Saya tidak menonton Clash of the Titans dalam format 3D, jadi yang saya rasakan dari film itu hanyalah sebuah film dengan cerita yang dangkal, akting yang biasa saja, dan efek-efek yang sebenarnya cukup bagus tapi tidak mampu mengangkat kualitas film tersebut. Terlebih lagi porsi adegan aksinya tidak cukup seru untuk mengangkat tensi film. Kraken memang menjanjikan tapi sangat disayangkan pertempuran melawan kraken tersebut terasa sambil lalu saja. Dua tahun kemudian sekuelnya dengan judul Wrath of the Titans rilis. Para pemain utamanya masih sama minus Gemma Arterton. Posisi sutradara dipegang oleh Jonathan Liebesman yang sebelumnya menggarap Battle: L.A. Bujet filmnya sendiri naik menjadi $150 juta dan masih dirilis dalam format 3D dengan janji bahwa efek CGI dan 3Dimensinya akan lebih hebat. Tapi toh sedari awal saya tidak mendengar ada janji tentang cerita yang digarap lebih baik dan memang saya tidak berniat menonton film dengan cerita berbobot disini.
Sudah 10 tahun sejak Perseus (Sam Worthington) menghabisi kraken dan kini ia kembali hidup sederhana sebagai nelayan bersama anaknya yang berusia 10 tahun, Helius (John Bell). Mereka hidup berdua setelah Io meninggal dunia. Mereka hidup damai sampai suatu hari Zeus (Liam Neeson) datang meminta bantuan Perseus setelah dinding Tartarus di neraka yang dijaga Hades (Ralph Fiennes) mulai rusak dan bisa berpotensi membangkitkan kembali Kronos, ayah dari para dewa. Perseus yang awalnya menolak permintaan ayahnya itu akhirnya mau tidak mau harus kembali bertempur setelah Hades dan Ares (Edgar Ramirez) mengkhianati Zeus dan menangkapnya untuk ditukar dengan keabadian yang ditawarkan oleh Kronos. Tentu saja jika Kronos bangkit itu adalah akhir dunia. Dibantu oleh Andromeda (Rosamund Pike) dan Agenor (Toby Kebbell) yang juga merupakan demigod dan anak dari Poseidon, Perseus mencoba menerobos kedalam neraka untuk mencegah kehancuran dunia.
Membahas seberapa plot hole dalam film ini sama saja dengan menghitung berapa liter darah yang keluar dalam film Tokyo Gore Police. Wrath of the Titans memang punya segudang lubang dalam plot ceritanya. Jadi apakah naskahnya tidak mengalami perbaikan dibanding film pertamanya? Pada dasarnya, ide cerita untuk film ini lebih menarik dan sudah tepat sebagai sebuah sekuel, tapi toh saat ide tersebut dikonversi menjadi naskah oleh duo Dan Mazeau dan David Leslie Johnson hasilnya tetap saja dangkal, apalagi setelah naskah tersebut diterjemahkan oleh Jonathan Liebesman kedalam filmnya. Begitu banyak kisah yang berpotensi menjadi konflik yang menarik gagal dimaksimalkan. Sebut saja konflik keluarga antara Zeus-Hades-Poseidon, lalu ada juga yang melibatkan Zeus-Perseus-Ares. Tapi pada akhirnya kesemuanya terasa hanya tempelan belaka. Belum lagi kisah cinta Perseus-Andromeda yang bahkan sepanjang film tidak terlihat seperti dua orang yang saling mencintai. Jika anda tidak melihat film pertamanya tentu anda akan kebingungan sejak kapan kedua orang ini saling mencintai.
Tapi saya rasa pembahasan saya diatas mengenai cerita dan akting sudah sedikit terlalu jauh, karena toh saya sebenarnya sudah tahu bahwa film ini tidak akan diisi oleh cerita dan akting yang mumpuni, melainkan adegan aksi seru serta visual efek megah yang dibalut format 3-Dimensi. Jadi bagaimana dengan visual efek dan 3D-nya? Harus saya akui Wrath punya balutan efek yang hebat dan keren. Monster macam Chimera, Cyclop hingga kemunculan Kronos tampil dengan begitu megah dan meyakinkan. Harus diakui film ini adalah film dengan efek paling keren yang pernah saya lihat. Belum lagi efek 3D-nya yang muncul dengan efektif. Padahal film ini adalah hasil konversi, tapi lihat bagaimana efek gambar yang berulang kali secara meyakinkan "keluar" dari layar. Dibandingkan John Carter yang punya bujet $100 juta lebih besar, Wrath justru punya efek 3D yang jauh lebih memuaskan bagi saya.
yang agak disayangkan adalah pengemasan adegan aksinya yang biasa saja dan kurang epic. Terasa nanggung saat efek yang membangun suasananya sudah meyakinkan, tapi adegan aksinya hanya berlalu begitu saja dan terasa biasa saja. Adegan pertarungan dengan Chimera justru terasa lebih seru dibandingkan adegan klimaks saat Kronos sudah bangkit. Hal ini sebenarnya sudah saya perkirakan bakal terjadi. Saya masih ingat bagaimana Kraken muncul dengan begitu hebatnya tapi dikalahkan dengan cepat di film pertama. Untuk Kronos hal itu terjadi lagi dimana dengan mudah dan cepatnya Perseus berhasil mengalahkan ayah para dewa tersebut. Saya sendiri agak terganggu dengan penggambaran Kronos yang terlihat hanya seperti monster, padahal dia adalah ayah dari Zeus-Hades-Poseidon yang seharusnya layak mendapat penggambaran lebih elegan dan sedikit karakterisasi. Tapi masih ada beberapa adegan aksi yang cukup keren seperti saat Zeus dan Hades menghajar pasukan Kronos. Secara keseluruhan Wrath of the Titans tidaklah begitu buruk karena sukses menawarkan efek dan 3D yang bagus, meski berbagai kekurangan bertebaran disana-sini tapi saya tidak sampai kecewa dengan film ini dan tetap akan menonton apabila film ketiganya jadi dibuat.
RATING:
Iya bro 3D-nya emank keren! Banyak konten yg keluar layak yak? Apalagi yg pas chimera, keren banget!!
BalasHapus:D
Yup, bagian itu keren. Seenggaknya nih film overall nggak ancur :D
BalasHapusYa,secara cerita memang dangkal dan sangat disayangkan endingnya kurang klimaks....padahal pasukannya sudah disiapkan sangat banyak untuk melawan Kronos, yang saya kira akan seperti pertarungan akhir di LOTR :p. Tetapi film ini tetap menghibur jika dilihat dari segi efek visual dan jokenya yang menghibur
BalasHapusHehe yah emang yang dari awal diharapkan memuaskan cuma efek sama 3D-nya
BalasHapus