12/07/19

DUA GARIS BIRU (2019)

0 View
Petisi penolakan terhadap Dua Garis Biru beberapa waktu lalu justru menguatkan urgensi debut penyutradaraan Gina S. Noer (Posesif, Keluarga Cemara) ini. Filmnya tidak mengajarkan seks bebas, tidak pula mengutuknya, sebab Dua Garis Biru tidak terjebak dalam ruang moralitas seperti para penggagas petisi itu. Ketimbang menyalahkan, kita diajak belajar tentang apa yang mesti dilakukan.

Kegemaran menghakimi adalah mentalitas yang ingin film ini runtuhkan. Bahkan sejak momen awal, kita langsung diperlihatkan contoh mentalitas itu, saat seorang guru berkata bahwa masa depan Dara (Zara JKT 48) cerah karena mendapat nilai 100, sebaliknya, Bima (Angga Yundanda) dengan nilai 40-nya tak punya masa depan. Kedua remaja ini berpacaran meski sekilas amat berlawanan. Bukan cuma soal akademik, juga status sosial. Dara yang berasal dari keluarga kaya bermimpi melanjutkan studi di Korea, sebaliknya, orang tua Bima belum tentu mampu membiayai kuliahnya.

Sampai suatu hari, pasangan ini berhubungan badan, dan seperti kita tahu, Dara akhirnya mengandung. Awalnya mereka berusaha menyembunyikan kehamilan Dara lewat beberapa rencana yang menunjukkan betapa remaja memang naif dan berpikiran pendek. Mereka pikir perut Dara yang makin besar bisa terus disembunyikan sampai kelulusan tiba. Mereka pikir si jabang bayi akan lahir begitu saja tanpa satu orang pun tahu. Mereka pikir proses kehamilan, kemudian persalinan, berjalan semudah itu.

Secepat kilat rahasia itu terbongkar. Cara Dua Garis Biru mengungkap kehamilan Dara sebenarnya terasa dipaksakan, tapi paling tidak, momen itu membuka jalan masuknya deretan situasi emosional, termasuk “adegan UKS” selaku adegan terbaik film ini, baik secara rasa maupun teknis.

Di situlah amarah, keterkejutan, dan keputusasaan menyambar bak petir. Di situlah jajaran cast bertalenta film ini untuk kali pertama berkumpul di satu ruangan. Di situlah kekecewaan Lulu Tobing (ibu Dara) menggelayuti layaknya awan mendung, amukan Dwi Sasono (ayah Dara) membuat orang-orang tersentak, kesabaran Arswendy Bening Swara (ayah Bima) muncul selaku penengah, sementara Cut Mini (ibu Bima), biarpun hanya berenjatakan dua kata, memasuki panggung dengan letupan yang membuat saya terpaku seketika.

Walau terdapat begitu banyak karakter saling melempar kalimat berintensitas tinggi, Gina justru menerapkan single take. Nekat, tapi terbayar. Melalui penataan kamera Padri Nadeak (Belok Kanan Barcelona, Hit & Run) yang bergerak penuh ketepatan timing ditambah kejelian Gina mengatur mise-en-scΓ¨ne, atmosfer “berat” yang membebani karakternya bisa turut kita rasakan.

Gina turut menumpahkan beragam hal yang ingin ia sentil dalam satu adegan itu, dari keputusan sekolah yang sebatas mementingkan citra, sampai kecenderungan orang tua mengedepankan ego dan emosi selepas mendengar kabar buah hati mereka hamil/dihamili. Tentu respon itu manusiawi. Alamiah. Sayangnya, tak sedikit orang tua berhenti di fase tersebut. Karena itu, Dua Garis Biru coba menuntun kita guna menemukan solusi.

Daripada menuding sambil berkoar, “Zina! Haram!! PENDOSA!!!”, Gina dengan cermat menjabarkan satu per satu dampaknya. Dampak di lingkup sosial, keluarga, masa depan, psikis, dan tentunya kesehatan fisik. Dua Garis Biru memandang penontonnya sebagai individu pintar lewat keengganannya menggiring opini. Seolah kita dipersilahkan memilih, sementara filmnya berkata lembut, “Demikian akibat-akibat yang dihasilkan. Apa kalian siap?”, alih-alih berteriak “Jangan lakukan!”. Beginilah sebenar-benarnya “film edukasi”.

Di tengah berbagai pesan usungannya, Dua Garis Biru tetap membawa kita kembali ke akar, apalagi kalau bukan keluarga, yang seharusnya jadi tempat berlindung. Dan dari situ filmnya memperoleh setumpuk momen emosional. Agak terlalu banyak malah, sehingga menjelang akhir, daya bunuhnya sempat berkurang. Makanan selezat apa pun bakal berkurang kenikmatannya jika dikonsumsi berlebihan.

Beruntung, Gina tak menaburkan terlampau banyak bumbu. Dia memilih untuk memanfaatkan akting pemain dan hanya menyelipkan kata-kata sederhana namun bermakna, yang sudah cukup merangkum semua rasa yang perlu penontonnya pahami. Contohnya permintaan maaf Dara kepada sang ibu. Air mata mengalir secukupnya, pula tanpa bait-bait puisi.

Mari membicarakan Dara, atau tepatnya sang pemeran, Zara JKT 48. Walau dikelilingi nama-nama besar, Zara tak pernah tampak kerdil. Bersama Angga, ia membangun chemistry manis, sehingga walau Bima dan Dara melakukan tindakan bodoh, saya masih memedulikan keduanya. Begitu pula yang semestinya terjadi apabila orang di sekitar kita mengalami kejadian serupa. Mereka mungkin bodoh, kita pun boleh marah, namun cinta, kepedulian, serta akal sehat tak boleh menguap.

51 komentar :

  1. Anonim2:04 AM

    Film ini menurut saya sebuah edukasi yg sangat bagus untuk remaja. Masalahnya pemikiran sebagian orang yg beranggapan film ini mengandung unsur seks dan tidak mendidik yg menurut saya tidak cerdas. Tidak heran banyak penyimpangan asusila, karena film edukasi seperti ini dianggap film yg tidak mendidik.

    BalasHapus
  2. adegan di UKS emang epic banget. Serasa nonton film horor ngeri cuyy..

    BalasHapus
  3. Maaf ya Mas, di paragraf ke empat kok Zara?

    "Mengungkap kehamilan *ara, bla bla bla"

    Takutnya ntr sang artis baca review Mas Rasyid jadi gimanaaa gitu, wkwkwkwk..

    Fix, besok nonton..
    Thanks Mas review'nya, besok baru komen lagi di lapak ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sorry. Thanks koreksinya. Segera diperbaiki

      Hapus
  4. kalau melihat endingnya menurut bang rasyid film ini perlu sekuel ga ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jatohnya kek sinetron kalau dikasih Sequel. Beberapa film emang pas kalau cuma berdiri sendiri. AADC misal...

      Hapus
    2. Kenapa harus ada 2 cut mini di minggu ini

      Hapus
    3. Nope. Bukan film yang butuh sekuel

      Hapus
  5. Anonim8:12 AM

    Netizen2 emang begitu sih, sok2 nolak "ini pilem sex, pilem sex" tau2 dirumah nnton juga... Betewe, senin i will be watching. Nunggu bocah2 sudah meredam antusiasnya... (di mall terdekat pernah ada yang bawa banner, bocah2 pengen nnton dikira drakor)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gila emang antusiasmenya. Harus beli online kalau nggak mau ludes

      Hapus
  6. Ada lagi yang menarik di film ini *spoler alert*

    Siapa sebenarnya tokoh Pong itu?
    Kenapa dia tidak diungkap hingga akhir film?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalimat "Apa yang nggak kelihatan bukan berarti nggak ada". Kuncinya di situ

      Hapus
    2. Ah menarik. Kayaknya harus nonton lagi nih

      Hapus
    3. Wah iya nih saya juga penasaran si pong itu siapa sih sebenarnya, kok otak saya gak nangkap hahaha πŸ˜‚

      Hapus
    4. Kayanya kuncinya dari kalimat itu. Nah yang saya belum yakin, Pong itu mewakili yang baik/buruk 😊

      Hapus
  7. Adegan UKS sama emang juara. tapi adegan mama dara nyanyi sambil usap perut dara juga bikin tumpah. Adakah ug pulang nonton langsung ngeplay lagu Jikalau?πŸ˜‚

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu juga. Banyak lah yang bikin banjir πŸ˜‚

      Hapus
  8. Childs play kapan tayang di xxi bang?
    Kok saya cek webnya gak ada jadwalnya dah

    BalasHapus
    Balasan
    1. XXI masih galau. Paling weekend ini jadi midnight lagi

      Hapus
  9. Besok, sabtu 13 Juli, film midnight XXI apa aja nih Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan Child's Play lagi, atau ditambah film-film gudang

      Hapus
  10. Cahyo2:26 PM

    Ga dapet bintang 4,5 bang? Apakah ada kekurangan di film ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa. Kecil tapi, kayak yang sekilas disinggung di review

      Hapus
  11. Adegan sexnya ada gak?
    Apa ekslusif di blueraynya?
    Penasaran saya.

    Mudah mudahan ada. πŸ˜—

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nope. Emang nggak ada, dan film Indonesia nggak ada bluray (kecuali special case yang punya distributor luar negeri)

      Hapus
  12. orang-orang yang dukung tuh petisi sebenarnya membuat kesalahan, besar

    niatnya mencekal, malah orang tambah penasaran ama ni film

    dan Alhamdulillah, mereka kalah

    Indonesia butuh film yang to the point kayak gini

    syukur banget yang handle Gina S. Noer, bukan abal2

    tiap tahun Indonesia makin sering membuat film berkualitas

    semoga RA Pictures dan babi2nya bisa sadar dan lebih memperhatikan kualitas film mereka

    BalasHapus
  13. Apa komentar anda terhadap mereka yg suka "menagih sekuel" bung Rasyid ? 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama bukan ke saya karena saya bukan yang punya felem πŸ˜‚

      Hapus
  14. Endingnya mereka jadi cerai om?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nope. Karena pesannya adalah "kehamilan & pernikahan nggak semestinya menutup cita-cita"

      Hapus
  15. Galau nih malam mau ntn apa.dua garis biru atau crawl hhahaa sekilas dua grs biru kok premisnya mirip film juno ya sama film korea apa gtu saya lupa judulnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuma mirip di unplanned pregnancy aja. Sisanya beda. Pilih Dua Garis Biru aja, well selama kebagian tiket ya πŸ˜…

      Hapus
  16. apakah ini juno dengan kearifan lokal?

    BalasHapus
  17. Nnton ini dulu deh , nunggu Once Upon a Time in Hollywood kgk keluar2 sih.
    Tuh film bakal rilis di Indonesia kagak bang rasyid ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akbar4:10 PM

      Kayaknya bulan depan deh

      Hapus
    2. Bukan gak keluar2, emang belum tayang. Di US tanggal 26 Juli. Di sini kayaknya 7 Agustus, seminggu lebih cepet dari di UK

      Hapus
  18. Saya jatuh cinta sama film ini bang. Masih terbayang-bayang sampai sekarang hehehe Tapi masih penasaran nih sama ondel-ondel. Ada maksud tertentunyakah bang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuncinya ya kutipan kalimat jawaban saya buat komen di atas. Ada beberapa interpretasi, bisa soal bayi (manusia di dalam manusia) dsb

      Hapus
  19. Zara sama Angga yunanda...bisa jadi couple film yg pas nih nih setelah Vanessa dan Iqbal atau Jefri Nichol dan Amanda rawles

    BalasHapus
  20. Yg bikin bingung kenapa si angga kyk sengaja diitemin.. kesannya karakter misqueen hrus smpe kyk dekil bgitu😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, karena kalau nggak digituin, kurang jomplang sama Zara yang bening

      Hapus
  21. Mas Rasyid,

    Akhirnya gw nuntun 2GB jugak..

    Oia, pas adegan Dara, Bima, dan teman'nya makan kerang di pinggiran, ada dialog Zara yang menyebut "udang" bukan kerang, bener nggk sih mas?

    Apa gw yg salah denger yak? Maap kalo salah, hehehehe..

    Anyway, filmnya bikin banjir, jangan lupa bawa tissue lebihan..
    ahahhahaha..

    Adegan Cut Mini vs Angga sih yang bikin banjir..
    "Kamu memang bukan anak yang pintar di sekolah, tapi kamu anak yang baik"

    BalasHapus
    Balasan
    1. He? Dengernya sih kerang ya πŸ˜…

      Hapus
    2. Aku juga denger udang masa :")

      Hapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. William9:45 PM

    Dan pas ada asri welas bisa sengakak itu sumpah wkwk sekalinya dia muncul. Bang yagasih ini penampilan terbaik angga yunanda selama berkarir?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh jelas. Jauh banget sama akting-akting dia sebelumnya

      Hapus
  24. The best performance in this movie is Cut Mini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok gw bilang LuTob yak best performance..

      Tp yg jadi bapaknya Angga juga bagus sih..

      Hapus
  25. Masih sering kebayang dialog
    "Kalo aku masuk neraka,, ibu jangan sampai ikut yah"
    senakal2nya anak lelaki stiap doanya psti gk luput haramkan api neraka ke ibu/bpk
    Anjirrr relate banget😭😭😭

    BalasHapus
  26. Baru nonton . Dan BANJIR BOS SELAMA NONTON. 🀧🀧🀧🀧🀧 agak malu kiri kanan cewe gw sendirian cowo wkwk

    BalasHapus