinya Gw pasang ekspektasi kyk hbis nton hereditary,, yg masi kepikiran berhari2 ikut sdikit depresif jg,, jatuhnya kecewa (plus bela2in bolos ngantor krn takut cepat turun tayang dibioskop)

Jauh lah dibawah hereditary,, atmosfer creepy nya masi berasa,, akting pugh Menjanjikan (seklias wajahnya mirip chole grace moretz)
Tapi gak tau yah yg pernah putus ato diputusin mngkin puas nontonnya wkwk
3/5 lah
Spoiler alert:


Malah kesel sm si dani,, christian gak sepntasnya dibiarin kyk gitu,, kesannya sepele aja motifnya
Ato emang dia udah “sakit/psycho” sejak keluarganya bunuh diri?

Anonim mengatakan...

Ya tuhan. Gw saranin jangan nonton film ini, gw gw nulis ini jam 1/2 2 malem. Gw baru aja kebangun mimpiin adegan jump off cliff 2x . Dan gw yg lompat . Ini film disturbing parah.



Maaf curhat gw binggung mau tidur lagi gabisa, padahal besok kuliah pagi ��.

BTW saya nonton ga di sensor di web Ile sebelah. Nyesel sumpah :(

Rasyidharry mengatakan...

Nggak sepele itu. Apa yang Christian lakuin dari awal itu justru menyepelekan mental illness. Dia ignorance. Udah gitu dia selalu bersikap egois ke temen-temennya, terus tengok sana-sini. Ditambah lagi adegan orgy yang disensor di bioskop kita. Itu puncaknya. Keputusan Dani itu kemerdekaan penderita mental illness yang diremehkan kondisinya & pacar yang nggak dipedulikan

kun kun mengatakan...

Baru sempet nonton tadi siang di bioskop. Secara jalan cerita sih emang ga mempengaruhi pemotongan sensornya. Tapi karena penasaran sensornya, saya coba tonton versi CAM-nya (hehe), dan ternyata kalo di bioskop ga ada sensornya akan beda lagi pengaruhnya ke penonton. Yang memang di babak akhir pemotongan di scene ritual sex-nya lumayan panjang.
Atau pemotongan scene waktu terjun itu juga kalo diperlihatkan mungkin akan membawa efek psikologis penontonnya juga. Sangat disayangkan si emang...

Laksmi mengatakan...

Menurut saya film midsommar ini film dengan visual paling cantik yang pernah saya tonton. mungkin bang Rasyid atau temen-temen yang baca komentar ini boleh rekomendasi film-film dengan visual cantik seperti ini untuk saya yang baru menyukai film. terimakasih.

stevehaeckal23 mengatakan...

Ada adegan gore yang lulus sensor?

Rasyidharry mengatakan...

Felem-felem Terrence Malick 😁

Rasyidharry mengatakan...

Ada, nggak semua dipotong

stevehaeckal23 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Albert mengatakan...

Yang orgy itu Christian didrug kan. Jadi ga adil sebetulnya kalau disalahkan. Tapi ya tentu dani tidak tahu jadi akhirnya dikorbankan.

Surya mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Surya mengatakan...

Tapi kalau menurutku film yang tayang di bioskop dengan adegan gore itu sudah biasa bahkan sudah banyak yang lebih sadis lagi dari midsommar. Tapi yang membuat adegan disturbing/gore di midsommar di cut itu karena adeganya melibatkan bunuh diri yang dilakukan 2 orang di film ini, perilaku bunuh diri kayanya masih sensitif bagi masyarakat Indonesia makanya dicut.

Park Rain June mengatakan...

Nonton yg versi sensor sama non sensor beda banget sih. Dan mnrt ku midsomar ini bener² ganggu kejiwaanku, setelah nonton aja masih terbayang² kengeriannya. Bebarapa adegan disturbingnya itu sangat mengganggu dan saking mengganggu nya adegan difilm ini bahkan bioskop dikabupaten sebelah nggak ditayangin meskipun udah disensor. Dan aku bisa ngerti bgt sih kenapa beberapa adegan harus disensor apalagi buat indonesia yg masih banyak hal tabu kususnya sex, karna adegan sex diakhir itu agak eksplisit sih.

Intan mengatakan...

Please buat siapapum yang mau nonton dan penasaran.. please jamgan nonton film midsommar ini.. masih banyak film horor lain yang bisa kalian tonton.. karna pas aku nonton ini full tanpa cutting dan sensor tuh rasanya ga etis aja gitu ada film yang seperti ini.. menceritakan suatu komunitas yg bisa aja sebenernya ini mengadaptasi dri carita nyata.. bener2 ga ada nilai positif dari film ini.. terlalu banyak efek negatif yang ditimbulkan... orang indonesia masih belum pantas nonton beginan di bioskop..