Petisi penolakan terhadap Dua Garis Biru beberapa waktu lalu
justru menguatkan urgensi debut penyutradaraan Gina S. Noer (Posesif, Keluarga Cemara) ini. Filmnya
tidak mengajarkan seks bebas, tidak pula mengutuknya, sebab Dua Garis Biru tidak terjebak dalam
ruang moralitas seperti para penggagas petisi itu. Ketimbang menyalahkan, kita
diajak belajar tentang apa yang mesti dilakukan.
Kegemaran menghakimi adalah
mentalitas yang ingin film ini runtuhkan. Bahkan sejak momen awal, kita
langsung diperlihatkan contoh mentalitas itu, saat seorang guru berkata bahwa masa
depan Dara (Zara JKT 48) cerah karena mendapat nilai 100, sebaliknya, Bima (Angga
Yundanda) dengan nilai 40-nya tak punya masa depan. Kedua remaja ini berpacaran
meski sekilas amat berlawanan. Bukan cuma soal akademik, juga status sosial.
Dara yang berasal dari keluarga kaya bermimpi melanjutkan studi di Korea, sebaliknya,
orang tua Bima belum tentu mampu membiayai kuliahnya.
Sampai suatu hari, pasangan ini
berhubungan badan, dan seperti kita tahu, Dara akhirnya mengandung. Awalnya
mereka berusaha menyembunyikan kehamilan Dara lewat beberapa rencana yang
menunjukkan betapa remaja memang naif dan berpikiran pendek. Mereka pikir perut
Dara yang makin besar bisa terus disembunyikan sampai kelulusan tiba. Mereka
pikir si jabang bayi akan lahir begitu saja tanpa satu orang pun tahu. Mereka
pikir proses kehamilan, kemudian persalinan, berjalan semudah itu.
Secepat kilat rahasia itu
terbongkar. Cara Dua Garis Biru mengungkap
kehamilan Dara sebenarnya terasa dipaksakan, tapi paling tidak, momen itu
membuka jalan masuknya deretan situasi emosional, termasuk “adegan UKS” selaku
adegan terbaik film ini, baik secara rasa maupun teknis.
Di situlah amarah, keterkejutan,
dan keputusasaan menyambar bak petir. Di situlah jajaran cast bertalenta film ini untuk kali pertama berkumpul di satu
ruangan. Di situlah kekecewaan Lulu Tobing (ibu Dara) menggelayuti layaknya
awan mendung, amukan Dwi Sasono (ayah Dara) membuat orang-orang tersentak, kesabaran
Arswendy Bening Swara (ayah Bima) muncul selaku penengah, sementara Cut Mini (ibu
Bima), biarpun hanya berenjatakan dua kata, memasuki panggung dengan letupan
yang membuat saya terpaku seketika.
Walau terdapat begitu banyak
karakter saling melempar kalimat berintensitas tinggi, Gina justru menerapkan single take. Nekat, tapi terbayar. Melalui
penataan kamera Padri Nadeak (Belok Kanan
Barcelona, Hit & Run) yang bergerak penuh ketepatan timing ditambah kejelian Gina mengatur mise-en-scΓ¨ne, atmosfer “berat” yang
membebani karakternya bisa turut kita rasakan.
Gina turut menumpahkan beragam hal
yang ingin ia sentil dalam satu adegan itu, dari keputusan sekolah yang sebatas
mementingkan citra, sampai kecenderungan orang tua mengedepankan ego dan emosi
selepas mendengar kabar buah hati mereka hamil/dihamili. Tentu respon itu
manusiawi. Alamiah. Sayangnya, tak sedikit orang tua berhenti di fase tersebut.
Karena itu, Dua Garis Biru coba
menuntun kita guna menemukan solusi.
Daripada menuding sambil berkoar, “Zina!
Haram!! PENDOSA!!!”, Gina dengan cermat menjabarkan satu per satu dampaknya.
Dampak di lingkup sosial, keluarga, masa depan, psikis, dan tentunya kesehatan
fisik. Dua Garis Biru memandang
penontonnya sebagai individu pintar lewat keengganannya menggiring opini.
Seolah kita dipersilahkan memilih, sementara filmnya berkata lembut, “Demikian akibat-akibat
yang dihasilkan. Apa kalian siap?”, alih-alih berteriak “Jangan lakukan!”.
Beginilah sebenar-benarnya “film edukasi”.
Di tengah berbagai pesan
usungannya, Dua Garis Biru tetap
membawa kita kembali ke akar, apalagi kalau bukan keluarga, yang seharusnya
jadi tempat berlindung. Dan dari situ filmnya memperoleh setumpuk momen
emosional. Agak terlalu banyak malah, sehingga menjelang akhir, daya bunuhnya
sempat berkurang. Makanan selezat apa pun bakal berkurang kenikmatannya jika
dikonsumsi berlebihan.
Beruntung, Gina tak menaburkan
terlampau banyak bumbu. Dia memilih untuk memanfaatkan akting pemain dan hanya
menyelipkan kata-kata sederhana namun bermakna, yang sudah cukup merangkum
semua rasa yang perlu penontonnya pahami. Contohnya permintaan maaf Dara kepada
sang ibu. Air mata mengalir secukupnya, pula tanpa bait-bait puisi.
Mari membicarakan Dara, atau
tepatnya sang pemeran, Zara JKT 48. Walau dikelilingi nama-nama besar, Zara tak
pernah tampak kerdil. Bersama Angga, ia membangun chemistry manis, sehingga walau Bima dan Dara melakukan tindakan
bodoh, saya masih memedulikan keduanya. Begitu pula yang semestinya terjadi
apabila orang di sekitar kita mengalami kejadian serupa. Mereka mungkin bodoh,
kita pun boleh marah, namun cinta, kepedulian, serta akal sehat tak boleh
menguap.
Film ini menurut saya sebuah edukasi yg sangat bagus untuk remaja. Masalahnya pemikiran sebagian orang yg beranggapan film ini mengandung unsur seks dan tidak mendidik yg menurut saya tidak cerdas. Tidak heran banyak penyimpangan asusila, karena film edukasi seperti ini dianggap film yg tidak mendidik.
BalasHapusadegan di UKS emang epic banget. Serasa nonton film horor ngeri cuyy..
BalasHapusMaaf ya Mas, di paragraf ke empat kok Zara?
BalasHapus"Mengungkap kehamilan *ara, bla bla bla"
Takutnya ntr sang artis baca review Mas Rasyid jadi gimanaaa gitu, wkwkwkwk..
Fix, besok nonton..
Thanks Mas review'nya, besok baru komen lagi di lapak ini..
Hahaha sorry. Thanks koreksinya. Segera diperbaiki
Hapuskalau melihat endingnya menurut bang rasyid film ini perlu sekuel ga ?
BalasHapusJatohnya kek sinetron kalau dikasih Sequel. Beberapa film emang pas kalau cuma berdiri sendiri. AADC misal...
HapusKenapa harus ada 2 cut mini di minggu ini
HapusNope. Bukan film yang butuh sekuel
HapusNetizen2 emang begitu sih, sok2 nolak "ini pilem sex, pilem sex" tau2 dirumah nnton juga... Betewe, senin i will be watching. Nunggu bocah2 sudah meredam antusiasnya... (di mall terdekat pernah ada yang bawa banner, bocah2 pengen nnton dikira drakor)
BalasHapusGila emang antusiasmenya. Harus beli online kalau nggak mau ludes
HapusAda lagi yang menarik di film ini *spoler alert*
BalasHapusSiapa sebenarnya tokoh Pong itu?
Kenapa dia tidak diungkap hingga akhir film?
Kalimat "Apa yang nggak kelihatan bukan berarti nggak ada". Kuncinya di situ
HapusAh menarik. Kayaknya harus nonton lagi nih
HapusWah iya nih saya juga penasaran si pong itu siapa sih sebenarnya, kok otak saya gak nangkap hahaha π
HapusKayanya kuncinya dari kalimat itu. Nah yang saya belum yakin, Pong itu mewakili yang baik/buruk π
HapusAdegan UKS sama emang juara. tapi adegan mama dara nyanyi sambil usap perut dara juga bikin tumpah. Adakah ug pulang nonton langsung ngeplay lagu Jikalau?π
BalasHapusItu juga. Banyak lah yang bikin banjir π
HapusChilds play kapan tayang di xxi bang?
BalasHapusKok saya cek webnya gak ada jadwalnya dah
XXI masih galau. Paling weekend ini jadi midnight lagi
HapusBesok, sabtu 13 Juli, film midnight XXI apa aja nih Mas?
BalasHapusKemungkinan Child's Play lagi, atau ditambah film-film gudang
HapusGa dapet bintang 4,5 bang? Apakah ada kekurangan di film ini?
BalasHapusAda beberapa. Kecil tapi, kayak yang sekilas disinggung di review
HapusAdegan sexnya ada gak?
BalasHapusApa ekslusif di blueraynya?
Penasaran saya.
Mudah mudahan ada. π
Nope. Emang nggak ada, dan film Indonesia nggak ada bluray (kecuali special case yang punya distributor luar negeri)
Hapusorang-orang yang dukung tuh petisi sebenarnya membuat kesalahan, besar
BalasHapusniatnya mencekal, malah orang tambah penasaran ama ni film
dan Alhamdulillah, mereka kalah
Indonesia butuh film yang to the point kayak gini
syukur banget yang handle Gina S. Noer, bukan abal2
tiap tahun Indonesia makin sering membuat film berkualitas
semoga RA Pictures dan babi2nya bisa sadar dan lebih memperhatikan kualitas film mereka
Apa komentar anda terhadap mereka yg suka "menagih sekuel" bung Rasyid ? π
BalasHapusSelama bukan ke saya karena saya bukan yang punya felem π
HapusEndingnya mereka jadi cerai om?
BalasHapusNope. Karena pesannya adalah "kehamilan & pernikahan nggak semestinya menutup cita-cita"
HapusGalau nih malam mau ntn apa.dua garis biru atau crawl hhahaa sekilas dua grs biru kok premisnya mirip film juno ya sama film korea apa gtu saya lupa judulnya
BalasHapusCuma mirip di unplanned pregnancy aja. Sisanya beda. Pilih Dua Garis Biru aja, well selama kebagian tiket ya π
Hapusapakah ini juno dengan kearifan lokal?
BalasHapusNnton ini dulu deh , nunggu Once Upon a Time in Hollywood kgk keluar2 sih.
BalasHapusTuh film bakal rilis di Indonesia kagak bang rasyid ?
Kayaknya bulan depan deh
HapusBukan gak keluar2, emang belum tayang. Di US tanggal 26 Juli. Di sini kayaknya 7 Agustus, seminggu lebih cepet dari di UK
HapusSaya jatuh cinta sama film ini bang. Masih terbayang-bayang sampai sekarang hehehe Tapi masih penasaran nih sama ondel-ondel. Ada maksud tertentunyakah bang?
BalasHapusKuncinya ya kutipan kalimat jawaban saya buat komen di atas. Ada beberapa interpretasi, bisa soal bayi (manusia di dalam manusia) dsb
HapusZara sama Angga yunanda...bisa jadi couple film yg pas nih nih setelah Vanessa dan Iqbal atau Jefri Nichol dan Amanda rawles
BalasHapusYg bikin bingung kenapa si angga kyk sengaja diitemin.. kesannya karakter misqueen hrus smpe kyk dekil bgituπ
BalasHapusYap, karena kalau nggak digituin, kurang jomplang sama Zara yang bening
HapusMas Rasyid,
BalasHapusAkhirnya gw nuntun 2GB jugak..
Oia, pas adegan Dara, Bima, dan teman'nya makan kerang di pinggiran, ada dialog Zara yang menyebut "udang" bukan kerang, bener nggk sih mas?
Apa gw yg salah denger yak? Maap kalo salah, hehehehe..
Anyway, filmnya bikin banjir, jangan lupa bawa tissue lebihan..
ahahhahaha..
Adegan Cut Mini vs Angga sih yang bikin banjir..
"Kamu memang bukan anak yang pintar di sekolah, tapi kamu anak yang baik"
He? Dengernya sih kerang ya π
HapusAku juga denger udang masa :")
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDan pas ada asri welas bisa sengakak itu sumpah wkwk sekalinya dia muncul. Bang yagasih ini penampilan terbaik angga yunanda selama berkarir?
BalasHapusOh jelas. Jauh banget sama akting-akting dia sebelumnya
HapusThe best performance in this movie is Cut Mini.
BalasHapusKok gw bilang LuTob yak best performance..
HapusTp yg jadi bapaknya Angga juga bagus sih..
Masih sering kebayang dialog
BalasHapus"Kalo aku masuk neraka,, ibu jangan sampai ikut yah"
senakal2nya anak lelaki stiap doanya psti gk luput haramkan api neraka ke ibu/bpk
Anjirrr relate bangetπππ
Baru nonton . Dan BANJIR BOS SELAMA NONTON. π€§π€§π€§π€§π€§ agak malu kiri kanan cewe gw sendirian cowo wkwk
BalasHapus