4 MANTAN (2020)

3 komentar
Sutradara Hanny R. Saputra (Heart, Sajen, Bisikan Iblis) bersama duo penulis naskah langganan rumah produksi RA Pictures, Demas Garin dan Talitha Tan, berniat menyalurkan kecintaan (?) mereka terhadap mahakarya Alfred Hitchcock, Psycho. Beberapa adegan (contoh: kematian Milton Arbogast di tangga) direka ulang, elemen gangguan mental dipakai, bahkan twist di pertengahan durasi yang mengubah drastis arah film turut diterapkan. Tapi “peniruan” tersebut hanya di kulit luar semata, sedangkan hal fundamental justru dilupakan.

Hitchcock tidak berusaha terlihat keren. Sang maestro melakukan hal-hal kecil substansial yang berdampak besar. Sebaliknya, 4 Mantan cuma berkutat di kebombastisan. Diawali secara kacau oleh sekuen pembuka carut-marut yang tampak seperti trailer berantakan ketimbang adegan sungguhan, kemudian disusul momen-momen penyutradaraan canggung yang terkesan amatiran, film ini mulai menemukan pijakan tatkala misteri mulai menyelimuti. Dikisahkan, pasca pemakaman pemuda bernama Alex (Jeff Smith), terjadi pertemuan empat wanita yang rupanya sama-sama mantan almarhum, yang dipacarinya di waktu bersamaan.

Sara (Ranty Maria) si musisi yang mesti merawat sang ibu, Airin (Melanie Berentz) si gadis tangguh, Rachel (Melayu Nicole) si model berkemampuan Bahasa Inggris buruk (entah disengaja atau tidak), dan Amara (Denira Wiraguna) si pelayan cafe. Kematian tidak wajar sang mantan menyatukan mereka, terlebih saat masing-masing menerima surat misterius dari Alex, yang menyatakan bahwa ia dibunuh oleh salah satu di antara keempatnya.

Bergerak cepat, tanpa banyak basa-basi, pula rutin mengundang pertanyaan-pertanyaan yang kerap bermuara pada kejutan, 4 Mantan sempat berhasil mementahkan keraguan di separuh pertama durasi. Walau penyelipan paksa elemen supernatural berupa deretan jump scare medioker demi memfasilitasi kegemaran penonton umum untuk dikageti oleh penampakan hantu terasa mengganggu, intensitasnya mampu terjaga berkat pengolahan misteri yang cukup baik. Ekspektasi kerap dibantah, kisah bergerak ke arah yang tak terduga bakal dijamah.

Pun segelintir isu sosial sempat disinggung, meski ada yang tak dieksplorasi lebih jauh (bulimia) dan ada pula yang penyampaiannya terlampau on the nose (soal pelecehan, khususnya di konklusi). Semakin jauh misteri bergerak, semakin saya dibuat bersemangat sembari bertanya-tanya, “Bagaimana kiranya Hanny dan tim akan menjawab semua ini?”. Sayang, begitu memasuki paruh kedua tatkala jawaban dipaparkan, yang tersisa justru kekecewaan.

4 Mantan menghabiskan sekitar setengah jam terakhir hanya untuk mengupas semua kebenaran. Misteri tidak tersisa, alur menjadi stagnan. Mengapa perlu selama itu untuk mempresentasikan jawaban? Karena kembali pada apa yang telah disinggung di atas, film ini berambisi tampil bombastis, saat memasukkan kejutan berbasis versi modifikasi dari elemen psikologi yang jamak digunakan di banyak horor/thriller.

Sayangnya bukan modifikasi positif. Unsur psikologisnya mustahil dan penuh keasalan. Di ranah film genre, ketepatan keilmuan memang bukan kewajiban, hanya saja, 4 Mantan tidak dibarengi kreativitas memadai agar menjadi “fantasi” mumpuni, juga tanpa kesolidan bercerita. Naskahnya tersesat sendiri dalam kerumitan ambisius yang coba dibangun, sehingga pemaparannya berlarut-larut. Berniat memuaskan dahaga penonton arus utama kekinian atas twist yang identik dengan status “film keren”, 4 Mantan malah berpotensi membingungkan mereka. Setidaknya cukup mengasyikkan melihat Jeff Smith akhirnya tidak cuma memasang satu ekspresi datar sepanjang film.

3 komentar :

Comment Page:
Anonim mengatakan...

Wow... Ga salah perolehan bintangnya??

Rasyidharry mengatakan...

Salah

Anonim mengatakan...

4 Mantul selevel The Secret Suster Ngesot entah apalah itu.. Harusnya layak diganjar review kocak mengingat ke 4nya ga bisa akting samsek