REVIEW - PAWN

1 komentar

Ditulis naskahnya oleh Yoon Je-kyun, yang selain melahirkan komedi seks legendaris Sex is Zero (2002) dan film bencana Haeundae (2009), juga pernah menguras air mata lewat Ode to My Father (2014); menampilkan Na Moon-hee dan Yunjin Kim sebagai pemeran pendukung, di mana keduanya terbukti piawai mengaduk-aduk perasaan penonton, masing-masing lewat Miss Granny (2014) dan serial Lost (2004-2010); dan terpenting, Sung Dong-il mengisi posisi pemeran utama. Anda yang familiar dengan trilogi Reply tentu tahu betapa “berbahaya” aktor satu ini bila memerankan seorang ayah.

Dong-il memerankan Doo-seok, yang saat kita pertama bertemu dengannya, belum menjadi ayah, melainkan seorang penagih hutang di Incheon. Suatu hari, bersama juniornya, Jong-bae (Kim Hee-won), ia hendak menagih hutang ibu beranak satu bernama Myung-ja (Yunjin Kim). Karena baru ditinggal mati sang suami, Myung-ja belum mampu melunasi. Doo-seok pun membawa puteri Myung-ja yang baru 9 tahun, Seung-yi (Park So-yi), sebagai jaminan. Tapi setelah Myung-ja yang berstatus imigran gelap dideportasi, Doo-seok terpaksa menampung si bocah seterusnya.

Pawn dituturkan secara non-linear, dengan sesekali melompat beberapa tahun ke depan, ketika Seung-yi dewasa (Ha Ji-won) telah menjadi penerjemah handal, dan tengah mencari keberadaan Doo-seok, yang tiba-tiba hilang tanpa jejak. Gaya itu sesungguhnya tidak berdampak signifikan, karena timing perpindahan linimasanya seolah cuma asal melompat. Andai dibuat linear pun, konklusi mengharu birunya takkan melemah atau menguat.

Keseluruhan alurnya sendiri tanpa modifikasi berarti, di mana formula melodrama penguras air mata sepenuhnya diikuti. Selama kurang lebih 113 menit, ketimbang menjalin penceritaan solid, Pawn lebih tertarik memancing tangis penonton sesering mungkin. Tapi di sinilah kecakapan sineas Negeri Ginseng berperan. Keklisean bukan lagi persoalan, sewaktu sensitivitas pengadeganan milik sutradara Kang Dae-kyu mampu menyulap tiap momen jadi terasa spesial. Otak mungkin bisa menghakimi kekliseannya, tapi hati tidak kuasa menahan gempuran rasa haru.

Pawn adalah perjalanan menemukan kemanusiaan. Doo-seok yang tampak oportunis begitu menjadi penagih hutang (menurut Jong-bae, ketika mereka berada di kesatuan militer, sang senior dikenal baik hati), perlahan terketuk lagi pintu hatinya, setelah berulang kali menyaksikan Seung-yi jadi korban orang-orang yang gelap mata akibat tuntutan finansial. Padahal kondisi ekonominya juga jauh dari cukup. Tapi alih-alih mengikuti arus, melihat degradasi kemanusiaan dengan mata kepala sendiri justru membawa Doo-seok menemukan (lagi) sisi kemanusiaannya.

Tidak ada yang lebih piawai menghidupkan figur ayah dengan “dua wajah” daripada Sung Dong-il. Dalam trilogi Reply, bisa disimak kehebatan Dong-il menjadi ayah yang terkesan galak, keras, bahkan cenderung kasar (tanpa terasa abusive), namun sejatinya amat menyayangi, dan selalu siap mengorbankan segalanya bagi sang anak. Lihat saja matanya setiap kamera menyorot wajah sang aktor dari dekat. Itulah yang dinamakan “rasa”.

1 komentar :

Comment Page:
Redo anggara mengatakan...

Trilogi Relpy hanya nonton yg versi 1988, tapi memang akting dia jadi ayah sunggu bagus di sana, setiap scane melibatkan ayah & anak tdk bis utk tdk nangis di buat nya 🤭