Tarantino dan tema kriminalitas sekaligus gangster jelas tidak bisa dipisahkan. Setelah kesuksesan luar biasa dari Pulp Fiction tiga tahun sebelumnya, Tarantino merilis film ketiganya ini yang merupakan adaptasi sebuah novel berjudul Rum Punch yang ditulis Elmore Leonard. Selain mengadaptasi ceritanya dari sebuah novel, Tarantino juga memberikan homage kepada film-film blaxploitation era 70-an. Sekedar info, blaxploitation adalah sebuah sub-genre bagi film-film eksploitasi. Pada blaxploitation, unsur-unsur yang ada didalamnya sangat kental dengan nuansa dan kultur bangsa kulit hitam Amerika seperti para pemainnya yang semua adalah orang kulit hitam, penggunaan bahasa dan ungkapan khas orang kulit hitam, hingga pemasukkan kultur dan musik-musik khas mereka didalam film. Tarantino memang dikenal suka memasukkan homage dalam film-filmnya dimana selain Jackie Brown, Tarantino pernah memberikan homage untuk film-film silat lewat Kill Bill dan untuk film-film eksploitasi lewat Death Proof. Bahkan dalam Pulp Fiction juga terdapat banyak homage untuk film-film kesukaan Tarantino lainnya.
Tidak seperti dalam Pulp Fiction yang terdiri dari berbagai plot yang sebenarnya saling berhubungan dan disuguhkan dengan alur yang non-linier, Jackie Brown jauh lebih sederhana penyajiannya tapi kisahnya sendiri pada dasarnya sudah cukup rumit. Berkisah tentang seorang pramugari bernama Jackie Brown (Pam Grier) yang baru tiba dari Meksiko yang ditangkap oleh LAPD setelah kedapatan menyimpan uang dalam jumlah besar dan narkoba didalam tasnya. Ditempat lain seorang pedagang senjata bernama Ordell (Samuel L. Jackson) yang baru saja membunuh anak buahnya yang kedapatan menyimpan senjata ternyata tengah meminta bantuan pada seorang "penjamin" bernama Max Cherry (Robert Forster) untuk membantu mengeluarkan Jackie dari penjara. Belakangan diketahui bahwa sesungguhnya Jackie adalah seorang kurir uang milik Ordell. Lalu berbagai konflik lanjutan akan dimulai seperti interogasi pihak kepolisian pada Jackie dan Ordell, konflik antar karakternya yang jika dilihat sebenarnya mereka saling "menusuk" dari belakang. Kurang lebih begitu kisah yang bisa saya tuliskan untuk film ini tanpa harus banyak memberikan spoiler. Memang menuliskan sinopsis untuk film Tarantino sama sulitnya dengan menulis sinopsis film-film Nolan. Untuk menggambarkannya tanpa sedikitpun spoiler bukanlah hal yang mudah.
Seperti yang sudah tertulis diatas, pengemasannya memang linier dan sederhana, tapi berbagai intrik yang terjadi dalam ceritanyalah yang membuat film ini terkadang terasa rumit. Tentu saja Tarantino paham akan kerumitan intriknya sehingga tidak memaksakan kisah yang sudah cukup rumit itu dikemas dalam balutan yang rumit juga. Kerumitan itu tercipta lewat masing-masing karakternya iluar bersikap A tapi sebenarnya didalamnya mereka bersikap lain. Hal itulah yang seringkali membuat penontonnya berpikir mengenai maksud perbuatan yang dilakukan seorang tokoh dan kelanjutan maupun fakta sesungguhnya dari sebuah adegan. Dengan hal-hal itulah Tarantino mampu membuat film-filmnya selalu menarik termasuk film ini. Film-film Tarantino memang selalu punya momen kejutan yang terkadang nyeleneh padahal sebenarnya sederhana. Film ini meski tidak punya kejutan segila film Tarantino sebelumnya tapi tetao masih ada momen macam itu.
Kejutan-kejutan yang muncul juga dipengaruhi oleh karakterisasi yang khas dari tokoh utama film-film Tarantino. Karakter utamanya tidak pernah tokoh yang putih namun selalu abu-abu sehingga jalan pikiran mereka seringkali sulit ditebak. Dalam film ini ada Jackie Brown yang sekali lagi menunjukkan bahwa Tarantino amat menyukai karakter wanita tangguh dalam filmnya. Pam Grier sendiri memang nampaknya sudah dari awal diplot sebagai karakter Jacki Brown oleh tarantino mengingat film ini adalah homage bagi blaxploitation khususnya untuk film Foxy Brown yang juga dibintangi oleh Pam Grier sebagai Foxy Brown. Sebagai Jackie Pam mampu memainkan perannya dengan baik, dimana sebagai Jackie dia diharuskan untuk melakukan "akting dalam akting" saat dia sedang melakukan trik-triknya. Dalam film ini Tarantino kembali membuktikan bahwa ia mampu membuat pemainnya menampilkan performan maksimalnya. Pam Grier mampu tampil baik disini dan cukup mengejutkan pula melihat dia masih tetap "enak dilihat" walau jelas sudah tidak seseksi saat ia main di Foxy Brown 23 tahun sebelumnya. Pam Grier sendiri mendapat nominasi Golden Globe untuk Best Actress in Musical or Comedy.
Samuel L. Jackson kembali bermain hebat setelah tiga tahun sebelumnya menunjukkan performa luar biasa nan memorable sebagai Jules Winnfield di Pulp Fiction. Kembali dengan rambut yang aneh, ia kali ini memerankan tokoh yang lebih kearah antagonis dibandingkan Jules, dan tanpa kutipan Alkitab tapi lebih banyak ucapan kasar. Nominasi Golden Globe pun ia dapat dan ia juga menang Best Actor di Berlin Film Festival. Ada juga Robert Foster yang mendapat nominasi Oscar untuk Best Supporting Actor. Sama seperti Pam Grier, lewat perannya di film ini karir Foster kembali menanjak dan bisa dibilang mencapai puncaknya. Tapi yang perannya paling mengejutkan bagi saya adalah Robert De Niro. Disini ia berperan sebagai Louis, mantan narapidana yang dipenjara empat tahun karena merampok bank dan kini menjadi partner Ordell. Jika anda terbiasa melihat De Niro dalam perannya sebagai tokoh yang kalem dan cool maka disini ia jauh berbeda. Karakternya memang masih tidak terlalu banyak bicara, tapi aura yang terpancar bukanlah kalem melainkan lebih kearah kaku, rapuh dan sedikit bodoh. Tunggu sampai ada adegan saat emosinya mulai memuncak dan kita akan melihat De Niro yang benar-benar berbeda. Meski porsinya sedikit dia mampu bermain luar biasa bahkan bagi saya ini adalah salah satu karakter De Niro yang paling memorable. Selain itu masih ada bintang-bintang lain yang bermain di film ini macam Michael Keaton, si cantik dan seksi Bridget Fonda sampai Chris Tucker.
Untuk urusan aspek teknis Tarantino juga tetap menampilkan berbagai ciri khasnya dan berbagai keunikannya. Seperti biasa ada trunk shot atau pengambilan gambar dari dalam bagasi mobil. Lalu masih ada long shot yang rumit dan hebatnya Tarantino mampu mengemas take yang panjang dan terkesan sebagai adegan sederhana tersebut menjadi sebuah adegan yang amat intense dan menegangkan. Ada adegan Jacki berjalan keluar dari kamar pas dan melintasi mall. Sesederhana itu tapi pembangunan suasana dan akting meyakinkan dari Pam Grier mampu membuat adegan tersebut terasa begitu menegangkan. Lalu ada juga satu rangkaian adegan yang ditampilkan berulang kali lewat sudut pandang berbagai karakternya. Sangat menarik! Selera Tarantino akan lagu-lagu lawas yang enak didengar juga makin mampu membangun suasana film ini. Mungkin belum sehebat masterpiece Tarantino di Pulp Fiction, tapi Jackie Brown adalah sebuah bukti kejeniusan Tarantino. Kini filmnya yang belum saya tonton tinggal Reservoir Dogs dan Death Proof dan sampai sekarang ia selalu berhasil membuat saya kagum.
RATING:
Tidak ada komentar :
Comment Page:Posting Komentar