REVIEW - PROMISING YOUNG WOMAN

12 komentar

Di sebuah kelab malam, tampak seorang wanita cantik tengah mabuk berat. Cassie (Carey Mulligan) namanya. Jangankan berjalan pulang, membuka mata saja ia sudah kesulitan. Di seberang ruangan, beberapa pria memperhatikannya sambil memasang tatapan penuh nafsu. Salah satu dari mereka "memberanikan diri" untuk menawarkan tumpangan. Di tengah jalan, pria itu mengajak mampir sejenak ke apartemennya, untuk minum sebotol bir. Tentu kita tahu, ia punya niat lebih dari itu. 

Benar saja, sesampainya di apartemen, baru sekali meneguk minuman, tubuh Cassie sudah digerayangi, sebelum dipaksa berhubungan seks di kamar. Satu yang pria itu (dan penonton) tidak tahu, Cassie sepenuhnya sadar. Rupanya Cassie rutin mengunjungi kelab, pura-pura mabuk sebagai cara memancing para predator seksual beraksi, guna menghukum mereka. Ya, baru beberapa menit bergulir, Promising Young Woman sudah melempar kejutan. Satu dari deretan kejutan (beberapa memperkuat penceritaan, beberapa melemahkan) dalam debut penyutradaraan Emerald Fennell ini, yang meningkatkan level unapologetic dari subgenre rape and revenge.

Seperti judulnya, dahulu Cassie adalah wanita muda dengan masa depan cerah, sebagai siswi sekolah kedokteran berprestasi. Hingga ia memutuskan keluar, setelah sahabatnya, Nina, diperkosa oleh salah seorang siswa, sementara pihak sekolah hanya berdiam diri. Tidak lama berselang, Nina bunuh diri. Sekarang Cassie yang masih tinggal di rumah orang tuanya, sembari melakukan pekerjaan bergaji kecil di suatu cafe pada siang hari. Sedangkan malamnya, ia berburu.

Rutinitas Casie itu tak membuat alurnya monoton, sebab naskah yang ditulis sendiri oleh Fennell memberi banyak varian. Biasanya, film rape and revenge berjalan bak slasher yang sebatas diisi pembunuhan demi pembunuhan, di mana variasinya cuma seputar metode si pelaku menghabisi nyawa korban. Promising Young Woman mengambil langkah berlawanan. Tidak sekalipun kita menyaksikan Cassie menghabisi para predator. Pun apakah ia membunuh atau sekadar melukai, tak dijelaskan secara gamblang. 

Varian yang diberikan Fennell terletak pada tipe dosa para korban (atau dalam konteks film ini, lebih pantas disebut "pelaku") serta model pembalasan yang dipilih Cassie. Ya, hukumannya berbeda untuk tiap kasus. Bahkan ia sempat melepaskan pria bernama Neil (Cristopher Mintz-Plasse), yang menurutnya bersikap "lebih baik" karena tidak coba memperkosa Cassie yang tengah (pura-pura) kehilangan kesadaran. Variasinya bertambah, begitu Cassie mendapatkan akses menuju para pendosa yang menghancurkan hidup Nina.

Masing-masing orang melakukan kesalahan berbeda, yang mewakili jenis-jenis pelaku pelecehan seksual. Selain si pemerkosa, ada juga para enabler, baik mereka yang menyaksikan langsung peristiwanya namun membiarkannya, hingga pihak pemegang kekuatan yang menolak memercayai korban dengan alasan praduga tak bersalah. Promising Young Woman mengambil sikap tegas tanpa ampun, menyatakan bahwa seluruh pelaku patut dihukum. Pengecualian mungkin bisa diberikan kepada enabler yang TULUS menyesali kejahatan. Kata "tulus" harus ditekankan, sebab nyatanya, acap kali penyesalan hanya ada di mulut belaka.

Di tengah aksi balas dendamnya, Cassie bertemu Ryan (Bo Burnham), temannya di sekolah kedokteran dulu. Walau awalnya skeptis, kebaikan Ryan yang tak pernah memaksakan aktivitas seksual, perlahan mencuri hati Cassie. Elemen romansa ini turut memperluas jangkauan akting yang mesti Mulligan berikan. Dia bermain luar biasa. Intimidatif nan tidak kenal ampun kala beraksi namun tidak jarang pula tampak rapuh. Sewaktu akhirnya membuka pintu hati, Mulligan membuat saya percaya, bahwa sejatinya Cassie masih menyimpan harapan menemukan kebahagiaan.

(SPOILER ALERT) Sayangnya harapan tersebut dihancurkan sendiri oleh filmnya, melalui twist yang memaksakan pesan bahwa "semua pria sama saja dan tidak bisa dipercaya", sekaligus menggiring kisahnya makin dekat ke ranah tragedi. Sejatinya twist ini tidak perlu. Tanpanya, Promising Young Woman telah membuktikan poin tentang kebusukan para pria. (SPOILER ENDS) Tugas menciptakan kesan tragis pun sudah diemban konklusinya (lewat satu lagi twist), ketika Fennell mengambil langkah yang makin membedakan karyanya dari pola film bertema balas dendam, sembari menciptakan keseimbangan memuaskan antara dua pokok bahasan, yakni "dampak balas dendam" dan "semua predator mesti menerima ganjaran setimpal".

Penceritaannya memang tersandung, tapi daya hiburnya tak berkurang. Visualnya kaya warna, pilihan lagu-lagunya unik (Stars Are Blind, Toxic versi orkestra bernuansa thriller), dan visi sang sutradara mampu melahirkan tontonan bergaya yang tak sampai mencuri fokus dari hal-hal substansial. 


Available on iTUNES

12 komentar :

Comment Page:
Cesar mengatakan...

Carey Mulligan bisa masuk best actress ya, Bang? McDormand & Viola Davis kayaknya udh pasti. Tinggal Mulligan & Vanessa Kirby..

Rasyidharry mengatakan...

Mulligan & Kirby juga kayaknya udah lock

Anonim mengatakan...

Oscar 2020 kok ga ada beritanya ya? Ditunda covid?

Rasyidharry mengatakan...

Mundur ke April. Tapi gaungnya ya otomatis gak terlalu kenceng

Anonim mengatakan...

Baru nonton. Apik. (SPOILER) Jadi penasaran narasi filmnya akan seperti apa ya kalau semisal Ryan gak ada di dalam waktu kejadian

penikmat film mengatakan...

film film yg calon Oscar taun ini ga terlalu se wah itu ya bang

Anonim mengatakan...

Amy Adams kemungkinan ga bang dia ngisi slot terakhir?

Rasyidharry mengatakan...

Lebih mungkin Zendaya/Sophia Loren sih

Anonim mengatakan...

Bisa jadi sih bang, tapi jadi penasaran ama Zendaya selayak itu kah dia? Tapi kayanya Hillbilly Elegy udah lock ke Glenn Close buat supporting actress deh bang kayanya, karena 2 taun yg lalu harusnya dia menang eh di upset dong ama Colman, walaupun gua ga terlalu suka ama Hillbilly Elegy harus diakuin Glenn Close udah gabisa diganggu gugat lagi hehe.

Aditya Suryaputra mengatakan...

Tapi nih bang bisa jadi Amy Adams slot terakhir karena pengalaman Oscar itu suka milih yang sudah terpercaya pernah dapet nominasi gitu loh bang, kalo semacem kaya Zendaya kan dia belum pernah masuk walaupun nantinya akting dia bagus banget, gua entah kenapa ngerasa juri juri Oscar itu selalu milih yang udah pernah masuk nominasi sekalipun aktingnya biasa aja.

Rasyidharry mengatakan...

Emang betul itu, masalahnya filmnya dapet respon negatif. Apalagi Amy bukan Oscar darling, lha udah berkali-kali nominasi nggak menang juga. Buzz-nya setelah film rilis hampir ilang. Awalnya condong ke Loren, tapi setelah trailer Malcolm & Marie rilis, buzz Zendaya makin kuat

Anonim mengatakan...

HAHAHHAHA iya juga ya bang, di arrival yang bagus bgt aja di snub apalagi yang ecek", wkwkwkw kasian dia bang udah mau 6 apa 7 nominasi gitu dia, ngeliat Amy Adams jadi keinget Bradley Cooper yang mungkin sudah give up sama Oscar ampe dia bilang penghargaan itu sia sia tapi dia udah nyiapin 3 film calon contender Oscar nih bang satu dia di direct PTA, Nightmare Alley nanti tayang desember, sama dia lg siap" buat ngedirect biopik Leonard Bernstein yg main juga nanti si Carey Mulligan, ya semoga aja dari ketiga film itu ada yang nyantol menang Oscar.