Terbit pada tahun 1847, novel Jane Eyre karangan Charlotte Bronte telah menjadi salah satu novel paling dikenal oleh para penikmat sastra. Tentu saja novel yang meraih kesuksesan tidak luput untuk diadaptasi menjadi sebuah film. Untuk Jane Eyre sendiri total sudah hampir 20 film yang berbasis dari novel tersebut termasuk yang paling baru adalah film ini yang disutradarai Cary Joji Fukunaga serta dibintangi oleh Mia Wasikowska dan Michael Fassbender. Kedua aktor dan aktris tersebut saat ini adalah termasuk yang karirnya sedang naik daun. Tentunya pertemuan keduanya dalam satu film akan sangat menarik. Saya sendiri baru pertama kali ini menonton film yang dasarnya mengadaptasi kisah Jane Eyre. Bahkan novelnya belum saya baca dan saya tidak begitu tahu jalan cerita film ini. Yang saya tahu film ini adalah mengenai seorang wanita mandiri yang berusaha hidup lewat jalan yang ia mau, tipikal film period saya rasa.
Film dimulai dengan adegan Jane Eyre (Mia Wasikowska) sedang berlari dibawah hujan yang deras. Terlihat jelas bahwa gadis itu sedang merasakan sebuah kesedihan yang teramat sangat. Saat kondisinya sudah sanagt lemah, Jane beruntung dia ditemukan olehs eorang pendeta muda bernama St. John Rivers (Jamie Bell) dan untuk sementara waktu tinggal dirumahnya bersama dua adik perempuan sang pendeta. Dimulai dari situlah kita akan mulai diajak berkenalan dengan masa lalu Jane Eyre yang cukup berat dimana dia mengalami masa kecil yang tidak mengenakkan saat tinggal bersama bibinya lalu saat dia mulai bersekolah di sekolah medis yang keras teknik mengajarnya. Tapi kisah hidup Jane yang paling berpengaruh adalah saat dia diminta menjadi guru bagi Adèle Varens (Romy Settbon Moore) yang hanya bisa berbicara Bahasa Prancis. Jane sendiri dipekerjakan oleh Edward Fairfax Rochester (Michael Fassbender). Awalnya hubungan Jane dan Edward tidaklah baik, tapi kemampuan Jane sebagai seorang guru yang handal serta sikpanya yang independen membuat Edward Rochester mulai tertarik pada Jane Eyre. Tapi ternyata ada halangan besar yang menyulitkan hubungan cinta mereka.
Awalnya saya meragukan film ini dan sempat melewatkannya karena saya sendiri kurang menyukai film-film yang ber-setting di Inggris tahun 1800-an. Kisahnya kurang cocok untuk selera saya apalagi jika sudah mengenai kisah percintaan. Yah saya sendiri sadar itu karena masalah kultur yang berbeda di jaman itu tapi selera saya memang seringkali tidak masuk untuk film-film semacam itu. Tapi diluar dugaan Jane Eyre berhasil cukup memuaskan saya. Kisah yang lebih kelam daripada film-film lain yang sejenis nampaknya adalah faktor utama yang membuat Jane Eyre lebih nyaman diikuti. Kelam tapi sederhana, begitulah bagaimana film ini berjalan. Saya sempat membaca bahwa aslinya film ini mengandung unsur supranatural didalamnya. Sedangkan dalam film ini penulis naskah Moira Buffini sedikit menghilangkan hal-hal tersebut. Nuansa supranatural yang ada coba disesuaikan dengan alurnya sehingga meski keseraman masih terkadang hadir, berkat penyesuaian yang ada hal supranatural dalam novelnya berhasil diganti tanpa harus terkesan dipaksakan.
Kisah cinta antara Jane Eyre dan Edward juga tidaklah rumit layaknya dalam beberapa kisah cinta di film period drama lainnya. Romansa yang ada berjalan dengan sederhana dihiasi konflik-konflik yang efektif membangun tensi namun tidak berlebihan. Mungkin tidak terasa terlalu manis memang tapi juga tidak berjalan hambar. Beberapa hal lain juga ditawarkan selain kisah cinta seperti kisah perjuangan kaum wanita adalah konten yang paling terasa disamping percintaan dalam film ini. Selain itu ada juga mengenai pencarian "rumah". Jane Eyre dari awal memang seringkali mengalami kehidupan yang berat dan selalu berpindah tempat tinggal dimana dia selalu berusaha mencari tempat terbaik yang membuatnya merasakan kebahagiaan hidup yang akhirnya ia temukan di Thornfield Hall. Kesemua konten baik yang major maupun yang tidak sempat dimaksimalkan seperti dalam novelnya sebenarnya mampu disajikan dengan cukup baik meskipun harus disayangkan kisah romansanya hanya sampai pada ukuran "enak diikuti" dan belum bisa mencapai ukuran "manis dan menyentuh".
Mungkin hal tersebut dikarenakan chemistry antara Mia Wasikowska dan Michael Fassbender yang masih kurang. Akting masing-masing sebagai karakternya memang terbilang bagus dan layak jika dikatakan sebagai peforman yang hebat dalam sebuah period drama, tapi untuk hubungan keduanya saya masih merasa kurang. Toh saya rasa itu bukan sepenuhnya salah mereka berdua tapi juga karena karakterisasi masing-masing tokohnya yang membuat Fassbender dan Wasikowska kesulitan mendapatkan chemistry yang tepat. Diluar akting dan cerita yang mudah serta enak diikuti, Jane Eyre juga punya kelebihan yang menjadi ciri khas film period drama, apalagi kalau bukan di aspek kostum yang untuk film ini ditangani Michael O'Connor yang atas kerjanya mendapat nominasi Oscar untuk Best Costume Design.
RATING:
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar